10. Weirdos

704 44 0
                                    

"Kenapa mobilnya?"

Tanyanya sambil melangkah menghampiriku membawa sesuatu yang entah apa namanya itu.

“Gue gak ngeliat gejala mobil bakal mogok, soalnya waktu awal di-starter gampang aktif."

Kataku. Entah mendengar atau tidak karena lelaki itu hanya mengangguk dan masuk ke mobilku.

"Udah berapa taun nih mobil?"

"Gak tau. Bukan punya gue. Tapi setau gue sih baru."

“Jangan gak pedulian sama mobil karena mikir komponennya terjamin keawetannya.”

Ujarnya dengan dentingan otak-atik mesin.

"Kenapa mesinnya?" Tanyaku.

"Arus listrik ke terminal plus koil turun. Penyebab utama dan sering terjadi di mobil yang udah berumur

lima tahun ke atas ya gini! Tegangan arus listrik ke koil yang merosot drastis. Akibatnya, proses pembakaran gak ada karena ignition-nya gak dapet aliran listrik."

Jelasnya seperti peramal yang mengetahui usia sampai masalah mobil ini.

"Cara deteksi masalah ini gampang sih, periksa aja kabel distributor-nya terus tempelin ke bodi mobil. Udah gitu, starter mobil."

Katanya. Tapi aku tidak mengerti.

"Kalo ada percikan api, berarti arus listrik masih ada. Kalo gak ada arus listrik, periksa aja sambungan kabelnya,  takutnya ada kabel yang gak kesambung. Kalo sambungan kabel ternyata gak bermasalah berarti koil atau platina yang rusak atau kotor. Bersiin mangkanya jangan jorok!"

Kok dia jadi ngoceh gak jelas gitu sih? Aku kan tidak mengerti. Lalu..

Ia menyalakan mobil dan segera keluar dengan wajah yang blepotan hitam. Aku menertawainya.

Ia ikut tertawa. Manis juga.

"Udah beres tuh!"

Katanya. Aku mengangguk dan masuk ke dalam mobil membuatnya menganga aneh.

"Lo mau kemana?"

"Ke London!"

"Ngapain?"

"Harus ya lo tau?"

Ia tertegun dan menatapku tajam.

"Mau ke mana?"

"Ke London!"

"Ke mana?"

"Ketemu Harry Styles!"

Dia lalu masuk dan duduk di sebelah kursi kemudi. Di sebelahku. Apa-apaan?

Dia menatapku sangat dalam dan mendekatkan wajahnya ke wajahku.

"Stoner."

Bisiknya.

"Ya?"

Balasku. Sambil masih berbisik, ia melanjutkan pertanyaannya.

"Lo tau gak?"

"Enggak!"

"Gue Harry Styles!!!"

Teriaknya tepat di depan wajahku. Aku memejamkan mataku menunggunya selesai berteriak.

"Shit! Jangan teriak-teriak!!!" Makiku sambil mendorongnya menjauh. "Kenapa sih lo?" Balas Harry. "Emang kenapa kalo lo Harry Styles?" Caciku membalas teriakannya tadi.

Tiba-tiba ia membekap mulutku dengan tangan besarnya. "Lo nyari gue kan cewek tulalit?"

Aku lalu menjilat telapak tangannya dan ia langsung teriak kesal. "Aih koplak!!"

"Sakit tau!" keluhku selagi dia melap tangannya ke skinny jeans tersempit di dunia itu.

"Kita udah pernah ketemu Stoner!" Keluhnya dengan lunglai. Aku lalu mengambil sehelai tisu basah untuk membersihkan wajahnya yang bercemong itu. Ia mengambilnya.

"Lagian, pertama ketemu rambut lo berantakan, kedua pake bandana, sekarang diiket. Alay lo!"

"Yeeh.. Ini fashion."

"Alay!" Ledekku sambil menyalakan mobil yang baru saja ia benarkan. Dan menyala..

"Terus sekarang mau ke mana? Kan udah ketemu gue?"

"Kemana yah? Yaudah kita ngobrol di sini aja." Ujarku. Dia langsung menaruh jari telunjuknya di atas dahi. Sepertinya lelaki ini sering sekali ke salon melentikkan kuku-kukunya.

"Cafe aja!" Serunya.

"Gak punya duit."

"Sama." Katanya sambil berpikir sesuatu.

"Eh ada deh buat kopi doang mah yuk?" Ajaknya dengan semangat. "Tuh. Di sebrang ada cafe!" Tambahnya sambil menunjuk. Aku mengangguk hendak memundurkan mobilku. Tapi..

Aku melirik Harry.

Dia juga melirikku.

Dan kami saling lirik.

"Apa?" Tanyanya masih sensi.

"Turun!" Suruhku. Ia yang tersadar langsung terperanjat dan turun dari mobilku kemudian mengemudikan mobilnya. Ia memimpin jalan dengan aku yang membuntutinya. Dan kami pun sampai Zappi's Bike Cafe.

Kami turun.

Kami langsung masuk dan memesan kopi.

"Dua Bootleg Brulée Latte." Pesannya tanpa menanyakan persetujuanku. Aku teraneh. Bagaimana bisa dia tahu rasa kesukaanku?

Ia langsung menyidekapkan lengannya di atas meja dan menatapku yang berhadapan dengannya.

"Jadi?"

Tanyanya. Saat aku hendak membuka mulutku, tiba-tiba saja iPhone ku bergetar. Aubrey menelepon-ku. Tanpa banyak berpikir aku langsung saja mengangkatnya.

"Yup?"

Aku membuka percakapan.

"Lo di mana Red? Udah ketemu Harry?"

"Udah. Gue lagi di cafe. Jadinya kita ketemuan di Oxford."

"Oh gitu. Tadi lo mau apa nelepon gue?"

"Nelepon?"

"Iya tadi lo nelepon gue kan?"

Aku menggaruk kepalaku kebingungan. Sungguh. Aku lupa mau apa tadi aku menghubungi Aubrey tadi?

"Mau apa ya? Gue lupa lagi!"

"Mulai deh tulalit-nya."

"Gak tau ah! Tar gue kabarin lagi. Sekarang gue mau ngobrol dulu sama Harry oke?"

Putusku. "Oke, langsung kabarin ya say?". "Oke."

Kembali aku berhadapan dengan Harry yang sedaritadi memperhatikanku bercakap dengan Aubrey.

"Siapa?"

"Aubrey."

"Oh. Yang kemaren itu?"

"Iya." Balasku mengangguk asal.

"So, kita mau ngapain?" Lagi, tanya Harry. Saat aku hendak menjawab, pesanan kopi kami telah datang. Aku langsung menyambar gelas penuh es itu dan meneguknya.

Aku mendesah nikmat, lama juga tak merasakan kopi ala cafe.

"Stoner, kita mau bahas apa?" Lagi-lagi ia menagihku. Aku menghentikan tegukan nikmat itu dan..

My Wattpad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang