23. Are You Doing Sex?

1.1K 47 0
                                    

"Oke."

Liam menggosok kedua telapak tangannya serius. "Gue mau kita semua kerja. Liam dan Zayn, kalian cari Danny DeVito dan kasih tau dia tentang apa yang kita rencanain." Suruh Liam. "Siapa DeVito?" Timbrung Red. "Udah liat video klip Steal My Girl?" Tanya Liam. Red menggeleng. Liam menghela napas. "Kalau gitu gak usah nanya. Susah jelasinnya!" Ucap Liam membuat Red cemberut. Liam memang paling sulit diganggu ketika sedang serius.

"Niall dan Aubrey kalian cari tempat yang bisa kita jadiin tempat syuting. Inget, kriterianya pulau tropis dan gak terlalu jauh dari sini." Niall mengedipkan sebelah matanya seolah sudah bersekongkol dengan Liam yang mengelompokkan Niall bersama Aubrey.

"Lo. Harry dan Red kalian catet semua kebutuhan yang harus kita beli. Dan gue sendiri yang bakal nyari pinjeman uang buat modal kita!" Kata Liam dengan yakin.

"Liam, lo yakin ini semua bisa berhasil?" Tanya Red yang masih saja ragu. Liam menggeleng. "Gue belum yakin. Tentu aja. Banyak masalah yang bakal kita hadepin. Tapi kita belum coba kan? Gimana bisa kita tau jalan akhirnya kayak gimana? Pokoknya kita coba, masalah berhasil atau enggak itu urusan belakangan. Yang penting kita tetep bersama-sama." Kata mutiara Liam kembali keluar seperti biasanya.

Aku selalu kagum padanya.

"Kalian siap kan?" Sambungnya. Kami mengangguk.

"Harry, pastiin Red liat klip Steal My Girl kita!"

"Ya udah, kalau gitu kita tunggu apa lagi?" Seru Zayn antusias.

**

"Na na na na na na na na na.." Gumam Red tidak jelas. Tapi irama yang ia senandungkan terdengar sangat tidak asing. Ya, itu irama Steal My Girl.

"Kayaknya ada yang bentar lagi jadi directioner nih?" Aku menyindirnya yang sedang mencatat pengeluaran apa saja yang mungkin akan kami gunakan.

"Geer. Tadi aja karna Liam nyuruh gue." Elaknya. "Tapi lo suka kan? Kalo gak suka ngapain dinyanyiin terus?" Godaku. Dia diam saja. Pura-pura tak mendengar ucapanku.

"Kapan lo kerja? Gue capek!" Keluhnya sambil menggeleng-geleng sendi lehernya kelelahan. "Gue mau sih kalo ngerti."Jawabku membuatnya kembali menulis.

"Aha!!!"

Ia menatapku dengan sinis. "Gimana kalau gue pijitin lo?" Saranku tersenyum lebar. Ia memutar kedua bola matanya dan kembali fokus.

Rrttt..

Rrttt..

Getar iPhone-ku.

Louis?

"Ya Lou?"

"Semua udah siap. Tinggal cari sutradara. Gue buntu, lo punya channel?"

"Enggak. Tar deh gue tanya Red."

"Gue tunggu kabarnya."

"Oke."

Louis segera memutus sambungan. Saat berbalik..

Red sedang berteriak kesakitan.

"Haarrrryyyyy Ssttyyyyyllllleeessss!!!!"

Ia begitu kesakitan. Aku menghampirinya dengan panik.

Ternyata tangannya hanya keram. Kukira apa.

"Harry, kenapa lo nonton aja? Cepet!" Pintanya. "Liatkan? Lo itu butuh pijetan gue!" Seruku. "Iya cepet!!!" Rengeknya.

Aku menyentuh kulit tangannya dan memijat sebisaku. Mana mengerti aku?

"Aaahhh!!!" Erangnya semakin kesakitan. Aku harus bagaimana?

My Wattpad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang