38. Things Get Better

514 42 3
                                    

Akhirnya malam ini aku dan Aubrey hanya duduk di sofa sambil memindah-mindah channel televisi dengan malas. Ada beberapa surat yang harus aku baca, namun untuk membukanya saja aku terlalu malas saat ini.

"Kalo aja ada orang yang berbaik hati ngajak gue ke Cafe buat nonton the boys malem ini." Gumam Aubrey sambil berkutat ke layar iPhone-nya. Dan sama sekali tak kutanggapi. Aku masih saja memindah channel meski pikiranku kabur entah ke mana. Tiba tiba..

Knock..
Knock..

"Aubrey, buka gih!" Suruhku pada Aubrey. "Yeh. Lo aja buka!" Tolaknya. Aku mengangkat kedua bahuku. "Ya udahlah gak usah dibuka." Ucapku.

Aubrey's PoV
'Babe, aku di luar. Buka dong pintunya!'

Pesan dari Niall membuatku langsung terperanjat. Aku berdiri dan tanpa basa-basi melewati Red membuatnya kebingungan.

Saat kubuka pintu,

"Hi." the boys menyapaku. Mereka.. Mereka semua ada di sini. Ya Tuhan.

"Kalian. Ngapain. Ke. Sini?" Tanyaku gelagapan. Antara senang dan takut ketahuan Red. "Red ada di dalem?" Tanya Louis antusias. Aku mengangguk teraneh. Mereka semua tersenyum mengetahui keberadaan Red.

"Aubrey, siapa?" Tanya Red menghampiri. Aku tak menjawabnya karena melihat mereka jauh lebih baik dari pada kuberi tahu.

Ia menoleh dan menemukan the boys di depan pintu rumahnya. Ekspresinya tidak beda jauh denganku.

"Mau ngapain?" Tanyanya dengan ketus. Aku memelototi Red agar menunjukkan atitud yang baik di hadapan the boys.

"Kita mau ngasih tau lo sesuatu." Jawab Liam. Kuperhatikan sedari tadi Harry hanya menunduk dan membuang tatapannya dari Red. Dan Red mencari-cari tatapan Harry. Tapi tak juga ia temukan.

"Apa?" Tanya Red. "Kenapa gak kita suruh masuk aja Red?" Saranku. Ia menoleh ke arah ruang tengah dan menggeleng. "Rumah lagi berantakan, di situ aja." Ucap Red. Padahal setahuku rumah tidak terlalu berantakan. Dan bukankah sudah biasa the boys berkunjung saat keadaan rumah sedang seperti ini?

The boys menarik napas kecewa atas tindakan Red. Liam menyerah. Akhirnya ia membawa sesuatu yang ingin ia beritahukan kepada Red.

"Ini." Ucap Liam menyodorkan selembar amplop besar berwarna coklat. Apa itu?

"Apa itu?" Tanya Red sesuai dengan pertanyaan yang menyergapi otakku. "Baca aja!" Suruh Zayn. "Gue dapet banyak yang begituan. Jadi gue males baca!" Katanya lagi-lagi dengan arogan membuatku emosi. "Red, kenapa lo gak coba liat dulu apa isinya sih? Siapa tau penting!" Bentakku membuat Red memutar kedua bola matanya kesal. "Aubrey, gue beneran kok. Udah dapet kertas sama begituan tadi siang dari pos!" Jawabnya. "Lo dapet juga? Coba baca! Lo pasti terkejut." Pinta Liam membuat Red mengerenyit heran.

Ia menggeleng dengan malasnya. Tapi saat ia hendak melangkah pergi, aku menghadangnya. "Biar gue bawain suratnya." Kataku. Red setuju dan menungguku bersama the boys di depan pintu.

Aku melangkah ke ruang tengah berusaha menemukan kertas yang sama di meja kerja Red.

Dapat!!!

Aku kembali ke the boys dan Red, lalu menyamakan kertas yang Liam maksud.

Memang sama. Sebenarnya apa isi amplop ini?

"Coba lo buka dan baca!" Perintah Niall. Red yang terlihat penasaran langsung membuka amplop itu.

Dan..

Matanya membesar setelah membaca isi kertas itu.

"Apa Red?" Tanyaku dengan penasaran.

Ekhem.

Dia mendehem hendak membaca surat yang nampaknya penting itu.

"Twentieth Century Fox Film Corporation, adalah salah satu studio film utama, terletak di Century City, California, Amerika Serikat, persis di barat Beverly Hills. Studio ini merupakan anak perusahaan News Corporation, konglomerat media yang dikuasai oleh Rupert Murdoch. Perusahaan yang memproduksi X-men, Avatar serta Titanic ini merupakan hasil dari penggabungan dua perusahaan. Fox Film Corporation didirikan oleh William Fox pada sembilan belas empat belas, dan Twentieth Century Pictures, dimulai pada sembilan belas tiga puluh tiga oleh Darryl F. Zanuck, Joseph Schenck, Raymond Griffith dan William Goetz. Panjang banget!" Keluh Red masih menatap kertas itu. "Intinya aja!" Paksaku menggoyang-goyang lengannya.

"Berdasarkan rekomendasi Danny DeVito, kami Twentieth Century Fox MENERIMA pengajuan proposal Danny DeVito. Dan kami bersedia membeli film 'Nobody Compares' yang disutradai langsung oleh Danny DeVito dan Christopher Nolan seharga yang terlampir dalam proposal." Red menyelang perkataannya dengan teriakan histeris memelukku hingga ku sesak.

"Red! Terusin dulu bacanya." Pintaku. Red langsung menarik kembali lengannya dengan semangat dan kembali membaca surat itu.

"Dengan ini kami menyatakan kerja sama kepada seluruh kru film. Semua dana dan perizinan akan kami tanggung. Termasuk pinjaman bank dan sisa pembuatan film hingga selesai. Terimakasih. Aubrey gue mau pingsan!!!" Teriaknya.penuh histeria membuat the boys tertawa.

"Mau pingsan aja bilang-bilang. Heboh banget sih!" Cemooh Harry seketika membuat kami semua terdiam. Kenapa dengan Red dan Harry?

Liam terkejat dan melepas keganjalan ini. "Boleh kita masuk?" Paksanya. Red mengangguk dan masuk duluan sementara aku menunggu the boys masuk untuk kembali menutup pintunya. Sampai..

Lengan Niall memelukku. Aku terkesiap dan berbalik ke belakang dengan cepat karena tak mau ada yang menyadari ini. "Niall, get off!!!" Bisikku. "We need to talk!" Balasnya tanpa mau melepas lengannya dari pinggangku. "Okay. Outside!" Ucapku melepaskan lengannya paksa. Niall bisa menerima dan ia melangkah duluan ke luar.

Red's PoV

"Ada yang punya nomor kontak DeVito?" Tanyaku pada the boys. Zayn dengan sigap menanggapiku. "Bagaimana dengan Nolan?" Tanya Louis. "Kita bisa panggil taksi." Jawabku dengan senyum licik.

**

3 hari kemudian.

20th Century Fox dan

Paramount Pictures adalah dua distributor yang bertugas mengedarkan film. Paramount menangani pendistribusian di Amerika Utara dan Fox menangani

pendistribusian di seluruh dunia. Fox dan Paramount meminta pada DeVito agar menyelesaikan film secepatnya dengan tujuan supaya film ini sudah bisa dirilis pada saat liburan musim panas. Namun DeVito tidak menyanggupinya dia mengatakan rumit dan merilis film untuk musim panas tidak akan mungkin terwujud. Hal ini membuat Paramount harus menunda perilisan di Amerika Serikat. Pembukaan penayangan film ini dilaksanakan di Tokyo International Film Festival. Di Amerika,kemudian menyusul negara-negara lainnya di seluruh dunia.

Kami telah menarget pasar dan menggesitkan pekerjaan kami. Meski begitu, DeVito dan Nolan tetap memperhatikan setiap detail.

Apa?

Hubunganku dengan Harry? Tidak berjalan mulus. Tidak lagi.

Kukira Niall dan Aubrey masih dekat. Bahkan kuperhatikan mereka semakin dekat. Kenapa dengan Harry? Biasanya semarah apapun aku, Harry akan membujukku. Atau jangan-jangan dia sudah punya kekasih? Ah apa sih aku ini? Tuhan, aku benar-benar berharap ia menyapaku. Aku mencintainya!!!

"Hai Red." Sapa Harry dengan beberapa helai kertas skenario yang ia bawa. Ia menghampiriku sambil tersenyum. Aahh!!! Tuhan mengabulkan doaku.Ayo, Red. Biasa saja!

"Hai." Balasku ikut tersenyum. Namun senyum dingin. "Ending-nya kita ciuman lagi?" Tanya Harry membuatku menganga. Benarkah? Aku segera merebut kertas skenario itu dan di situ memang tertulis Harry menciumku.

Aku menatap Harry dan mengangguk. Jika pertama kali ia sangat senang mengenai adegan ini, sekarang jauh berbeda. Raut wajahnya langsung berbeda. Seperti malas melakukan semuanya. Dia kenapa sih? Harry, jangan seperti itu! Kejar aku! Aku mau jadi kekasihmu!!!

"Kenapa Hazz?" Tanyaku mencoba mengakrabkan diri. Harry hanya menggeleng lemas tanpa melihatku. Ya Tuhan Harry.

Aku menyesal Harry! Jangan perlakukan aku seperti ini.

My Wattpad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang