31. Confused

535 39 3
                                    

Saat aku mulai mendekati bibirnya, ia menunduk menghindariku. Aku mengeratkan lagi pelukanku membuatnya mendongak. Tapi wajahnya tak bisa diam membuatku kesulitan. Saat ia menatapku..

Matanya berkaca-kaca. Kenapa?

"Kenapa Red?" Tanyaku. "Cut!" Teriak DeVito. Aku melonggarkan bungkusanku. Ia terengah. Aku menatapnya lekat. "Terlalu keras yah?" Tanyaku penuh rasa bersalah. Tapi dia menggelengkan kepalanya.

"Terus kenapa?" Tanyaku lembut. "Gue juga gak tau." Katanya sambil menggelengkan kepalanya kebingungan membuatku semakin bingung.

"Udah?" Tanya Nolan masih diam di tempat duduknya. "Sebentar!!!" Teriakku ke arahnya. Lalu kembali fokus ke Red. "Kenapa sih?" Tanyaku. Red tak kunjung menjawabku sampai akhirnya Aubrey datang. Ia menunduk menyamai tinggiku yang duduk di depan Red. Aubrey membisikkan sesuatu.

"Red emang suka kayak gitu kalau terlalu gugup!" Aubrey memberitahuku. Aku mengangguk lalu menatap Red lagi. Aubrey pergi dari hadapan kami.

"Red, santai aja. Kamu udah biasa kan sama syuting?" Tanyaku. Aubrey yang sedang melangkah, berbalik lagi ke arahku setelah menghentak kakinya. Ia kembali berbisik.

"Red gugupnya sama lo!" Tekannya. Ooh. Aku kembali mengangguk lagi. Aubrey kembali lagi.

"Boleh lanjut?" Tanyaku. Red mendongak dan mengangguk tersenyum. Ia menghela napas panjang dan kembali siap. Aku mengirim kode pada DeVito untuk mengambil gambar kami.

Kembali, aku menatap Red setelah aku memeluknya. Ia membalas tatapanku dengan gugup. Aku mendekati telinganya Membuatnya kegelian. Sebenarnya ini tidak ada dalam skenario, tapi aku berbisik padanya.

"Tenang aja Red." Ucapku. Ia mengangguk.

Semua kru terdiam serius memperhatikan adegan kami. Tuhan, bisakah Kau hentikan waktu saat ini? Aku sangat nyaman berada di zona-ku sekarang.

Kini aku merasakan kulitnya yang memanas, bergolak, dan aku merasakan detak jantung kami yang cepat dan seirama membuat guncangan di antara peluk hangat kami. Aku menatap tanpa melepas tubuhnya. Ia kesulitan ikut menatapku. Dan tatapannya hanya tertuju ke bibirku yang membiru dan bergetar. Lalu aku pun merendahkan tatapanku dan membuatnya dapat dengan leluasa menatap mataku, ia terjebak dalam tatapan gelap dan liarku.

Ia sedikit bergidik saat aku menghembuskan napasku.

Setelah itu ia menunduk, terbuai dan lemah atas tindakanku. Kurasa ini tidak ada dalam skenario.

Aku mendekapnya lebih erat memaksanya menenggakkan kepalanya ke arahku. Kenapa dia tertunduk seperti itu?

Red mengeratkan pelukannya di belakang leherku.

"Just do it!" Pintanya membuatku terbelakak. Ini tidak ada dalam skenario Red! Tidak sama sekali. Karena tak mau gagal, aku tersenyum.

Aku mendekati bibirnya.

Dan cuup..

Aku mencium bibir Red untuk ke tiga kalinya. Dengan sihir hangatnya membuatku seketika terbius nikmat sambil memejamkan kedua mataku. Red yang enggan melepas pelukannya membuatku semakin hanyut terlena. Aku menjelajahi semua bagian mulutnya dan ia terdiam membiarkannya.

Napas hangatnya terus-menerus mengirimku sengatan- sengatan tajam di perutku. Membuatku semakin dalam menikmati momen ini. Hanya hujan deras buatan ini yang membuat kegaduhan selagi kami terbungkam tak mengeluarkan suara.

Aubrey's PoV

"Okay." Nolan menggigit bibirnya fokus memperhatikan kamera ketika mengambil gambar Harry dan Red yang semakin panas itu.kenapa Red terlihat sangat menikmati? "Okay! Cut! Perfect!" Puji DeVito, tapi...

"Cut!" Ulang Nolan. Namun Harry dan Red enggan melepas adegan panas mereka itu. Saat DeVito hendak menghentikan mereka, Nolan menghadangnya. "Biarkan." Bisik Nolan tersenyum berseri. DeVito menyalakan lagi kameranya, mengambil gambar mereka yang masih betah berlama-lama.

Apa-apaan ini? Kenapa mereka semakin panas?

Niall menghampiriku dan merangkulku. "Enak kayaknya?" Katanya dengan tatapan nakal. Karena kesal, aku menghempaskan tangan Niall dan berjalan ke arah Red dan Harry.

"Harry, stop!" Teriakku di telinganya yang otomatis memutus adegan mereka. Semua menatap kesal ke arahku ketika aku menarik lengan Red dengan kesal. Ia mengikutiku.

"Aubrey, lo kenapa?" Tanya Red ketika kami sampai di kamarnya. "Lo kenapa lama-lama nyipok Hazza? Itu kan adegan doang!" Bentakku membuatnya tertunduk ketakutan. Aku menghela napas dan memeluknya. Aku hanya tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi terhadap Red. Apalagi Harry! Aku tahu pikirannya selalu kotor. "Gue udah berusaha nyabut bibir gue. Tapi Harry makin liar dan gue gak bisa ngelawan. Aubrey maafin gue!" Jelasnya lirih. Aku melepas pelukannya. "Kenapa lo minta maaf? Lo gak salah kok! Maafin gue juga. Gue cuma gak mau..." Red menghentikan ucapanku. "Iya, gue tau Aubrey. Makasih yah?" Ucapnya membuatku lega. Aku mengangguk.

"Gue mau Tanya sebentar." Katanya. "Nanya apa?" Aku merespon. "Lo kemarin janji mau jelasin ceritaan Niall. Mana?" Tagihnya. Karena merasa kesal atas tindakan Harry tadi, aku bongkar saja!

"Jadi gini Red." Aku menarik lengannya dan duduk bersamaan denganku."Sebenernya lo sama Harry itu udah pernah ciuman, bahkan lo minta lagi sama dia." Jelasku membuat matanya terbelakak kaget. "Kapan?" Tanyanya dengan menyeramkan. "Waktu elo nge-drunk karena Harry. Inget gak?" Aku balik bertanya. Red menggeleng masih dengan ekspresi kagetnya.

"Sialan Harry! Brengsek banget sih dia!" Gerutunya. Aku meresponnya dengan mengangkat kedua bahuku.

Harry's PoV

"Gila! Enak banget lo!" Niall berteriak dengan iri membuatku terkekeh melihatnya. "Ia dong." Kataku dengan bangga sambil meneguk air putih. Tiba-tiba Niall menepuk punggungku memberitahuku keberadaan Red. Aku sedikit tersedak namun, berhasil membersihkan mulutku saat Red sampai di depanku.

"Hi." Sapaku.

Ia tak menoleh sama sekali. Hanya mengambil air putih dan meneguknya sambil membawa kertas skenario dan membacanya. Apa dia tidak mendengarku?

"Red?" Aku mengulangnya. Ia menoleh lalu kembali lagi ke skenarionya. Kenapa dia? "Red!"

"Apa sih?" Sewotnya membuatku langsung bungkam. Dia memutar kedua bola matanya dan meneguk habis airnya lalu kembali ke lokasi.

Aku rasakan ada yang menghampiri. Dia Zayn.

"Kenapa?" Tanyanya sambil memperhatikan langkah Red. Aku hanya menggeleng bingung. Aku saja tidak tahu. "Samperin gih!" Suruh Zayn. Aku menggeleng lagi. "Tadi aja gue nanya udah disemprot. Apalagi nyamperin?" Kataku. "Cowok bukan sih?" Ejek.Zayn. Aku menatap Zayn yang menatapku dengan tatapan menantang. Ia mengangkat dagunya ke arah Red menyuruhku menghampirinya.

Baiklah.

Aku berjalan ke arahnya. "Red, lo kenapa?" Tanyaku. Ia menoleh namun enggan menjawab pertanyaanku. Membuatku semakin bingung. Aku harus bagaimana?

"Red!" Aubrey menghampiri Red dan membawakannya seperangkat make-up melewatiku. Red menyambutnya. Ada apa sih ini?

Setelah selesai, Red bersiap kembali syuting sementara aku menarik lengan Aubrey. "Aww!" Dia berteriak. "Gue mau ngomong sama lo!" Kataku. "Ya gak usah narik-narik tangan juga kali. Apa?" Gerutunya. "Red kenapa sama gue? Gue bikin salah?" Tanyaku. Aubrey mengangkat bahunya. Tapi bukan mengisyaratkan ketidaktahuan, namun ketidakpedulian. Apa yang salah sih?

"Aubrey please kasih tau gue!" Pintaku. "Kenapa gak lo tanya ke Red aja?" Tanyanya membuatku kesal. "Sebelum gue tanya lo, gue tanya Red duluan! Kasih tau aja apa susahnya sih?" Pintaku agak membentak. "Oke. Dia gak suka kalau lo gak ngehargain dia sebagai cewek baik-baik!" Jelasnya. "Emang kapan gue gak respect? Gue selalu ngelindungin Red!" Kataku kesal. "Gak tau deh! Gue masih banyak urusan. Tar aja lanjut oke? Bye!" Ucapnya sambil melangkah pergi. Aku

My Wattpad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang