27. Artificial Respiration

606 42 1
                                    

"Bangun semua! Nolan suruh kita nonton film-nya!" Teriak Liam dengan kentongan dan pancinya membuat kami seketika terbangun.

Seolah puas sudah membangunkan kami, ia tersenyum dan keluar.

**

Setelah siap, kami semua keluar dan memenuhi panggilan Nolan.

"Kenapa saya menyuruh kalian ke sini?" Tanya DeVito. Kami saling tatap dan tidak mengerti. "Karena sekarang waktunya kalian kerja." Katanya sambil tertawa jahat. "Tapi, sebelum itu. Saya ingin mempersembahkan kalian sepotong film yang sudah kita buat. Siap?" Tanyanya. Kami mengangguk masih ngantuk.

Ngomong-ngomong kemana Red?

Astaga.

Cantik sekali.

Aku menggelengkan kepalaku untuk berkedip. Jangan Harry! Bikin dia penasaran! Jangan tunjukin ke dia kalau kamu terkagum!

Monolog batinku.

"Good morning!" Sapanya kepada semua orang. Aku pura-pura acuh dan masih memperhatikan Nolan yang hendak memutar film.

"Here we go!" Gumam Nolan.

Film itu diputarnya.

**

"Baiklah, apa opini kalian?" Tanya Nolan. Beberapa orang menanggapi film itu dengan sangat baik. Kecuali aku.

"Kenapa Harry?" Tanya DeVito. "Kenapa Red lebih cantik aslinya? Maksud saya, liat efek-nya yang amburadul. Red jadi kelihatan jelek!" Kritikku. Semua mata menoleh ke arahku yang dengan berani menyatakan itu. Apalagi Red yang begitu terkejut.

"Harry! Kita sengaja bikin Red agak.. You know." Alasan Nolan. "Karena di ceritanya kan memang Harry sama sekali tidak tertarik dengan Red. Nanti setelah di pulau pasti Red kami bikin asli." Katanya. "Tapi Saya gak setuju. Ya, Harry kan emang udah suka sama Red dari awal. Yang bikin Harry sebel sama Red itu karena Red gak pernah senyum. Bener kan Red?" Tanyaku padanya sambil menoleh ke arahnya. Red mengangguk. Aku ikut mengangguk dan melihat kembali ke Nolan.

"Oh gitu. Sorry saya gak tau ceritanya. Memang Harry sudah baca semua?" Tanyanya. Aku mengangguk.

"Ya udah. Ganti efek aja. Selesai kan? Yuk kerja lagi!" Seru Niall. Kami semua mengangguk dan Nolan setuju untuk mengubah efek itu.

Aubrey menghampiriku.

"Lo jeli banget sih!" Godanya membawakanku minuman. Aku menerimanya dan langsung meneguknya.

"Gak suka aja." Kataku. Memperhatikan Red dari sini jauh lebih indah daripada melihat seluruh isi pulau indah ini.

"Kapan lo nembak dia?" Tanyanya membuatku langsung membesarkan mataku. "Dia nanya?" Tanyaku. Ingin sekali mendapat jawaban iya dari Aubrey.

"Enggak."

Haaah. Putus sudah harapanku.

"Ya udah. Lo liat aja responnya sama gue selama ini kayak gimana!" Keluhku. "Ya coba aja. Dia pasti mau kok!" Dia menyemangatiku. "Yakin lo?" Tanyaku penuh harap. "Enggak."

"Euh monyet! Kasih info beneran dikit kek ah elah!" Keluhku.

Kenapa Red dan Niall memperhatikan kami terus?

"Oya. Lo gimana sama Niall?" Tanyaku. "Gimana apanya sih? Biasa aja!" Aubrey mengelak. "Alah jangan bohong! Gimana?" Tanyaku penasaran.

"Dia udah nyatain sih sama gue. Tapi belom gue jawab. Dan Niall pun gak nanya keputusan gue sampe saat ini. So, gue gak tau!" Jelasnya. Aku mengangguk.

"Gue berani tarohan! Kalau lo udah jadian sama Niall, gue bakal cium Red depan kalian!" Tantangku. "Bener yah?" Balas Aubrey. Aku mengangguk asal. "Iya. Pegang omongan gue." Kataku membuatnya tertawa. "Kok lo mau?" Tanyanya. "Ya jangan gila dong. Kalau Niall taken, berarti gue sendirian yang single. Tapi gue yakin, gue sama Red pasti jadian duluan." Ucapku dengan percaya diri. "Halaaah.. Natap matanya aja gak kuat. Gimana mau nyatain?" Ledek Aubrey. "Eh. Lo liat aja nanti. Bakal iri lo sama gue!" Ancamku. "Ya udah buktiin!" Tantangnya.

"Harry?" Lou, memanggilku. Ia sengaja kami panggil untuk menjadi kru juga. Mengenai make-up dan wardrobe tentu saja.

"Udah ah!" Kataku meninggalkan Aubrey dan menghampiri Lou.

"Well. Well. Here's our star!" Gumamnya. Aku menghampirinya dengan malas. "Mau dandanin gue kayak apaan?" Tanyaku. "Orang yang kehabisan napas!" Jawabnya.

Oh iya. Aku kan tenggelam ceritanya. Waah.. Asik nih. Ada adegan Red kasih aku napas buatan. Yes yes!!!

"Kenapa sih lo Hazz?" Tanya Lou yang mungkin saat ini sedang menyaksikanku cengengesan sendiri. Aku mengelak. "Kenapa apa?" Aku bertanya balik. Memang dasarnya Lou selalu fokus, untung saja dia tidak menelaah lebih jauh apa yang sedang kupikirkan.

**

"Udah siap?" Aku menghampiri Red yang sedang meneguk wiskey dan membaca skenario bersamaan.

Ia menoleh ke arahku dengan gugup. "Um. Y.. Ya! Why not?" Katanya gelagapan setelah membaca seluruh skenario. Ia meneguk habis wiskey-nya dan tertunduk lalu melewatiku.

Kenapa?

Red's PoV

Ayolah Red! Ini hanya skenario!

Lou menghampiriku.

"Red, make-up yuk!" Ajaknya. Aku mengangguk membuntutinya. Saat sampai Lou menarik tanganku dan aku pun langsung duduk di meja rias.

"Kenapa?" Tanya Lou seperti melihat apa yang kurasakan. "Gue cium Harry sekarang!" Kataku. "Emang kenapa?" Tanyanya simpel. "Ya gue.."

"Udah sih cuma nempel aja kan?" Tanyanya padaku. "Lagian judulnya kasih napas buatan, bukan ciuman!" Tambahnya. Aku mengangguk beberapa kali mencoba menghilangkan rasa gugupku.

**

Aku sedang berjalan-jalan di tepian pantai mencari minuman. Sampai kutemukan sebuah kelapa dan meneguknya habis.

Tak lama setelah itu aku menemukan tubuh Harry yang tergeletak di pantai. Aku segera menyeretnya ke tengah. Menarik jaketnya yang basah.

Aku melucuti pakaiannya. Menekan-nekan permukaan dada dan perutnya beberapa kali. Aku memasang ekspresi wajah ketakutan melihat wajahnya yang membiru. Lalu..

Menciumnya?

Aku berusaha memajukan bibirku ke arah bibirnya.

Perlahan..

Perlahan..

Dan..

"Red! Samperin bibirnya!" Teriak Liam membuatku terperanjat lalu membuka mataku. Hah? Ternyata aku belum mendekatkan bibirku sama sekali!

Aku mengangguk ketika melihat wajah-wajah kesal itu. Aku kembali mengambil napas dan kembali menutup mataku mendekati bibirnya. Tiba-tiba..

Cup!

"Harry!" Teriakku padanya yang tiba-tiba bangun dan menciumku. "Lagian lama banget sih tinggal nempel apa susahnya?" Bentaknya. "Ya tapi kan jangan gitu!" Balasku sambil menepak kepalanya. "Udah! Udah! Kapan nyiumnya?" Teriak DeVito. Aku masih menatap Harry dengan sinis ketika ia kembali terbaring lemas.

Tanpa banyak lama, aku membuka mulut Harry dan mendorong wajahku ke sana dengan berani. Lalu mengirim udara itu ke mulutnya.

Shit!!!

**

"Red!" Luke menghampiriku yang sedang berlinang air mata karena peristiwa tadi. Kenapa air mataku selalu turun ketika aku gugup sih?

Aku membersihkan air mataku dan menoleh ke arah Luke.

"Hai!" Sapaku. Dia tersenyum menghampiriku. "Gue balik duluan yah? Ada tour! Gue gak ada kerjaan lain kan? Lagian gue main lagi nanti pas di ending. Boleh kan?" Tanyanya. Aku mengangguk sambil tersenyum. "Iya bawel banget sih!" Godaku. Ia tertawa. "Ya ampun. Gak akan nemuin lagi deh cewek kayak gini!" Balasnya sambil mengacak-acak rambutku membuat kami tertawa bersama. Sampai..

Harry datang..

My Wattpad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang