09. That Boy

716 44 0
                                    

Aku menyerah. Jika ini memang kebijakannya, aku akan berusaha untuk memanggil Harry kemari. Bagaimanapun caranya.

Aku mulai kembali membuka pesan masuk dari Harry yang sama sekali tidak aku baca itu. Ternyata sudah lumayan lama juga dia tidak memenuhi kotak masukku. Sempat ragu saat akan menulis pesan itu pada Harry. Namun aku tak ingin mengecewakan Aubrey dan membunuh impianku begitu saja.

Akhirnya aku mengirimnya pesan.

‘Hi?’

Aku masih menatap laptop-ku.

Satu menit.

Dua menit.

Lima menit.

Sepuluh menit.

Kemana lelaki ini?

‘Hello Harry Styles?’

Satu jam sudah aku menunggu balasan darinya. Namun tak kunjung kudapatkan. Kenapa kemarin tak ku kasih saja nomor teleponku? Ah. Harry!

Harry’s P.O.V

‘Hi?’

Red? Ada apa dia menghubungiku? Alah. Pasti ada butuhnya saja. Aku mengabaikannya.

‘Hello Harry Styles?’

“Kok gak dibales Hazz?”

Tanya Zayn.

“Cuma ada butuhnya doang!”

“Loh? Harusnya seneng dong kalau dia butuh lo? Jadi lo gak suka kalau cewek yang lo suka butuh bantuan lo?”

“Ya tapi kan gak datang saat butuh doang!”

“Ini permulaan Hazz. Percaya sama gue.”

Katanya meyakinkanku. Aku menyetujuinya. Saat aku mulai mengetik..

‘Hi Red..’

Tinggal klik kirim dan..

Laptop-ku mati.

“Shit! Laptop-nya mati sialan!”

Gerutuku membuat Zayn seketika tertawa puas. Aku langsung loncat dari sofa berlari ke kamar dan mengambil charger laptop-ku. Tapi..

Di mana?

“Niall!!! Di mana charger laptop gue?”

Teriakku pada Niall yang sedang mandi itu.

“Gak tau!’

Teriak Niall dari dalam. Aku terus mencari charger-ku yang entah dimana itu.

Sampai pusing.

Red’s P.O.V

“Red? Udah ngobrol sama Harry-nya?”

Tagih Aubrey. Aku menggeleng sambil cemberut.

“Harry gak bales DM gue. Nyesel banget gue gak ngasih nomor HP ke dia.”

“Tuhkan! Masa kita harus susul dia ke London sih?”

“Ide bagus!”

“Lo mau?”

Aku mengangguk dengan cepat.

“Kalau gitu lo bawa mobil gue, gue masih banyak urusan sama tim penerbit. Bisa kan?”

Tawarnya membuatku lagi-lagi mengerucutkan bibirku.

“Lo gak bisa anter gue?”

“Lo udah gede Red!”

“Gue tau. Masalahnya yang gue hadepin ini..”

“Nyebelin?”

Potongnya dan aku langsung berhenti. Lalu aku merampas kunci mobil Aubrey dengan kasar.

“Jahat lo!”

Kataku sambil berlalu dari hadapannya membuatnya tertawa.

Harry’s P.O.V

“Louis! Charger laptop mana?”

Teriakku dengan kesal.

“iPhone lo kemana?”

“Gak ada kuota!”

“Pake laptop gue aja sih Hazz!”

Sambung Zayn. Aku langsung berlari kekamar Zayn dan mencari laptop-nya.

“Di mana?”

“Gak tau! Cari aja!”

Aku lalu berteriak dengan kesal karena tak kunjung mendapat jalan untuk bisa membalas pesan dari Red.

“Niall, pinjem laptop!”

“Ambil aja di kamar!”

Akhirnya aku mendapat jalan untuk dapat menghubungi Red.

Red’s P.O.V

Aku mengebut tarikan gasku. Ingin segera menjumpai Harry Styles dan memberinya kabar gembira ini.

Sampai..

Kenapa gasnya tersendat?

"Shit!"

Gumamku. Bensin full. Kenapa ini?

Beep.

'Ya Stoner?'

Akhirnya dia membalas. Kemana saja orang ini? Tau begini aku takkan menyusulnya. Bikin susah saja.

'Kemana aja sih lo?'

'Ada. Kangen?'

Aku mengabaikan pesannya dan memikirkan nasibku sekarang. Aku menelepon Aubrey.

Tapi..

Tak kunjung ia angkat. Sial! Ku coba beberapa kali namun hasilnya sama saja.

Beep.

'Heh bales dong!'

Paksa Harry.

'Gue di Oxford. Bisa nemuin gue?'

'Ngapain lo di sana?'

'Ngapain lo nanya balik? Bisa gak?'

'Kalo lo maksa.'

'Gue maksa! Gue gak mau tau lo harus kesini.'

'Oke. Sekarang?'

'Styles!!!!'

'Oke. Oke.'

Aku diam di pinggir jalan menunggu lelaki menyebalkan itu. Mungkin warga Oxford sudah dicuci otak agar tak mempedulikan orang yang kesulitan.

Selagi menunggu aku terus menghubungi Aubrey. Tapi kemana dia? Saat dia mengangkat teleponnya.

"God. Could you please stop it? Gue lagi di Civil War!"

"Mobil lo mogok. Gue send.. Halo? Shit!!!"

Aubrey memutus teleponku.

Come on Harry.

'Heh! Lo dimana?'

Tak ada jawaban. Tak lama setelah itu..

Mercy SL klasik itu berhenti di muka mobil ku. Kendaraan yang digunakannya itu terlihat sangat menawan dengan styling retro yang benar-benar kental. Lelaki itu keluar dari mobilnya dan..

Menghampiriku?

"Kenapa?"

Simpatinya.

"Mobil gue mogok. Bisa benerin?"

Tanyaku dengan malu-malu. Ia menoleh dan kembali menuju mobilnya. Aku memerhatikannya dengan seksama.

Siapa dia?

My Wattpad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang