13. Let Me Kiss You

851 48 0
                                    

"Apa lo bilang? Nginep di sini? Gue tinggal sendiri!" Makiku.

"So?" Tantangnya.

"So?"

"Iya so? Apa? Kenapa kalau lo tinggal sendiri?"

"Ya, lo cowok dan gue.. Lo tau kan?" Tanyaku sambil memainkan tanganku. Ia mengacuhkanku, menunduk sambil mengangguk beberapa kali. "Gue gak napsu sama cewek dekil!" Ledeknya. Aku menyipitkan kedua mataku.

Aku lalu menelepon Aubrey.

"Babe, lo bisa ke sini kan? Plis."

"Kenapa?"

"Si keriting gila ini pengen nginep. Tapi gue gak mau kalau cuma berdua." Sambil melirik Harry. Dia masih menunduk lalu tersenyum geli sambil mengayun kaki kirinya memainkan kerikil.

"Loh. Kenapa gak nginep di hotel aja?" Tanya Aubrey mengingatkanku. Iya juga.

"Heh jabrik!" Panggilku asal. Ia mendongak dan menatapku. Sangat lekat. "Kenapa lo gak sewa kamar hotel?" Tanyaku masih sensi. "Kalau lo mau ikut, ayo." Ajaknya. Aku berteriak di depan wajahnya dan memukuli dadanya. Kekar sekali.

"Red! Red!" Teriak Aubrey. Setelah menarik napas panjang, aku kembali fokus pada Aubrey. "Iya. Gue gak apa-apa."

"Kalau gue punya duit, daritadi gue sewa kamar hotel Red bego! Lagian males banget gue harus tinggal di tempat beginian." Katanya menghina. Tuhan, kenapa kau menciptakan lelaki gila ini?

"Aubrey, bisa kan lo dateng ke sini?" Tanyaku. Aubrey mengiyakan dan dia segera menutup teleponnya.

Aku dan Harry menunggu di luar. Aku tak membiarkan Harry masuk sebelum Aubrey datang.

Kami saling terdiam. Sejenak saling tatap namun seketika kami membuangnya. Dan itu terjadi beberapa kali.

Sekitar dua puluh menit, Aubrey sudah sampai. Aku menghela napas lega karna kedatangannya aku bisa segera mendaratkan kepalaku di bantalku. Aku memeluknya.

"Mh! Bau ish!" Keluhnya. Harry tergelitik tawa namun ia menahannya. "Gue habis muntah." Kataku tersinggung. "Mandi dulu sana!"

"Yaaa. Gue pengen bobo Aubrey!" Pintaku. Ia lalu memperhatikan wajahku yang kelelahan lalu memegangi wajahku.

"Ya udah. Tapi ganti baju dulu yah?" Katanya. Aku mengangguk dan langsung masuk. Harry dan Aubrey menyusul.

Saat masuk, aku bergegas berlari menuju kamarku. Samar-samar aku mendengar Harry dan Aubrey sedang ngobrol. Baguslah. Ku kira mereka akan jadi teman baik. Aku tak mau berurusan dengan lelaki ini setiap saat.

Setelah selesai dengan piyama Hunter X Hunter-ku, aku menghampiri Aubrey sambil menguap.

"Yuk!" Ajakku sambil mengulur telapak tanganku mengajaknya bergegas tidur. Tapi..

Malah Harry yang menarik tanganku. Aku langsung menghempaskannya dan menatapnya penuh kebencian.

"Gue mau tidur di dalem!" Katanya membuatku meledak. "Sialan lo! Udah dikasih tumpangan juga!!!" Bentakku. "Harry, lo gak salah nyuruh cewek tidur di luar?" Aubrey ada di pihakku. "Gue gak nyuruh kalian tidur di luar. Tapi, gue pengen tidur di dalem. Siapa suruh kamarnya cuma ada satu?" Ledeknya dengan menyebalkan.

"Gue gak mau tidur di luar!" Teriakku. "Gue juga." Balas Harry.

"Guys!!!" Aubrey melerai. "Kita ke rumah gue aja. Kalian bisa pilih kamar sesuka kalian!" Tambahnya.

Aku dan Harry saling tatap. Lalu aku menatap Aubrey. "Gak usah Aubrey. Lo capek daritadi mondar-mandir ngurusin gue." Kataku lirih sambil mengusap rambutnya. "Gue juga sama capek! Mau dielus dong!" Pinta Harry. Aku menatapnya dengan sinis.

Aku memindahkan tangan kananku ke kepala Harry dan mengelusnya.

Lalu..

"Aww!"

"Makan tuh gimbal!" Makiku setelah mendorong kepalanya. Aubrey hanya tersenyum melihat tingkah kami berdua. Kenapa dia?

"Ya udah ah! Gue capek. Bye girls!" Katanya dengan menjijikan. Aku benci lelaki ini.

"Aubrey, lo gak apa-apa tidur di sini?" Tanyaku khawatir. Aubrey mengangguk sambil tertawa. "Kayak ke siapa aja sih lo! Sini!" Serunya. Aku membalas senyumnya dan merebahkan tubuhku di sofa.

Sungguh perjalanan yang memuakkan.

Harry's PoV

Aku mau pipis.

Shit!

Dengan dengusan kesal aku mencari celana dalamku. Kemana benda sial itu?

Inilah alasanku tak ingin tidur di luar. Tentu saja karena aku tak bisa naked di depan para gadis itu. Aku juga tidak bisa tiduran di karpet seperti ini. Birmingham benar-benar panas.

Aku menengok jam menunjukkan pukul dua lima belas pagi. Kenapa aku harus terjaga di waktu sedini ini?

Aku mengelilingi kamar ini. Berusaha mencari pintu menembus ruang ternikmat di jagat raya. Ya, toilet.

Tapi tak ku temukan. Di sini hanya ada benda berwarna merah. Semuanya merah. Hingga mataku sakit melihatnya.

Jangan-jangan toilet juga ada di luar lagi. Ah, masa aku harus berpakaian dulu sih?

Akhirnya aku memutuskan untuk keluar.

Eits. Setelah berpakaian tentu saja. Aku tak ingin Red menjadi penulis dirty imagine.

Dengan melakukan hal yang sama, aku mengelilingi isi rumah ini untuk mencari pintu itu. Pintu yang.. Ah lupakan.

Tanpa sengaja aku melihat pajangan foto itu. Foto gadis bergaun merah jambu. Apa itu Red? Ke mana pakaian merahnya? Dia menggemaskan.

Lalu di sana ada foto bersama Aubrey, di London. Aku tahu persis. Satu dengan kedua orang tuanya dan satu sendirian.

Cantik sekali.

Bolehkah aku simpan gambar ini.

"Mau ke mana kau bangsat?"

Red? Aku menoleh ke arahnya yang sedang tertidur pulas. Sambil menggaruk-garuk kepalanya. Aku ingin tertawa begitu keras. Tapi, aku ingin pipis!

Setelah kutemukan pintu itu, aku langsung dan melancarkan aksi ku.

Akhirnya. Lega sekali.

Saat hendak membuka pintu kamar untuk kembali tidur..

"Jangan tinggalkan aku." Ucap Red dengan lirih. Masih dengan mata yang terpejam.

Aku menatapnya sambil berdiri, lalu menghampirinya.

"Aku gak bakal tinggalin kamu sayang." Jawabku sambil bersimpuh di sisi sofa memerhatikan wajahnya. Lugu dan sangat biasa. Tak ada kepalsuan, menarik dari berbagai sisi.

"Siapa kamu?" Tanyanya sambil mengerenyit. "Aku Harry, sayang."

"Pacarku?" Tanyanya. Aku mendengus tertawa geli. Sedang mimpi apa gadis ini?

"Cium aku Harry!"

Apa?

Permintaannya. Tuhan! Haruskah aku memanfaatkan situasi ini?

"Kamu gak keberatan?" Tanyaku innocence. Ia tidak menjawab.

Aku menggigit bibirku dan aku begitu tergugah untuk memainkannya di dalam mulut Red.

Aku membelai pipinya dengan hangat dan mendekatkan wajahku ke wajahnya.

Aku menatapnya lekat-lekat dan..

Ah..

Jangan Harry! Tahan!

Aku tak mau menikmati hasrat ini hanya sendirian. Aku tak mau Red tidak tahu apa yang telah terjadi.

Aku tersenyum dan menarik telapak tanganku kembali.

Saat berbalik..

Red menahan lenganku.

"Kenapa gak jadi?" Pintanya dengan manja. Ya Tuhan. Aku tak kuasa menahannya. Siapa peduli?

Saat aku lagi-lagi membelai pipi dan mendekatkan bibirku ke bibirnya.

"Harry, lo ngapain sama Red?"

My Wattpad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang