28. Open Up

614 41 0
                                    

"Hey Harry! Gue pamit balik duluan yah? Tar gue ke sini la.."

"Jangan sok baik lo!" Katanya dengan amarah yang tertahan. Aku terkejut melihat Harry seperti itu.

"Kenapa sih lo?" Kurasa Luke tersinggung. "Gue gak suka lo godain Red!" Jelasnya. Ini urusanku. Aku melangkah ke arahnya.

"Apaan sih Hazz?" Tanyaku. Harry mendengus dan tersenyum kecut. Melihat aku bertindak, Luke menghalangi langkahku. "Sorry Hazz. Gue gak maksud!" Jelas Luke. "Meskipun Luke maksud kayak gitu, itu bukan sama sekali urusan lo!" Tambahku. Kenapa Harry memperlakukan Luke seperti itu? Bagaimana jika dia tak mau lagi bekerja sama dengan kami?

"Lo belain Luke?" Tanya Harry seperti anak kecil. "Lah iya. Orang dia gak salah! Salah dia apa coba?" Tanyaku. "Guys!" Luke mencegah kita berdua yang kini melangkah berhadapan sangat dekat. Tapi aku dan Harry tak menggubris Luke. "Salah dia godain lo!" Teriak Harry menunjukku. "Siapa yang godain gue? Lagian apa urusannya sama lo?" Balasku. "Itu kerjaannya gue!" Jawab Harry. "Guys!!!" Luke berteriak. Kami mulai memperhatikannya.

"Harry, pertama gue buru-buru, kedua gue gak godain Red, ketiga kalo lo mau godain Red silahkan. Sekarang pertanyaannya boleh gue pergi?" Tanya Luke. Harry menatapnya sinis. "Alibi lo!" Ejek Harry. Aku menepak bahu Luke dan memelototi Harry. "Ya udah lo pergi aja Luke! Gak usah digubris yang beginian mah!" Kataku sambil menunjuk Harry kasar. Harry memelototiku. "Ya udah gue pergi dulu yah?" Pamit Luke sambil tersenyum.

"Mulai.. Mulai.." Ancam Harry. Luke menoleh dan aku menatapnya sinis. "Apaan sih!" Bisikku kesal. "Harry, gue balik dulu ya?" Pamit Luke. "Ya udah sono!" Usirnya. "Harry!" Bisikku lagi. "Iya Luke yang baik dan murah senyum! Hati-hati yah?" Katanya dengan senyum yang dibuat-buat. "Oke." Luke membalas senyum palsu Harry dan pergi dari kami.

Setelah kepergian Luke, aku mulai melangkah.

Tapi Harry mencegahku.

"Apa sih?" Bentakku menghempaskan genggamannya. "Apa? Lo yang kenapa?" Tanya Harry. "Lo itu childish!" Ejekku menunjuk hidungnya. "Dan lo gemesin!" Balasnya.

"Styles!"

"Stoner!"

"Gue serius." Ucapku lalu menghentak kakiku karena kesal. "Iya, ya udah gue minta maaf!" Ucapnya. Tapi kenapa tidak ada sama sekali penyesalan di tatapannya?

Aku melangkah pergi dan..

Lagi, dia menarik tanganku.

"Styles!"

"Stoner!"

"Styler!" Nolan memergoki kami yang sedang beradu mulut ini dengan sebutan Styler?

"Waktunya take!" Ajaknya lalu kembali ke tempatnya. Kami mengangguk.

Aku berlalu setelah menatap Harry dengan kesal.

**

"Banyak buah-buahan Harry!" Kataku kegirangan setelah mulai mengeksplorasi hutan buatan ini sambil memetik satu buah pome yang sudah di set berada di situ. Kemerahan dan matang.

"Duh. Gak enak banget sih dengernya! Hazza gitu biar enakan!" Katanya. "Yang manggil Hazza kan temen lo? Gue sih ogah jadi temen lo!" Ucapku. Kenapa Harry jadi tampan? Eh.

Aku mengalihkan perhatian sambil mencoba mengambil pisau di tas pinggangku untuk mengupas pome tersebut.

"Terus lo mau nya jadi apa?" Harry menarik lenganku ke arahnya. Dan parfum itu. Parfum maskulin oriental yang segar, namun hangat itu kembali menyerang indera penciumku. Mata hijau emerald-nya itu menatapku sangat dalam.

My Wattpad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang