33. Failed!

578 43 0
                                    

"Harry!"

"Shit!!!" Sumpah Harry memukul tembok sekeras-kerasnya ketika ada seseorang yang memanggilnya.

Mungkin ia kesal. Setiap kami memiliki kesempatan berdua, selalu ada saja yang mengganggu. Jujur, aku pun terkadang kesal ketika ada yang menggangguku dengan Harry. Dan kini, selangkah lagi aku dan Harry akan menjadi sesuatu yang lebih, ada saja yang mengganggu.

Harry melepas pelukannya dan menoleh ke sumber suara. Jika tadi Harry menarikku, kini ia menuntunku. Dan aku pun terdiam nyaman, tidak berontak seperti tadi.

Saat kami kembali ke lokasi, Niall sedang kebingungan mencari sesuatu. "Ada apa?" Tanya Harry masih menuntunku membuat semua mata tertuju pada kami. "Lo nyuri keripik kentang gue kan? Mana balikin!" Tuduh Niall sambil menunjukkan telapak tangannya meminta keripik itu pada Harry. "Lo manggil gue dengan histeris cuma mau keripik kentang lo balik?" Tanya Harry kesal. Niall mengangguk inosens. Niall lalu menggerayami tubuh Harry dan menemukan keripik kentangnya di saku kanan jaket Harry dan langsung merampasnya. Kurasa Harry benar-benar kesal. "Keganggu yah? Suruh siapa jail!" Ledek Niall menyuapkan keripik kentangnya dan meninggalkan kami.

Aku menatap Harry begitu juga Harry. "Terusin ah!" Pintanya masih kesal. "Apanya?" Tanyaku. "Yang tadi." Jelas Harry. Aku mengerti sebenarnya. Tapi masa aku harus bilang iya? Keliatan pengennya dong?

"Prepare!" Teriak Liam ketika kami masih berdua saja. Kami terperanjat dan segera memenuhi panggilan Liam.

**

Aku, Harry dan Zayn sudah bersiap.

"Eh eh siapa loh!" Harry mencoba melepas pelukan itu. "Eeh gilak lu! Gak kenal sama temen sendiri!" Jawabnya. "Dih lo Zayn? Gilaaa lo brewok banget setan!" Goda Harry. Aku hanya bisa diam berusaha menahan tawaku atas kelakuan mereka berdua. "Gue belom shave kali! Dari pada lu kayak bocah belom jenggotan nyet!" Balas Zayn sambil tertawa. "Ih mending gue! Elu kayak gembel gini eh!" Ledek Harry sambil memutar-mutar tubuh Zayn.

"Wait, dia Red?" Tanya Zayn pada Harry lalu menatapku.

"Hai Zayn.." Sapaku sambil tersenyum. "Oy ngedip oy!!" Ledek Harry kesal.

"Lo kok bisa berdua?" Tanya Zayn kebingungan. "Gue terdamparnya di pulau sebelah ame die. Haha!" Ucap Harry sambil tertawa. Zayn pun manggut-manggut dan..

"Eh! Si Louis di belakang tuh lagi ngambilin makanan di hutan!" Kata Zayn. "Ah serius lu ada Louis juga?" Tanya Harry kegirangan. "Iya.. Cuma si Liam ame Niall gak tau di mana!" Jelas Zayn. "Lu tadi malem tidur di mana Hazz?" Introgasi Zayn. "Elo?" Tanya Harry tanpa menjawab pertanyaan Zayn. Karena ceritanya tadi malam Harry tidur denganku. Dan dalam cerita ini Zayn juga menyukaiku. "Gue tidur di gua! Lu pasti pada kaget liat apa yang gue sama Louis temuin" Jelas Zayn. "Emang lo nemuin apa Zayn?"

"Kacang.. Kacang.. Ada yang mau beli kacang?" Kataku yang kesal dari tadi dikacangin. Lalu Harry dan Zayn pun tertawa melihat tingkahku.

Zayn pun berdiri di sebelahku. "Si Hazza gak ngapa-ngapain kamu kan?" Tanya Zayn membuatku melotot ke arahnya kaget. "Kok melotot? " Tanyanya. Karena seingatku aku dan Harry melakukan adegan itu di dalam gua. "Emang si Hazza ngapain kamu?" Tanya Zayn penasaran. Aku cuma bisa diam menelan ludahku dan bertindak senormal mungkin agar Zayn tidak curiga. "Ada deh.." Jawab Harry membuat Zayn bengong. "Udah lah ayo lanjutin perjalanannya!" Ajak Harry ditengah-tengah bengongnya Zayn.

"Cut!"

Zayn tersenyum padaku. "Acting lo bagus!" Pujinya sambil menganggukkan kepala. Aku membalas senyumnya. Tiba-tiba Harry..

Kheem.

"Inget istri di rumah!" Gumamnya. Apa-apaan sih Harry!

**

Harry's PoV

"Hazz!" Niall menghampiriku. Aku menyegerakan langkahku menghindarinya. Tetapi Niall yang berlari berhasil mendahuluiku.

"Apa sih?"

Sewotku membuat Niall menjauhkan wajahnya dariku. "Lo ngambek yah sama gue?" Tanyanya inosens. "Jangan ngobrol sama gue!" Kataku sambil melangkah pergi. Tapi lagi-lagi Niall menghadangku. "Apa?" Tanyaku lagi. "Jangan ngambek dong! Harusnya kan gue yang ngambek!" Keluhnya dengan manja. Sebenarnya siapa yang lebih muda sih? "Ya udah sana ngambek!" Responku tidak peduli. Tapi Niall tidak kehabisan akal. Dia mencubit lenganku membuatku terkesiap dan semakin kesal.

"Niall!!!" Erangku. "Maafin gue gak!!!" Ancamnya. Aku memutar kedua bola mataku dan melewatinya lagi. Tapi Niall mencubitku lagi. "Aww Niall sakit!" Keluhku. "Ya udah sih maafin gue. Gak akan gue cubit lagi!" Katanya menunjukkan jari V tanda damai orang purba. "Gue gak akan maafin lo!" Tegasku. "Salah gue apa sih? Cuma manggil lo doang kan?" Katanya dengan manja. Sebenarnya kasihan juga, tapi aku benar-benar kesal. "Ya tapi lo manggil gue waktu gue mau kissing sama Red! Dia itu nungguin gue nembak. Dan lo maen manggil-manggil aja! Kesel deh gue! Jadi gagal kan gue jadian sama Red!" Gerutuku. "Oh itu! Sialan lo!" Katanya menepak kepalaku. "Yang tua dulu! Baru yang muda!!! Gue aja belom kissing sama Aubrey!" Katanya. "Yeh. Ya bebas dong siapa yang duluan!" Balasku. "Harus gesit nih gue!" Bisik Niall menjauhkan wajahnya dari wajahku. "Apa?" Pintaku mengulangnya. Padahal aku tahu persis apa yang ia katakan. Ia menggeleng kepalanya seperti bocah. "Bodo ah!" Ucapku. Tapi Niall diam saja ketika aku melewatinya. Syukurlah!

Saat di kamar..

Aku berteriak kesal. Mengeluarkan seluruh tenagaku lalu membanting tubuhku ke ranjang.

"Apa sih Hazz? Teriak-teriak?" Tanya Louis dengan gosokan handuk di kepalanya keluar dari kamar mandiku. "Ngapain lo di sini?" Tanyaku langsung pada intinya. "Duh! Sabar keleus! Kamar gue airnya mati! Jadi gue nebeng deh. Hehe. Bentar doang!" Alibinya. "Kenapa sih lo?" Tanyanya sambil memakai deodorant-ku membuatku menatapnya sinis. Tapi Louis santai saja.

"Kenapa?" Ulangnya. Baiklah.

"Gue gagal lagi nyatain ke Red!" Jawabku dengan jujur. "Kenapa gak langsung lo cium aja? Dengan gitu lo gak usah jujur apa-apa ke dia." Sarannya. "Iya. Gue emang udah mau cium dia. Tapi selalu ada aja penghalangnya." Keluhku.

Mengingat Louis adalah dokter cintaku, aku meminta sesuatu padanya. "Lou, kasih gue saran dong!" Pintaku. Louis menimbang-nimbang lalu mengangguk. "Lo ngebet banget ya?" Tanyanya. Aku mengangguk. "Lo udah baikan sama dia?" Tanyanya lagi. Aku mengangguk lagi.

"Oke. Sekarang lo pikirin. Apa yang kira-kira selalu bikin acara lo sama Red keganggu?" Tanyanya. Tanpa harus berpikir keras, aku sudah bisa menjawab pertanyaan Louis. "Niall dan Aubrey!" Jawabku dengan yakin. Louis lalu membesarkan matanya. "Gampang dong! Kalau gitu lo buat mereka nge-date, dengan gitu mereka gak akan ganggu lo sama Red. Gimana?" Tanyanya. Wah, idenya cemerlang juga.

"Jadi gue nge-date di saat Niall sama Aubrey nge-date?" Tanyaku antusias. "Exactly!" Jawab Louis. Aku mengangguk-anggukkan kepalaku ketika Louis terus-terusan meminta barang-barangku. Kini ia sedang mengoles krim pencukur ke dagunya.

"Satu lagi Lou!" Kataku. "Ya, apa?". "Bantuin gue kayak kemaren lagi. Gue harus ngapain di depan Red? Gue takutnya salah tingkah lagi. Ya?" Pintaku. Louis mengangguk. "Gampang!" Gumamnya. "Parfum lo mana Hazz?" Tanya Louis.

"Um. Gue gak punya parfum!" Ucapku membuat Louis teraneh. Tidak bisa lah! Parfum ini kan kesukaan Red. Nanti kalau Louis yang pake, Red suka lagi sama Louis. "Jangan bokis lo! Mana? Gak akan gue bantuin nih!" Tagihnya. Gawat kalau Louis tidak membantuku.

"Gue gak punya Lou! Habis!" Alibiku. "Hm. Ya udah! Kapan lo nge-date?" Tanya Louis. "Malem ini deh kayaknya." Jawabku. Ia mengangguk sambil memakai pakaiannya di hadapanku. "Pokoknya lo call gue aja deh ya? Nanti gue kasih instruksi seperti biasa. Tapi inget! Buat Niall sama Aubrey gak ganggu acara lo!" Wanti-wanti Louis. Aku mengangguk mengerti.

My Wattpad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang