37. What a Head Strong

493 46 4
                                    

Tiga hari sudah aku mendiami kembali rumahku. Semua berjalan seperti biasanya. Ruanganku, tugas-tugasku, dan mobil Aubrey. Ya. Semuanya masih sama.

Kadang aku berpikir. Kenapa kemarin aku merindukan rumah? Untuk apa aku berlama-lama di rumah jika aku menghabiskan waktuku untuk merindukan Harry?

Setelah kejadian itu, aku dan Aubrey tidak lagi menghubungi the boys. Aku tahu. Aku salah. Kurang fokus meneliti semuanya. Sebelum aku mamutus hubungan kami, aku meminta maaf kepada semua kru dan mengatakan ini adalah akhir dari semuanya. Sejak saat itu kami tak pernah saling menghubungi.

Oya, Aubrey dan Niall masih berhubungan. Meski Aubrey menyembunyikan hubungannya dengan me-reject telepon Niall jika sedang bersamaku, menghapus semua pesannya ketika aku meminjam iPhone-nya, atau yang lainnya yang ia coba sembunyikan dariku.

Aku mengerti.

Jika saja tempo hari aku juga tidak terlalu keras dan mengendalikan, aku ingin sekali menghubungi Harry. Nampaknya Harry pun tersinggung dengan semua perkataanku hingga membuatnya tak menghubungiku sama sekali selama ini.

"Red, cepet dong! Udah pasang bracelet-nya?" Aubrey mengetuk pintuku secara tidak sabar seperti biasanya. "Udah kok!" Jawabku lalu membuka pintu dan segera keluar.

Ya. Kami menjalani hari seperti biasanya.

Saat di kampus pun aku masih saja menulis cerita.

Tentang seorang gadis yang kesepian. Ia ditinggal jauh seorang lelaki yang ia sama sekali tak mengetahui apa lelaki itu kekasihnya atau hanya teman biasa?

Baiklah. Aku tahu aku begitu risau ditinggal Harry. Tapi apalah dayaku? Aku hanya seorang gadis dan aku tak mau gangsiku turun di depan Harry.

Kembali ke topik utama.

Ada sedikit hal yang berubah. Aku tak lagi 'buntu' ketika dihadapkan dengan beberapa tugas dari dosen. Karena aku sudah mengalami semuanya.

Aku juga berniat untuk kuliah bersungguh-sungguh agar bisa bekerja dengan layak untuk membayar semua hutang pembuatan film kemarin. Kini aku menggiatkan tulisanku. Aku harap cerita ini akan meraup sukses seperti yang kulakukan saat pertama kali memiliki akun Wattpad.

Sesekali aku iseng mencari informasi tentang the boys ditengah kesibukan menulis cerita baruku. Sulit sekali mencari result tentang mereka. Namun akhirnya kutemukan.

Jika kemarin hanya berita-berita kebubarannya mereka, sekarang aku menjadi lebih terkejut ketika kumenemukan berita..

'One Direction Manggung di Cafe Untuk Menyelamatkan Diri Dari Lilitan Utang.'

Ya Tuhan. Cobaan apa lagi untuk mereka? Meskipun itu kenyataan, namun bahasa yang media gunakan benar-benar menjatuhkan mereka.

"Stoner!" Aubrey meneriakiku dari kejauhan. Aku segera menutup tab informasi the boys. Dan fokus ke Aubrey yang tiba-tiba duduk di sebelahku dengan pie yang masih dipenuhi asap ia simpan di atas meja kantin. "Apa?" Tanyaku dengan lesu. "The boys bakalan nyanyi di The Old Crown Coffee Club malem ini." Kata Aubrey. Aku tidak terkejut sama sekali karena baru saja aku mengetahuinya. "Terus?" Tanyaku acuh membuat Aubrey menghela napas panjang.

"Lo masih marah sama the boys?" Aubrey balik bertanya. Aku menggelengkan kepalaku. "Ya gue cuma nanya. Mau apa kita ke sana? Salah ya?" Jawabku acuh. "Niall bilang Harry kangen banget sama lo." Pengakuan Aubrey secara tidak langsung bahwa dia sering berhubungan dengan Niall. "Lo sering hubungan sama Niall?" Ketusku. Aubrey menggelengkan kepalanya. Padahal tidak apa-apa juga jika iya. "Terus kenapa lo tau?" Tanyaku. "Ya tadi Niall SMS aja. Katanya gitu. Emang lo gak kesian ke Harry?" Tanyanya dengan memelas. "Kenapa Niall yang bilang? Harusnya Harry dong yang ngomong langsung ke gue!" Keluhku. "Oh. Ya udah gue suruh Harry buat SMS lo aja. Ya?" Tawar Aubrey. Lantas saja aku langsung menolaknya. Masa iya harus diberi jalan dulu baru mau masuk? Mana kelelakiannya?

My Wattpad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang