20. Bar

683 40 0
                                    

Red's PoV

"Red?" Harry memanggilku dengan akrab. Tidak 'Stoner' seperti biasanya. Kami berhenti di canal yang sejalan dengan jalan kereta api di sepanjang Birmingham. Terutama antara Sely Oak dan Five Ways train station. Di antara Unversity Train Station dan Selly Oak Train Station, canal yang dibangun di atas jalan. Seperti jembatan, tetapi jembatan canal yang sudah diperhitungkan debit air maksimum yang melewati canal ini supaya tidak meluap hingga ke jalan di bawahnya. Di sinilah aku dan Harry, melihat seluruh isi kota Birmingham pada malam hari. Dan percayalah. Ini sangat indah.

"Ya?"

"Gue mau jujur sama lo!" Ucapnya dengan pelan lalu memundukkan kepalanya. Aku hampir tak bisa mendengarnya karena suara jalanan yang berisik.

"Apa?" Tanyaku memastikan. Ia mendongak, menatap ke arahku. Sorotan lampu kendaraan yang berlalu-lalang itu membinarkan matanya. Mata hijau emerald yang sangat indah.

Ia terlihat hendak mengatakan sesuatu. Namun ia menahan-nahannya. Jujur saja aku sangat penasaran sekaligus gugup.

"Harry? Apa? Gue gak denger tadi." Ucapku sedikit lebih keras. Siapa tahu Harry juga tidak mendengar pertanyaanku? Tapi..

Tatapan itu terus menyerang mataku yang tak mau lepas dari tatapannya. Langkahnya mendekat hingga aku dapat mencium aroma maskulin oriental yang segar, namun hangat yang dapat dengan kental ku dengus campuran aroma lemon segar dan bergamot, bunga zaitun, kayu

Guaiac, dan biji tonka. Sangat wangi dan membuatku begitu nyaman di dekatnya.

Tangannya..

Meraih pinggang rampingku dengan kedua lengan kekarnya. Membuat tatapan kami semakin menyatu. Tak terasa ada apapun yang mengganggu lemparan tatapan kami. Tidak kendaraan, tidak orang-orang, hanya aku dan Harry.

"Red Stoner!" Telingaku yang salah atau memang ada seseorang lain yang memanggilku bersamaan dengan bisikan Harry?

Aku menoleh ke sumber suara.

Ternyata seorang gadis berambut pirang menghampiriku dengan girang. Ayahnya menyusul dibelakang menghampiriku.

"Red Stoner? Aku pengen difoto sama kamu. Bolehkan?" Tanyanya dengan seringai deretan gigi yang rapi dan sempurna. Aku mengangguk. "Tentu saja..." Aku menggantung nada bicaraku. "Stacy." Ucapnya. "Tentu saja Stacy! Come over here!" Seruku. Aku merangkulnya.

Harry terpelongo ketika aku melepaskan bungkusan lengannya begitu saja dan berpaling ke gadis kecil yang lucu ini.

Ayahnya langsung mengambil gambarku dan Stacy. Menyuruh kami ber-pose dengan beberapa gaya.

Setelah selesai, Stacy mengucapkan terimakasih lalu mengecup pipiku. Ayahnya tersenyum menjabat tanganku. "Thanks, Stoner. I admire your work!" Pujinya. "Thanks!" Seruku. "Sayang, kamu gak mau foto sama Harry Styles?" Tanyanya. Stacy menoleh. Kurasa dia baru menyadari jika ada Harry bersamaku. "Enggak ah!" tolaknya. "Loh, kenapa?" Tanyaku bingung. "Harry udah gak terkenal lagi. Yuk dad!" Ajak Stacy pada ayahnya. Untung saja dia masih kecil, kalau sudah besar sudah kuputar bibirnya. Ayahnya terlihat merasa bersalah. Lalu berpamitan pulang setelah menjabat tanganku dan tangan Harry.

Harry terdiam. Kurasa ia tersinggung dengan perkataan gadis tadi. "Gak usah didengerin. Oya, tadi lo mau ngomong apa?" Ia tersenyum kecut. "Gue pengen ke bar!" Pintanya. Katanya Harry tidak punya uang?

"Mau temenin gue?" Tanyanya. Aku khawatir. Terakhir kali aku pergi ke bar dengan Aubrey di Lounge Bar yang terdapat di dalam hotel. Tempatnya luas dan memanjang. Ruangannya tertutup, hanya dilayani oleh bartender dan beberapa waiter. Aku dan Aubrey hanya relax, mendengarkan musik sambil menikmati minumannya.

Aubrey benar-benar mengawasi apa saja yang kuminum saat itu. Itu pun membuatku mabuk begitu berat. Bagaimana aku mengatakan ini pada Harry? Apa aku harus bilang jika aku membutuhkan penjagaan ekstra?

"Red Stoner?" Ulangnya. Aku kembali fokus. "Tapi, jagain gue!" Kataku dengan gugup. Harry lalu tersenyum dan meraih tanganku untuk dituntunnya.

"Deal." Gumamnya dengan semangat. Aku menurut saja. Lagipula aku mulai menyukai lelaki ini.

**

Saat kami masuk, Harry benar-benar disambut. Mereka saling kenal. Bagaimana bisa? Apa Harry sering ke tempat ini?

Kurasa ini Dischotique.

Bagaimana tidak? Bar yang dibuka pada malam hari sampai larut malam. Terdapat tempat untuk dance floor, di iringi oleh lagu-lagu yang diatur oleh DJ, menjual berbagai macam jenis minuman campuran, tidak menjual makanan. Menyajikan "HOUSE MUSIC".

Dari kalangan bawah sampai atas, dari anak-anak bau kencur sampai yang sangat tua semua berkumpul di tempat ini. Saling menghibur diri satu sama lain.

"Di sini tingkat kepuasan pengunjung besar banget! Soalnya dari sisi musiknya juga enak buat gila-gilaan. Lighting bagus. Gelap dengan sinaran-sinaran lampu laser yang mewah dan lincah. Lo suka dansa sama Daddy kan? Malem ini gue yang jadi Daddy." Jelas Harry. Atau mungkin goda Harry. Aku hanya mengangguk selagi ia masih betah menuntun tanganku. Memasuki lebih dalam tempat ini.

"Harry!" Seorang gadis cantik memanggilnya setelah kami sampai di meja bar. Mereka melakukan ritual pertemuan. Ya, cium pipi. Kenapa bar ini panas sekali?

Aku mengangkat tanganku menyuruh pe-cocktail menghampiriku yang sudah kepanasan ini.

"Brandy, wiski atau rum?" Tanyanya. Aku menoleh ke arah Harry yang masih asyik mengobrol dengan gadis itu. Katanya mau menjagaku? Ya sudah, aku pesan yang berat saja.

"Sparkling wine." Pintaku. Harry tak juga melarangku. Tiba-tiba saja ada seorang lelaki yang menghampiriku. Wajahnya latin. Tampan juga.

"Bahasanya champagne, bukan sparkling white." Sanggahnya duduk di sebelahku. Aku membiarkannya hingga Harry mulai memusatkan perhatian ke arahku. Aku tersenyum.

Saat ia hendak menghampiri, gadis itu menghadang langkah Harry dengan menarik lengannya.

"Dance yuk?" Ajaknya. Harry melihat ke arahku. "Red, ikut gue!" Katanya. Aku tentu saja tidak mau!

Harry pergi karena gadis itu menarik Harry. Kenapa kamu tidak melawannya Harry?

Sparkling white itu datang dan langsung saja ku teguk.

"Masa iya champagne dicampur dengan wine? Di Austria dicampur dengan buah stroberi. Sementara

orang Australia minum champagne dengan buah peach." Gumam lelaki latin itu. "Kenapa gak kamu coba?" Saranku. "Just if you wanna join!" Katanya dengan tatapan nakal. Aku melirik Harry yang pergi ke lantai dansa. Kalau Harry bisa, kenapa aku tidak?

"Oke." Aku menyetujui. Lelaki yang belum juga kuketahui namanya itu memesan minuman rekomendasi-nya.

Tak lama. Kami meneguknya bersamaan. Rasanya memang enak. Manis, hangat walau sedikit pahit setelah sampai di tenggorokan. Tapi, sensasinya sangat kudapatkan.

"Gimana?" Tanyanya dengan senyum manis. "Another one!" Pintaku belum puas. "Vodka, cointreau, jus cranberry, jus jeruk dan orange bitters." Pintanya. Aku tertawa. Bagaimana mungkin campuran itu bisa seenak campuran sebelumnya? Tapi..

Setelah kuteguk, rasanya seribu kali jauh lebih enak dari champagne. "Again?" Tanyanya. Aku mengangguk karena sudah merasa agak pusing.

"Campuran vodka, jus jeruk nipis, jus lemon, ginger beer, dan strawberry liqueur."

Lagi, ia meng-order sesuatu yang baru.

Nikmat sekali. Tak ada yang mengalahkan minuman ini. Semoga saja aku masih mengingat campurannya agar bisa kubagi bersama Aubrey.

Setelah aku benar-benar mabuk dan hilang kendali, lelaki ini mengajakku ke lantai dansa. Aku menurut saja.

My Wattpad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang