Aku memasuki kelas dan duduk di bangku ku, seperti biasanya aku belajar dengan tertib bersama teman-teman ku.
Aku sedikit berbeda dengan mereka, aku tidak seperti halnya anak-anak yang suka berlari-larian, meminta uang seenaknya kepada orang tuanya atau meminta mainan dan lain sebagainya. Masa kecilku memang seperti ini, pendiam dan tidak banyak bertanya.
Aku tak seberuntung mereka aku memang terlahir dari keluarga yang ada, sering kali teman-teman ku menanyakan.
"Mana ayahmu?" Aku jawab "ayahku sedang bertugas untuk melindungi tanah air". Lalu teman-teman ku tertawa dan kembali bertanya "Ayahmu terlalu fokus pada negara, sedang kan kamu sebagai anaknya tidak di perduli kan" ucap mereka "Apa itu yang di namakan ayah?" Lanjutnya sambil menertawakan.
Perkataan itu selalu melekat pada pikiranku. Aku tidak perduli dengan cemoohan mereka. Orang tuaku tidak pernah tau tentang itu dan aku pun enggan untuk memberi tahunya. Aku mencoba agar aku terlihat baik-baik saja. Aku hanya membalasnya dengan senyuman agar semua nya tidak berkelanjutan.
"Anak-anak.. besokkan ada lomba menggambar.. apakah kalian sudah memberi tahu orang tua kalian untuk datang ke sini?" Tanya Bu Diani, seorang ibu guru yang mengajar di sekolah ku.
"Sudah Bu" jawab kami.
"Bagus deh kalo gitu, Rizal apakah orang tuamu mau datang ke sini?" Tanya Bu Diani kepada ku sehingga membuat teman-teman ku menengok ke arahku yang duduk di paling belakang.
"Mau bu, ayah sama bunda Dateng kok Bu" Jawab ku ragu.
"Syukur deh kalo begitu, ibu belum pernah liat orang tuamu Rizal, ibu harapkan semoga besok ibu bisa berbincang dengan orang tua mu karna akan ada hal yang harus ibu sampaikan kepada orang tua mu nanti" Kata Bu Diani hingga membuatku bingung. seperti nya ibu Diani akan menyampaikan hal yang penting kepada orang tua ku. Tetapi.. ah sudahlah aku tidak mau memikirkan nya.
Jam istirahat pun tiba semua anak-anak berhamburan keluar kelas , ada yang menuju ke taman dan ada pula yang menuju ke kantin, selain itu ada juga yang berlarian ke sana kemari. Sedangkan Aku hanya berdiam di kelas sambil membayangkan wajah ayah dan kembali bertanya pada diriku sendiri.
"Ayah sayang aku gak ya?" - ucap batinku sambil melamun, tiba-tiba ada salah satu temanku yang memegang pundak ku hingga membuatku tersentak kaget.
"Kamu kenapa zal? Haha.. kaget ya?" Ucapnya sambil tertawa.
"Kamu Fin, aku kira siapa" kataku kepada Fina. Fina adalah salah satu temanku yang paling baik. Sebenarnya dia sedikit cerewet dan sedikit memaksa jika ada keinginan.
"Main yuk" ajak Fina.
"Gak mau" jawab ku.
"Ayolah, ayo ih" Ajak nya lagi sambil menarik tangan ku , lalu aku pun terpaksa mengikuti Nya.
⚛️⚛️⚛️⚛️
Seperti biasanya, pulang sekolah aku selalu di jemput oleh nenek ku di depan gerbang sekolah.
Karna ayah sedang cuti, aku harap kali ini Ayah yang menjemput ku pulang. Tetapi lagi-lagi semua itu jauh dari harapan ku.
"Nenek!" Panggil ku sambil berlari ke arah nenek sehingga membuat nenek menengok ke arahku.
"Jangan lari-larian Rizal! Nanti kamu jatuh" Teriak nenek.
Aku pun terus berlari tidak perduli dengan teriakan nenek.
"Rizal gak pernah jatuh nek!" Ucapku sambil berlari.
Bruukk!!!
"Aw.. " aku meringis kesakitan pada lututku ternyata lututku luka berdarah Karna terkena aspal. Ya! Aku jatuh!
"Rizal bangun! Jangan nangis! Kamu laki-laki!" Ucap Nenek.
Rizal gak boleh nangis, Rizal laki-laki. Rizal kuat - batinku.
lalu aku kembali bangkit dan menghampiri nenek.
"Kamu gak papa Hem? Nanti nenek obatin di rumah" kata nenek sambil mengusap lututku yang kotor itu.
"Gak papa kok nenek" jawabku meyakinkan nenek.
"Ya udah yuk pulang, nanti langsung nenek obatin lukanya". Ucapnya lagi.
⚜️⚜️⚜️⚜️
Sesampainya di rumah, nenek langsung mengobati lukaku dengan air hangat dan obat luka.
Aku sedikit meringis kesakitan tetapi aku ingat kembali kata-kata nenek.
Aku laki-laki, aku kuat, aku gak boleh nangis! - batinku.
"Nek, bunda kemana?" Tanya ku kepada nenek .
"Bunda lagi nemenin ayah pergi ke rumah temennya" Jawab nya.
"Oh"
Seperti biasanya rumah ini sepi saat aku pulang sekolah. Semuanya hanya sibuk pada kegiatannya masing-masing. Terkadang aku iri dengan teman-teman ku. Yang selalu berkumpul dengan keluarga nya setiap saat.
Tak lama kemudian, terdengar suara kak Ratih sama kak Dirga yang menuju ke ruang tengah dan di susul oleh Ayah dan Bunda.
Aku terkejut dengan kedatangan mereka, kenapa mereka bisa datang dengan bersamaan? Apakah kak Ratih sama kak Dirga di jemput oleh Ayah sama Bunda? Jika iya.. kenapa aku tidak?
Lagi-lagi aku mengeluh dan lari menuju kamarku, aku sempat menangis, air mataku tiba-tiba jatuh. Aku berusaha menahan nya tapi itu sulit untukku. Kenapa semuanya tidak adil?
Tanpa aku sadari aku pun tertidur pulas.⚛️⚛️⚛️
"Rizal... Bangun nak" Suara lembut dari perempuan berkerudung coklat itu membangunkanku.
"Hemm" aku malas membuka mata hingga aku tertidur lagi.
"Rizal bangun.. ayo cepatan mandi, terus makan" Ucapnya lagi.
"Bentar bunda, masih ngantuk" Ujarku.
"Nanti lagi tidurnya, sekarang kamu mandi terus makan abis itu kamu boleh tidur lagi" Kata Bunda.
Karna aku risih dengan ucapan bunda, baiklah aku pun bangun dari tempat tidur dan berjalan menuju kamar mandi, setelah itu aku menuju ruang makan. Ternyata semuanya sudah berada di sana.
Aku melihat wajah-wajah kedua kakakku yang terlihat sangat datar, begitu pula dengan ayah lain dengan Bunda yang saat ini sedang mengambil kan nasi untuk anak-anak nya.
"Makasih Bunda" Ucapku kepada bunda setelah bunda memberi ku nasi dan lauk Pauk. Bunda hanya merespon dengan senyuman.
Suasananya hening.. memang seperti itu, ketika makan di larang seorang pun yang berbicara di depan ayah, jika ada, maka akan kena hukuman oleh Ayah Yaitu, push up 1 seri jika membantah ayah, maka akan ada hukuman yang lebih dari itu.
Setelah makan malam selesai, kak Dirga pun memulai percakapan dengan ayah dan bunda. Sehingga membuat semua orang melihat ke arahnya.
"Ayah .. bunda.. besok Ayah sama bunda di seruh ke sekolah sama Bu guru, Ayah sama bunda bisa kan?" Kata kak Dirga.
"Ya udah nanti besok ayah sama bunda ke sekolah kamu ya" Jawab Ayah.
Aku sedikit tidak suka dengan keadaan ini. Maka dari itu aku ikut berbicara dengan hal ini.
"Gak bisa! Ayah sama bunda kan harus ke sekolah nya Rizal, besok Rizal mau ada lomba menggambar!" Bantah ku sambil berdiri.
"Ini lebih penting! Urusan kakakmu lebih penting!" Bentak ayah. Sehingga membuat ku kaget dengan suara nya yang keras mengisi ruang itu.
"Ayah sudah terlalu sering mengutamakan kak Dirga! Semua urusan kak Dirga selalu saja ayah anggap penting! Terus kapan ayah punya waktu buat Rizal? Dan kapan ayah anggap Rizal penting?" Ucapku lantang. Dan aku segera berlari menuju kamar.
Ayah...
Kapan ayah bisa sadar?
Bahwa aku membutuhkan perhatian mu..
.
.Jangan Lupa Vote Sama Comment ya!🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat kecil untuk Ayah [REVISI]
Teen FictionMenceritakan tentang seorang anak yang menginginkan kasih sayang dari seorang Ayah sejak ia lahir. Fahrizal Bayu Permana, seorang lelaki yang berusaha bangkit dari kisah kelamnya. Ia berusaha untuk menjadi yang lebih baik untuk bisa membuktikan kepa...