I hate Everything

890 63 2
                                    

Saat ini aku sedang berada di sebuah tongkrongan yang baru kali ini aku menginjakan kaki ku di tempat seperti ini.

Aku mencari bangku yang kosong untuk aku singgahi, lalu aku memanggil pelayan yang berada di tempat ini dan memesan sebotol minuman beralkohol. Sambil menunggu pesanan, aku pun mengambil rokok yang berada di saku  yang barusan aku beli tadi sebelum ku ke tempat ini. Sebenarnya hal seperti ini belum pernah aku lakukan sebelum nya. Ini pertama kali nya aku menghisap rokok dan membiarkan asap-asap itu berkeluaran dari sela-sela hidung  dan mulutku. Tak lama kemudian pesananku pun datang. Tanpa adanya keraguan aku langsung menuangkan minuman itu kedalam gelas kecil yang sudah di sediakan dari tadi lalu tanpa banyak berpikir aku langsung melegug minuman itu dengan nikmat.

Kepalaku mulai pusing, dan aku mulai berangan-angan. Saat ini pikiranku benar-benar kacau. Aku berpikir bahwa dunia ini tidak adil. Kenapa apa yang selalu aku harapku selalu tidak sesuai dengan apa yang aku inginkan?

Menerima kasih sayang dari seorang ayah pun aku tidak bisa merasakannya. Dan saat ini.. perempuan yang selama ini aku cintai ternyata ia berkhianat.

Tak lama kemudian datanglah seorang wanita jalang yang menghampiri untuk menggodaku. Tetapi entah kenapa aku sama sekali tidak tertarik dengan hal seperti itu.

Aku melihat pada jam tanganku yang menunjukan arah jarum jam pukul 2.40 ini sudah bukan malam lagi tapi sudah pagi.

Bagaimana aku untuk pulang? Pasti ayah akan marah-marah jika mengetahui hal ini.

Aku pun langsung memanggil pelayan yang ada di sini dan membayar minuman yang telah aku nikmati barusan.

"Kembaliannya ambil aja" Ucapku kepada pelayanan itu.

"Baiklah, terimakasih"

Setelah membayar semuanya aku pun segera menuju parkiran dan segera menyalakan mesin motorku lalu melajukan motorku dengan cepat. Aku harap dalam kondisi ku yang seperti ini tidak akan menjadi suatu masalah yang rumit.

Sesampainya di depan rumah, aku berusaha membuka pintu rumah dengan pelan agar semua orang yang ada di rumah ini tidak bangun dari tidurnya. Untung saja aku mempunyai kunci cadangan kalo gak mungkin aku gak akan bisa masuk rumah.

Setelah misi tersebut selesai aku pun berjalan menuju kamarku. Untung saja aku tidak minum terlalu banyak sehingga tidak terlalu terlihat seperti orang mabuk.

Saat aku membuka pintu kamar.

"Rizal!" Panggil Ayah dari belakang ku, sehingga membuat ku menoleh kepadanya.

"Habis dari mana kamu? Jam segini baru pulang!" Tanya ayah sambil menghampiri ku. Aku harap, ayah tidak mengetahui kalo aku sudah meminum-minuman keras tadi.

"Habis nginep dari rumah temen" Ucapku ketus.

"Mau sampai kapan kamu kaya gini hah?! Ayah cape liat kelakuan kamu yang gak berubah-ubah dari dulu! Memang nya ayah gak tau dengan kelakuan kamu hari ini?! Semua teman-teman ayah pada bilang kalo kamu kebut-kebutan di jalanan!" Ucap ayah.

"Baru kali ini kok ayah" Ucapku sambil terkekeh tanpa berdosa.

"Dan ini apa coba?" Tanya ayah sambil melihatkan layar handphonenya. Terdapat sebuah Vidio saat aku sedang memukuli Fahrizal yang di belakang sekolah tadi.

Sial! Kenapa ada Vidio yang kaya ginian sih! Ucap batinku.

"Mau alasan apa lagi kamu hah? Kamu itu mau sekolah apa mau jadi preman hah!" Ucap ayah yang mulai membentakku.

"Ayah! Ayah kenapa selalu aja gak ngertiin apa yang selama ini Rizal rasain! Ayah cuman bisa ngomong.. ngomong.. ngomong!!!! Mana didikan dari Ayah? Seperti apa contoh nya?! Selama ini Ayah hanya bisa mukul Rizal seenaknya! Dan ini hasilnya ayah! Apa ada yang salah dari Rizal yg sekarang?!" Ucapku yang tak ingin kalah "apa ini didikan dari seorang ayah?" Lanjutku.

"Asal ayah tau, Rizal mungkin selama ini diam! Rizal gak ngomong apa-apa! Tapi untuk kali ini Rizal cape! Sejak kecil.. Rizal di anggap sampah sama ayah! Apa pernah ayah berperilaku baik kepada Rizal!? Gak pernah!! Rizal udah cukup sabar dalam menghadapi ayah! Tapi untuk kali ini. Semuanya udah cukup! Anda sudah bukan lagi ayah saya!" Kataku.

"Berani-beraninya kamu bilang kaya gitu sama ayah kamu sendiri!!!" Ucap ayah sambil mengangkat tangan kanannya .

"Kenapa? Anda mau mukul saya? Pukul aja! Saya sudah terbiasa dalam hal ini!" Kataku sehingga membuat ayah terdiam dan menurunkan tangannya kembali.

"Sebaiknya saya pergi dari sini" Ucapku, lalu aku segera masuk dalam kamarku dan mengemasi pakaian ku kedalam koper.

Ini adalah hari yang paling sial seumur hidupku. Sekarang aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi. Sudah tidak ada lagi seorang ayah dalam hidupku. Dulu yang selalu menguatkanku itu adalah Fina. Ia yang selalu ada dalam suka maupun duka. Tapi sekarang? Ah sudahlah! Dunia sudah berputar. Dia bukanlah Fina yang dulu aku kenal.

Setelah mengemasi pakaian aku pun segera keluar dari kamarku dan membawa koperku. Kali ini aku benar-benar akan pergi. Aku sudah tidak tahan dengan keadaan ini. Aku berjalan melewati ayah.

"Rizal!" Panggil ayah menghentikan langkahku.

"Permisi" Ucapku sebari menengok ke arah Ayah lalu aku pun segera keluar dari rumah ini.

Bunda.. maafin Rizal, kalo Rizal gak bisa jadi anak yang terbaik buat bunda, tapi Rizal janji suatu saat Rizal akan kembali buat bahagiain bunda - ucap batinku yang saat ini sedang mengemudi motor dengan kecepatan yang sangat begitu cepat.

Suasana seperti ini tidak pernah aku harapkan dalam seumur hidupku. Aku juga tidak pernah ada niatan untuk mengatakan hal seperti itu kepada Ayah. Semua nya aku lakukan dengan keadaan ku yang sedang mabuk sehingga membuat ku tidak bisa mengendalikan emosi ku sendiri.

Aku menyesal.

Surat kecil untuk Ayah [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang