Sambil menunggu pengumuman atas nilai perlombaan menggambar. Aku dan Fina kini sedang asik bermain di taman, tiba-tiba datang lah Rio dan teman-teman nya menghampiri ku.
Rio adalah anak yang paling nakal di sekolah ini. Sekaligus ia juga sering mengejekku.
"Orang tua kamu kemana? Gak Dateng ya? Hahaha kasian" kata Rio lalu ia tertawa bersama teman-teman nya.
"Eh Rizal, kamu itu sebenarnya punya orang tua gak sih?" katanya lagi tetapi aku hanya diam tidak menjawab apapun karna aku tidak mau ada keributan di sini.
"Kok kamu diam aja sih? Kamu bisa ngomong gak sih?" Katanya lagi.
"Maaf Rio , Rizal gak mau ribut sama kamu" Jawabku, lalu aku pergi dari tempat itu sambil menggandeng Fina "Yuk Fin" dan Fina pun hanya mengikuti ku.
"Ayah kamu itu jahat ya! Bego!" Teriak Rio sehingga membuatku kembali menatap nya.
"Sebenarnya Rizal punya salah apa sih sama Rio? Sampai-sampai Rio kaya gini sama Rizal? Rizal gak pernah jahatin Rio tapi kenapa Rio salalu ngejek Rizal seperti itu" Ucapku sambil menatapnya Kesal.
"Kamu gak salah apa-apa Rizal, hanya saja aku senang jika ngejek kamu kaya gini haha.. kasian kamu, punya ayah terasa gak punya! Anggap aja ayah kamu udah mati!"
Bughh!!
Bughh!!!
Tanpa aku sadari tangan ku menghantam wajah Rio dan perutnya.
"Gak sepantasnya kamu bilang kaya gitu! Rizal tau ayah kaya gitu mungkin ada maksudnya!-" Ucapku
"Udah ih udah! Kok malah berantem sih!" Kata Fina berusaha memisahkan mereka.
"Ada maksud? Haha iya maksud nya ayah kamu itu memang gak sayang kamu. Atau kamu hanya anak pungut mereka jadi ya perhatian ke kamu nya juga sewajarnya" Ucapnya sehingga membuat Rizal menghantamnya lagi, kali ini pukulannya benar-benar tidak di ragukan lagi. Rizal menghantam wajah Rio sampai Rio mimisan.
Bughh!!!
"DENGER YA!!! KAMU GAK TAU APA-APA TENTANG KELUARGA KU! JADI AKU MOHON KAMU JANGAN IKUT CAMPUR!" Ucapku dengan nada keras, tiba-tiba Bu Diani pun menghampiri.
"Loh kenapa ini? Rio itu idung kamu berdarah yuk ibu Obatin" Ucap Bu Diani sambil menggandeng Rio ke UKS.
⚜️⚜️⚜️⚜️
#Author Pov
Saat ini Bu Diani sedang mengobati Rio di ruang UKS. Hanya mereka yang berada di ruangan itu.
"Kamu kenapa sih kok lebam gini muka kamu, mimisan juga" kata Bu Diani sambil mengompres luka lebamnya Rio.
Ini kesempatan ku untuk menjelek-jelekkan Rizal, biar gak ada guru yang suka sama dia kalo bisa dia harus di keluarkan dari sekolah ini- batin Rio sambil tersenyum miring.
"Rio juga gak tau Bu, tiba-tiba Rizal pukul Rio sampai Rio kaya gini" katanya sambil meringis kesakitan.
"Rizal pukul kamu? Kenapa? Pasti ada sebabnya.. mana mungkin Rizal tiba-tiba pukul kamu, Rizal kan anak yang baik" Ucap Bu Diani tidak menyangka.
"Tapi ini buktinya Ibu.. Rio hanya ingin bermain dengannya tapi Rizal malah memukul Rio, dia hanya baik ketika di depan ibu saja bu" Kata Rio berusaha agar membuat Bu Diani tidak menyukai Rizal. Tapi sepertinya itu semua percuma, Rizal anak yang baik mana mungkin dia seperti itu.
Apa iya yang di katakan Rio? Tapi mana mungkin, aku kenal sekali Rizal. Ini seperti nya ada sesuatu- batin Bu Diani.
"Aww.." Ucap Rio sambil meringis kesakitan.
"Rio kamu di sini ya, nanti biar ibu suruh seseorang buat ke sini temenin kamu" kata Bu Diani.
"Iya Bu" jawab Rio, lalu Bu Diani pun pergi meninggalkan Rio.
⚛️⚛️⚛️⚛️
"Baik anak-anak.. Ibu akan mengumumkan siapa pemenang Lomba menggambar ini..di mulai ya dari juara ke 3" Ucap Bu Diani dengan semangat membawakannya.
"Juara ke 3 jatuh kepada Fina Agustiani!!!..." Lanjutnya sehingga membuat orang-orang di tempat itu bertepuk tangan.
"Wah Fina kamu hebat!" Ucapku kepada Fina lalu Fina tersenyum.
"Fina silahkan maju akan ada penghargaan dari ibu kepala sekolah" ucap Bu Diani lalu Fina pun maju berdiri di sebelah Bu Diani.
"Lanjut ya... juara Ke 2 di menangkan oleh Amel..." ucap Bu Diani dan semua Orang pun bersorak bertepuk tangan.
"Dan.. Juara Pertama di menangkan oleh... Fahrizal Bayu Permana!!!" Ucap Bu Diani dengan penuh semangat dan ia tersenyum padaku.
"Alhamdulillah" Ucapku lalu akupun maju di samping Amel.
"Rizal, kamu lebih hebat dari aku" ucap Fina kepadaku lalu aku tersenyum.
"Penghargaan akan di berikan oleh Ibu Kepala sekolah, silahkan Bu" Ucap Bu Diani mempersilahkan kepada ibu Kepala sekolah untuk memberikan piala dan piagam penghargaan.
"Ibu bangga sama kamu Rizal, kata-kata kamu yang membuat ibu teringat sama ayah ibu sendiri. Teruskan Rizal buat harum nama negara" ucap Ibu Kepala sekolah di telingaku dan aku pun hanya mengangguk lalu tersenyum.
Setelah pemberian penghargaan selesai akhirnya aku dan yang lain pun pulang.
Aku senang karna saat ini aku membawa pulang piala.
Bunda.. ayah.. Rizal menang- batin Rizal tersenyum.
"Hem... Nenek kemana ya? Biasanya nenek di sini nungguin Rizal, apa gak ada yang jemput Rizal?" Ucapku sambil melihat ke sana kemari setelah ku berada di depan gerbang sekolah.
"Kenapa sih gak ada yang perduli sama Rizal" Ucapku lagi, sehingga membuat ku sedih.
Aku pun langsung pergi ke tempat dimana aku harus menunggu angkutan umum. Aku berusaha untuk menjadi pemberani.
Tak lama kemudian akhirnya angkutan umum pun tiba dan aku menaikinya sendiri an.
Hingga tak terasa akhirnya akupun sampai di depan rumahku. Tak lupa aku membayar ongkos nya setelah itu aku pun langsung berlari dengan membawakan piala. Aku akan membuktikan kepada semua nya terutama ayah sama Bunda. Akan aku perlihatkan kepada mereka tentang ini.
"Bunda... Ayah" Panggil ku sambil menelusuri ruang tengah.
Tidak ada siapa-siapa di rumah ini, sepi seperti tak berpenghuni.
"Bunda... Ayah.. Bunda sama ayah harus lihat ini.. lihat bunda ayah. Rizal bawa piala" ucap Rizal dengan nada yang memenuhi Ruangan itu. Tetapi tidak ada seorang pun yang menjawabnya.
Lalu Rizal mencoba mengecek di setiap sudut rumah tetapi tidak ada siapa-siapa di rumah ini.
"Uhuk.. uhuk.." terdengar suara sedakan batuk di kamar Nenek.
"Nenek!" Ucapku, lalu aku langsung menghampiri nenek.
"Nenek.. nenek kenapa?" Tanyaku kepada nenek yang sedang terbaring di atas kasur.
"Nenek gak papa. Udah pulang kamu?maafin nenek ya.. nenek gak bisa jemput kamu.. uhuk..uhuk.." kata nenek.
"Gak papa nenek, nenek sakit ya? Sini biar Rizal obatin" Ucapku dengan khawatir.
"Nenek gak papa kok" Ucap nenek sambil mengusap kepala ku.
Kayanya ini bukan waktunya buat Rizal ngasih tau tentang piala Rizal sama nenek, kasian nenek harus istirahat- ucap batinku.
Sebelum aku menghampiri nenek aku menyimpan piala itu di meja belajar ku. Aku akan mencari waktu yang tepat untuk memberitahu semua nya.
Ayah.. Bunda..
Lihat aku berhasil!!!
.
.
.
.
Jangan Lupa Vote sama Comment ya!🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat kecil untuk Ayah [REVISI]
Teen FictionMenceritakan tentang seorang anak yang menginginkan kasih sayang dari seorang Ayah sejak ia lahir. Fahrizal Bayu Permana, seorang lelaki yang berusaha bangkit dari kisah kelamnya. Ia berusaha untuk menjadi yang lebih baik untuk bisa membuktikan kepa...