- 26 -

78.1K 2.5K 25
                                    

Sebelum membaca mohon bantuan vote dan komennya ya☺️
Jangan lupa follow juga🤗

Happy reading❤️

🌵🌵🌵

Sekarang tinggal Abel dan Fanno.
Mereka berdua sama-sama merasa canggung. Hingga Fanno memulai pembicaraan.

"Pulang sekarang?" Tanya Fanno lebih tepatnya mengajak Abel pulang.

"Iya."

Mereka pun keluar bersama. Abel memegang tasnya erat karena pusing di kepalanya belum sepenuhnya hilang. Fanno yang melihat itupun mengambil tangan Abel dan memegangnya.

Abel mengernyit bingung sekaligus terkejut dengan sikap Fanno.

"Kalo masih sakit jangan dipaksain." Ucap Fanno cuek lalu dengan entengnya menggandeng tangan Abel menuju parkiran.
Abel merasa aneh pada dirinya sendiri.

Setelah sampai di parkiran, mereka menuju ke tempat mobil Fanno dan segera meninggalkan sekolah.

Fanno melajukan mobilnya menuju rumah keluarga Alexander.
Di perjalanan mereka hanya diam tak bersuara. Tak berapa lama, mereka akhirnya sampai di kediaman keluarga Alexander.

"Thanks." Ucap Abel

"Hm." Fanno hanya berdehem. Abel lalu keluar dari mobil Fanno.
Fanno melajukan mobilnya meninggalkan kediaman Alexander. Abel lalu masuk ke rumahnya.

"Bella!"

Abel melihat seseorang yang memanggilnya dengan amarah. Ia adalah Varo, papanya.

"Kamu kenapa bilang Angel yang membully kamu dan teman-teman kamu hah?! Terus ngapain kamu sekolah pura-pura jadi nerd?! Malu-maluin keluarga aja!" Ucap Varo dengan amarahnya. Abel sudah tak bisa menahan air matanya.

"Papa!" Devan baru saja sampai di rumah bersama Devon dan melihat adiknya menangis.

"Pa! Dia Abel pa, anak papa!" Ucap Devon marah melihat adik kesayangannya menangis.

"Dia sudah buat malu keluarga kita! Dia bukan putri keluarga Alexander!" Bagai petir menyambar, Abel sangat tidak percaya papanya akan berkata seperti itu didepannya. Dia sudah tidak bisa menahan semuanya. Dengan gerakan cepat, ia berlari keluar rumah. Disaat yang bersamaan hujan datang seakan tau isi hati Abel.
Sakit.

Abel tidak mendengar abangnya yang sudah meneriaki namanya. Ia menelpon supir pribadinya kemudian menuju mansionnya.
Sesampainya disana Dewi melihat Abel yang sudah basah kuyup dan langsung memeluknya.

"Kamu kenapa sayang? Kenapa basah gini?" Tanya Dewi bertubi-tubi.

"Hiks...Abel...hiks...gak...mau...hiks...
sa..ma..me..re..ka..lagi..Bun..hiks..." Ucap Abel dengan tangisnya.

"Kamu tenangin diri dulu ya, habis itu ceritain semuanya sama Bunda." Ucap Dewi lembut. Abel menganggukkan kepalanya. Dewi benar-benar menyayanginya walaupun Abel bukan anak kandungnya.

Abel menuju kamarnya untuk membersihkan diri. Dia melihat banyak notifikasi dari abang dan sahabat-sahabatnya tetapi ia abaikan. Hatinya masih hancur.
Ia memilih mengurung diri di kamarnya hingga suara Dewi membuyarkan lamunannya.

ABELLA (SUDAH DITERBITKAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang