Happy reading!!!
Jangan lupa vote & comment!!!
__________
Sean beranjak dari bangkunya menepuk bahu Dendra,mengisyaratkan lewat mata.
Setelah itu melenggang pergi diikuti oleh Dendra,jangan tanyakan kemana yang lainnya yang jelas Gabriel sekarang tengah memarahi Kenan akibat pelabrakan oleh mantan Kenan yang tak diterima diputuskan,dan Gabriel yang menjadi korbannya,poor Gabriel.
"Kenapa?" mereka duduk berdua di rooftop.
"Dia..." Sean tercekat, tak tau harus mengatakan apa.
"kenapa?"
"Dia nelpon gue."
"mungkin dia udah menerima lo?" Dendra menghendikkan bahu,tetapi diotaknya memikirkan ucapan Sean tadi.
"Mungkin," ucap Sean memejamkan matanya.
"Gue gak tau harus bilang apa sama lo Sen,tapi kabar terbarunya.." Dendra terdiam tampak menimbang sejenak.
"Apa?!"
"Dia udah mau balik," ucapan Dendra sontak langsung membuat Sean menegakkan kepalanya dengan gerakan terkejut.
"kapan?" Sean menyahut cepat, seakan-akan kalimat yang baru saja diucapkan oleh Dendra adalah hal yang sejak lama ditunggu-tunggunya.
"Entahlah, gue juga belum dapat kepastiannya,bisa besok atau lusa."
***
"Seann," pekikan riang itu bergema dikoridor membuat orang orang melihat asal suara tersebut.
Sean hanya cuek melanjutkan jalannya bersama yang lainnya meskipun mereka sempat melirik dirinya ingin melihat reaksi sang prince ice.
Stela tampak merangkulkan tangannya ke lengan Sean saat sudah sampai di samping sang empu "Kekantin bareng ya," ucapnya sambil bergelayut manja.
"Lepas, gak usah sok manja." sambil berusaha melepaskan rangkulan Stela.
"ihh Sen gak papa kali sekali-kali," ucapnya dengan nada merengeknya.
"Lepas."
Sean mulai geram setelah itu menyentak tangan Stela tidak kencang memang, tapi mampu membuat Stela sebal.
Tak peduli akan penolakan terang-terangan Sean. Stela tetap mengikuti mereka bedanya hanya dia tak mengelanjutti tangan Sean kembali. Takut sang empu nambah marah terhadapnya.
"Lo pada pesen apa." Gabriel mengajukan diri saat sudah sampai di kantin.
"Biasa"
Stela duduk bergabung dengan sean disampingnya.
"lo ngapain sih disini," suara ketus yang berasal dari Gabriel yang diangguki oleh Kenan mereka baru saja kembali setelah selesai memesan.
"Dihh. serah gue dong!" Stela tak kalah ketus menjawab. Muka cewek itu mendadak sewot.
"ini kawasan cowok! lo mau nimbrung juga sama obrolan cowok?!" kali ini Kenan yang tampak tak senang akan kehadiran Stela.
"udah sih Sel, mending lo pergi gue males denger debat 'lagi'." Dendra menekankan kata lagi.
"Tapi--"
"lo tuh cewek,cewek tuh kodratnya dikejar bukan mengejar." kali ini Sean yang angkat suara cukup jengah juga, apalagi akan kelakuan Stela.
"Dan lo gak dengar! Kemarin gue udah bilang sama lo. Berhenti. Dan lo tau alasannya," lanjut Sean menatap Stela dengan datar.
"Denger tuh!"
Stela hanya diam setelahnya melenggang pergi dengan muka yang memerah antara malu dan marah.
Kenan sedikit mengernyit "lo ngomong apaan sama nenek lampir Sen? Kok gue gak liat lo ngomong sama dia ya?!" tanyannya bingung.
Sean mendengkus " gak penting!" ujarnya, setelah itu melahap makanannya saat pesanannya sudah di antar. Membuat kenan yang bertanya mendengkus.
"ini nih, ngomong sama batu es. Gak pernah bener!" gerutunya pelan, lalu melanjutkan makannya.
"Besok malam jadi dateng ngak?" ucap Dendra.
"kemana?" sahut Sean
"yaelah itu aja, masa lo gak inget," Timpal Dendra "acara ulang tahun Dipo"
"Oh."
Dendra berdecak, lama-lama kesal juga akan kelakuan temannya yang satu ini "jadi dateng ngak?"
"Jadi."
"Dipo ya! tuh anak, padahal diluar bandelnya bikin geleng-geleng kepala, sekali di rumah kaya kucing kelakuannya" sahut Gabriel berdecak.
"lo tau darimana?" tanya Dendra.
"biasa koneksi gue banyak," sahut Gabriel pongah. sambil merapikan rambutnya,sombong sesekali gak papa kali.
"alahhh, gak usah belagu lo deh! dapat info dari gue aja mau sombong," sahut Kenan ketus. menghiraukan muka Gabriel yang berubah menjadi masam,sialan.
Dendra dan Sean terbahak.
Tak mampu membendung tawa lagi,dan kembali menjadi pusat perhatian,dua orang yang jarang terlihat senyum malahan sekarang tertawa,maniss banget.
"Anjim! lo Ken. gak usah jujur ngapa!" sahut Gabriel mendelik, melihat kearah dua orang yang masih asik tertawa,berdehem"ehemm!"
percuma dua orang itu masih asik tertawa meskipun tidak sekencang tadi.
"Bangsat lo berdua! kawan laknat emang"
**
'Terkadang hidup itu harus dibawa enjoy sekali-kali jangan harus terus melulu monoton'
Kata-kata itu melintas seketika diingatan Sean saat sedang asik asiknya melamun,berdecak mengapa juga ingatan itu harus melintas. Dia baru saja pulang dari latihan basketnya. Dan sekarang sedang nongkrong bersama yang lainnya.
Kata-kata itu berasal dari seseorang yang berada dimasa lalunya, yang sayangnya Sean sedang tidak ingin memikirkannya.
Membuka ponselnya, mengutak atik benda kotak tipis itu yang dibelakangnya terdapat logo apel digigit.
Sean terdiam saat melihat story di salah satu media sosial baru orang itu. yang berisi foto bandara dan Sean tau bandara itu apalagi cap nya tertulis 'go home'
Jadi, dia sudah pulang ya.
Perkataan Dendra tak meleset sedikit pun. Orang itu, benar-benar pulang.
Tubuhnya rasanya seperti patung yang tak bergerak. ahsss...akhirnya hari yang dinantikan tiba juga.
____________
Hello guyss!!!
Maaf ya baru up!
Pikiran lagi mumet soalnya!
Sampai jumpa di chapter selanjutnya oke!!
Byy...byy
Quennice02
KAMU SEDANG MEMBACA
SEAN'S(Completed)
Teen Fiction[PROSES REVISI] WARNING: Typo bertebaran,bahasa tidak baku,banyak bahasa kasar yang keluar. Menjadi cowok yang memiliki wajah tampan ditambah kapten bola basket menjadikannya most wanted sekolah, jajaran para cowok2 yang suka diincar oleh banyak kau...