8. Maaf Pertama

1.9K 115 24
                                    

Saat ini Aldric menunggu kehadiran Aurel diatas motornya di depan gerbang sekolah untuk mengajaknya sekaligus meminta maaf kepada Aurel.

Tadi, setelah Aurel pergi meninggalkannya sendiri di kelas ia merenungkan pikirannya tersebut.

Ia juga meminta pencerahan kepada Andreas. Salah satu sahabatnya yang berpengalaman tentang perempuan.

Sejak saat itu ia merasa bersalah dan bertekad untuk meminta maaf kepada Aurel saat ini.

Ia pun melihat Aurel berjalan bersama ketiga sahabatnya. Ia melihat Aurel sedang berjalan sambil bercanda ria dengan para sahabatnya.

Gadis berkucir kuda tersebut terlihat sangat ceria saat ini.

Namun, keceriaan itu luntur seketika saat ia hendak mendekati gerbang dan tak sengaja bertatapan dengan Aldric sebentar.

Ia pun langsung mengalihkan pandangannya ke arah para sahabatnya.

"Jadi, sekarang kita kemana?" tanya Aurel pelan saat posisi mereka dekat dengan posisi Aldric.

Aurel memelankan langkahnya, hingga para sahabatnya tak sadar.

"Ke panti aja lah," ujar Alea.

Mereka pun mulai berjalan dengan posisi menyamai posisi Aldric.

Ketiga sahabatnya berhenti ketika posisi mereka menyamai posisi Aurel.

Lia bertanya pada Aurel, "Emang lo nggak ke rumah Aldric?"

Aurel beralih menatap Aldric dengan malas yang posisinya berada di samping kirinya.

Ia kembali menatap Para sahabatnya, "besok double juga nggak papa, yuk, nggak usah di pikir."

Aldric menaikkan Satu alisnya.

Para sahabatnya pun hanya mengedikkan bahunya, lalu mulai melangkahkan kakinya.

Baru dua langkah mereka berjalan, Aldric mencekal lengan Aurel.

Aurel pun berhenti dan berbalik badan menatap Aldric, "apa?"

"Siapa yang nyuruh lo nggak ke rumah gue?" Aldric menautkan alisnya.

Aurel melirik Aldric, Lalu melirik tangannya yang dicekal oleh Aldric.
"Lepas!"

Aldric pun melepaskan cekalannya.

Ketiga sahabat Aurel pun menghentikan langkahnya ketika mendengarkan Perdebatan mereka berdua.

Aurel menatap Aldric dengan tatapan malas.
Aldric pun sadar akan hal itu. Gadis yang telah menatapnya dengan tatapan sendu, kini berganti menjadi tatapan malas. Apakah gadis itu marah padanya?  Sebesar itukah kesalahannya?

Yang ia tahu, ia hanya ingin menjaga dirinya agar kejadian yang terlah berlalu tidak terulang kembali kepadanya.
Tapi, ia juga tak ingin menyakiti seseorang.
Apalagi orang itu Aurel. Gadis yang selalu bersamanya dengan keceriaan yang terpancar di wajahnya. Gadis yang mampu membuat hari-harinya berwarna.

Gadis yang telah ia anggap sebagai saudara perempuannya, mungkin. Saudara perempuannya? Bahkan kebersamaan mereka, Aldric menganggap Aurel sebagai saudara perempuannya. Tidak lebih.

Bad Girl vs Crazy BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang