15. Tragedi Kafe

1.4K 66 6
                                    

HAPPY READING EVERYBODY!

_

__

Aurel dan Aldric memasuki Kafe 'Andalan' dengan tangan menggandeng, menggenggam erat tangan satu sama lain seperti Ibu yang takut anaknya hilang. Mereka melakukannya tanpa ragu, mungkin sudah biasa bagi mereka.

Aurel dan Aldric duduk di kursi di tempat yang di sediakan. Mereka duduk berhadapan. Aldric segera memanggil waiters kafe ini dan memesankan 2 lemon squash meminta satu lembar kertas dan juga satu bulpoin. Setelah mendapatkan dua barang itu, Aldric meletakkannya di atas meja dan dihadapkan didepan Aurel.

Aurel pun menatap kedua benda tersebut dan beralih menatap manik mata Aldric dengan tatapan tanya. "Buat apa sih?" tanyanya.

Aldric menatap sekitarnya. Ia menatap para pengunjung dan hal ini berhasil membuat Aurel penasaran dan ikut-ikutan menatap sekitarnya dengan tatapan bingung beda dengan Aldric dengan tatapan yang seakan-akan mencari sesuatu.

"Menurut lo, orang itu ganteng nggak?" tanya Aldric sambil menunjuk ke arah lelaki dengan rambut botak.

Aurel melihat arah tunjuk Aldric, detik selanjutnya ia bergidik ngeri dan segera mengalihkan pandangannya ke arah Aldric.

"Ganteng apanya!" ujar Aurel tak terima.

"Oh, gitu, ya?" ujar Aldric di balas deheman pendek oleh Aurel.

Lalu Aldric menatap sekitarnya kembali. Entah apa yang akan ia lakukan setelah ini. Mungkin karena dirinya bosan dengan hukuman Aurel yang itu-itu saja.
Sesekali ia ingin menghukum Aurel dengan suasana Relaks dan bercanda ria.

"Kalau yang itu?" tunjuk Aldric kembali kearah lelaki berkulit hitam berperawakan pendek.

Aurel pun melihat arah tunjuk Aldric, dan betapa terkejutnya ia dengan objek yang ditunjuk oleh Aldric.

'Gila apa gimana sih Aldric ini?' batinnya sambil mengelus dada sabar.

"Astaghfirullah!" ujar Aurel sambil mengelus dadanya.

Sedangkan Aldric menertawakannya sebentar. "tumben lo nyebut," ujarnya.

Aurel menatap Aldric sambil mengerucutkan bibirnya kesal.

"Suka-suka gue dong! Pertanyaan lo ngaco buat orang yang kayak gitu!"

Aldric terkekeh kecil sambil geleng-geleng kepala, "jangan cemberut," ujarnya.

Aurel meneguk ludahnya sendiri, "ke-kenapa?" ujarnya gagap.

Aurel mengerjapkan matanya pelan sambil menggigit bibir bawahnya.
'aduh rel! Kenapa pake acara gagap segala sih!' batinnya menggerutu.

"Soalnya nggak cocok sama kelakuan lo yang bar-bar," ujar Aldric lalu tertawa sebentar.

Fiuhh

Aurel menghembuskan nafasnya kasar. Ternyata, jawaban Aldric diluar dugaannya.
Selanjutnya, ia menatap Aldric dingin.

"Enggak usah basa-basi deh, Al! Sekarang, tugas gue apaan!" ujarnya.

"Santai dong."

"Santai ndasmu!"

Aldric menatap kertas dan bulpoin tersebut. Ia menatap kedua benda tersebut, memikirkan apa yang akan ia lakukan untuk Aurel dari kedua benda tersebut.

"Al, gue boleh tanya nggak?" tanya Aurel tiba-tiba.

Kedua mata hitam pekat Aldric pun teralihkan untuk menatap Aurel.
Ia mengangguk mengiyakan ucapan Aurel. "Boleh," ujarnya mengizinkan.

Bad Girl vs Crazy BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang