22. Aurel, Aldric, dan Rasa

1.4K 70 12
                                    

"lebih baik kita bersama sekarang. Menunggu jika suatu hari kita tidak bisa bersama."

Nb: puter mulmed yuk. Author lagi suka sama lagu te molla nih hiks😓

____

Hari Senin. Satu hari yang membosankan. Upacara, piket kelas, harus berpakaian rapi lah, pake topi lah, datang harus pagi lah, panas-panasan lah, harus cepat, tidak lelet dan bla...bla...bla...

Satu yang kalian perlu tau, Aurel benci hari Senin.

Ia terbangun dari tidurnya karena suara keras yang melengking menusuk indera pendengarannya. Siapa lagi jika bukan ibunya yang berteriak membangunkannya.

Malas sekali rasanya untuk membuka matanya, seperti ada lem tikus yang menempel pada matanya.

"IYA BU! AUREL MANDI NIH, OTW KAMAR MANDI!" bohongnya agar racauan ibunya berhenti.

Bukan Reta namanya jika langsung mempercayai apa yang Aurel ucapkan. Ia sangat mengenal anaknya yang satu itu. Sangat sukar membuka matanya di pagi hari.

"Jangan bohong kamu!" ujarnya dari luar.

Aurel memutar bola matanya malas. Senin selalu ribet! Kesal rasanya jika setiap Senin harus merasakan pemandangan seperti ini.

"Udah bangun ini! Ini lagi di depan toilet. Ibu nggak usah khawatir deh!" ujarnya tak kalah melengking dari suara sang ibu.

Karena di rasa Aurel memang benar-benar benar, akhirnya Reta pun mempercayainya. "Yaudah, cepetan mandinya. Udah jam enam kurang lima belas menit ini." Reta berujar memperingati Aurel.

Sedangkan Aurel hanya berdehem malas di dalam kamarnya. Rambut yang acak-acakan, mata penuh belek, jejak Air liur di pipinya, dengan selimut yang belum tersingkap membuat kesan menjijikkan berpoint plus plus. Namun, yaa, masa bodo Aurel. Yang penting dia nyenyak di tidurnya.

Namanya juga orang cantik, kalo tidurnya nggak sembarangan, ya, ngiler.

Aurel menyingkap selimutnya. Bukan bergegas ke kamar mandi, ia mengambil kalender meja di atas nakasnya. Ia menatap kesal hari Senin yang semuanya ia lingkari dengan spidol merah dan bertuliskan 'bacot' sekesal itu dirinya dengan hari senin.

Kenapa harus ada Senin sih? pikirnya.

Senin ke minggu aja jauh, masa minggu ke Senin cepet. Kan nggak adil. Apa lagi untuk dirinya yang notebennya kaum rebahan, kurang puas rasanya.

Ia menunjuk-nunjuk kalender tersebut geram lalu mengembalikannya ke atas nakas samping tempat tidurnya.

Ia pun bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan badannya sebelum ke sekolah.

Setelah setengah jam lamanya, Aurel keluar dari kamar mandi. Bukannya mengganti baju, ia berjalan santai ke arah jam weker yang terletak di atas nakasnya. Jam menunjukkan pukul setengah tujuh, namun bukannya terburu-buru, ia malah terlihat santai-santai saja.

Prinsipnya adalah, nggak telat ya Alhamdulillah, kalau telat ya ditinggal bolos. Sesimpel itu pemikirannya. Apalagi sekarang ia sudah tidak ada hukuman lagi, ia bisa berkeliaran seluasanya.

Ia mendudukkan dirinya di pinggiran dipan kasurnya. Ia membuka Hpnya untuk sekedar mengecek olshopnya lalu mematikannya. Ia berjalan menuju lemarinya dan mengambil seragamnya lalu memakainya.

Setelahnya, ia berkaca. Ia memoleskan sedikit aloe vera pada wajahnya lalu mengikat kuda rambutnya. Jika kalian bertanya Aurel tidak memakai bedak dan segala macam skincare apalah itu, jawabannya adalah, cewek itu tidak pernah mempunyai minat untuk menggunakannya. Paling-paling, ia hanya memakai aloe vera dan sabun muka. Maskeran dan lain-lain? Mungkin itu jika ia dan para sahabatnya menginap dirumahnya. Bisa dihitung dengan jari berapa kali cewek tersebut menggunakan skincare dan lain-lain yang dianggapnya ribet.

Bad Girl vs Crazy BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang