29. Mencoba Mengikhlaskan

946 54 16
                                    

"kebanyakan orang selalu berkata 'apa yang tidak untuk orang yang disayang? Jika dia bahagia, aku juga bahagia' padahal kenyataannya hatinya runtuh. Tapi mereka percaya akan takdir, semua akan indah pada waktunya."

-For and From me to all


Nb: semangat buat kita yang apa-apa dirumah. Jangan capek rebahan ya. Wkwk:v

___________

Pagi ini Aurel turun kebawah untuk sarapan bersama ibu dan adiknya.
Ia menuruni tangga dengan malas, rasanya ia enggan untuk masuk sekolah. Tapi ia tetap masuk sekolah karena menurutnya mending bolos daripada gak sekolah, gabut sumpah. Begitu sekiranya pemikiran Aurel.

Saat sampai di dapur, ia menyendokkan nasi goreng kedalam mulutnya dengan wajah bete.

Revan yang melihat kakaknya dengan wajah kusutnya pun menaikkan alisnya sebelah. "Ngapain lo pagi-pagi bete gitu?"

"Gak papa." balas Aurel seadanya sambil melanjutkan makannya.

"Gak biasanya tau gak sih? Biasanya tuh lo suka teriak-teriak gak jelas mirip orang gila," kata Revan.

Mendengar kalimat terakhir Revan membuat Aurel mengetukkan sendoknya ke kepala Revan hingga Revan mengaduh dan mengelus-elus kepalanya. "Jadi, selama ini gue lo anggep orang gila?!" kata Aurel tidak terima.

"Gak juga sih." Revan berdiri dari duduknya, berjalan menuju kulkas. "Kadang enggak, tapi sering iya!" katanya membuat Aurel naik pitam.

"Kurang asem lo emang jadi adek!" teriak Aurel, Revan hanya tertawa melihat ekspresi kesalnya.

Reta yang melihatnya geleng-geleng kepala. Bagaimana bisa dirinya memiliki keturunan yang berbanding jauh dengannya.

Revan pun menghiraukan Aurel dan membuka kulkas, lalu mengambil sekotak susu sapi dan meletakkannya di meja. Aurel yang melihatnya pun semringah, menatap susu itu berbinar. Revan pun menaikkan alisnya sebelah setelah menatap Aurel yang menatapnya sambil tersenyum. "Napa lo? Gila lo kumat?" tanya Revan.

"Gila nih anak!" kata Aurel sambil mengarahkan jari telunjuknya ke arah wajahnya dan menorehkannya miring.

Revan semakin tergelak. "Dih, dasar Patimeh!"

Aurel mendengus, kalo udah debat pasti bakalan lama. Sudah biasa bukan seperti ini bagi adik kakak? "Mau susunya dong??" kata Aurel.

Baru saja Revan akan menjawab, ibunya sudah menyahutnya terlebih dahulu. "Ibu berangkat dulu, kalian jangan sampe telat seperti biasanya! Atau kalo gak, uang jajan kalian ibu potong sebulan!" ancam Reta membuat Aurel dan Revan meneguk ludahnya kasar sambil mengangguk cepat.

Sekedar info, Revan juga sama bad-nya seperti Aurel. Tapi Revan lebih bad boy dari pada Aurel. Bahkan sebelum Aurel mendapati julukan bad girl, Revan sudah menjadi bad boy. Atau, bisa dibilang Revan yang menggurui Aurel menjadi bad girl, dan Aurel menggurui sahabat-sahabatnya menjadi bad girl.

Ia memiliki motivasi menjadi seperti ini karena Revan pernah berkata 'kalo lo mau deket-deket sama gue, lo harus barbar. Karena gue gak mau deket-deket sama orang lemah. Lo boleh jadi perempuan, tapi lo harus kuat. Karena gue gak suka deket-deket sama orang yang selalu ditindas. Terlalu lemah!' setidaknya seperti itu kata-kata Aurel. Sedikit memotivasinya agar menjadi gadis yang pemberani dan kuat. Tapi, emang dasarnya dari dulu Aurel kemana-mana main sama Revan, ya Aurel ya ikutan barbar.

Bad Girl vs Crazy BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang