30. Bimbang

977 51 12
                                    

"Lah emang stucknya di situ, mau dipindahin kemana pun gak bakal bisa. Sekali bisa rasanya beda."

-Znsaaa

Nb: Makasih yang udah semangatin Nisa-!

______________________________________

Saat ini Aurel sedang bertelepon ria di depan gerbang sekolah. Sudah 10 menit bel pulang berdering, namun Revan sang adik belum juga menampakkan batang hidungnya.

"Dimana sih lo?!" tanya Aurel kesal pada lawan bicaranya di ponselnya. Ia mengelap keringatnya yang bercucuran dari dahinya.

"Bentar, sabar elah. Ini gue juga lagi di parkiran!" balas Revan. Membuat Aurel berdecak.

"Ish! Dari tadi ngapain aja sih?! Lama banget!" gerutunya.

"Sabar elah, ini udah mau jalan!" balas Revan, Aurel tidak menanggapinya dan langsung mematikan sambungan teleponnya secara sepihak.

Memang hari ini Aurel meminta Revan untuk pulang bersama. Karena tidak mungkin ia bisa pulang dan pergi bersama Aldric seperti dulu lagi. Selain itu, ia juga bisa hemat biaya. Ia jadi tidak perlu mengeluarkan uang untuk membayar angkot.

Sebenarnya ia juga memiliki mobil dan supir, tapi biasanya mobil itu digunakan oleh ibunya. Ia tidak mau pulang bersama ibunya, karena pasti ibunya akan menceramahinya dan memberikan pidato-pidato tentang masa kini untuk esok saat sudah dewasa yang tak jarang menyelipkan tentang dampak buruk dari kelakuannya selama di sekolah, seperti membolos, tidak mengerjakan tugas rumah, dan lain sebagainya.

Dan Aurel sangat malas mendengarkannya. Membosankan. Hidup itu harus santai men, kalo tertekan gak berwarna hidup lo! Itu adalah motto milik Aurel.

Aurel berjongkok karena lelah berdiri karena menunggu Revan yang tak kunjung menampakkan dirinya. Aurel menundukkan kepalanya didalam lipatan tangannya. Kerongkongan terasa kering, perutnya terasa lapar. Oh ayolah! Masih lama kah adiknya itu? Apa yang dilakukannya? Menggoda gadis di parkiran? Gak elit banget godain cewek diparkiran!

Tiba-tiba telinganya menangkap suara motor yang berhenti di depannya. Sang pengemudi turun dari sepeda motornya. Aurel tau dari pendengarannya yang sangat kuat ini. Namun Aurel tidak mendongakkan kepalanya. Ia sangat yakin kalau yang di depannya itu bukan Revan, jadi buat apa repot-repot menatapnya.

Sampai ia merasa kepalanya dingin ia mendongakkan kepalanya. Ia mengerjapkan matanya pelan dan menahan nafasnya sebentar. Di depannya ia melihat Aldric yang menyodorkan air dingin kearahnya.

Sedetik kemudian Aurel memutar kedua bola matanya malas. "Ngapain lo?" sewotnya.

"Nih, buat lo." Aldric menyodorkan air dingin itu kepada Aurel.

"Hah? Buat apa?" tanya Aurel lagi sembari mengusap peluhnya yang bercucuran dari dahinya.

"Panas-panas gini lo gak haus?"

"H-ha?" beo Aurel sambil mengerjapkan matanya pelan. "Gak mau? Ya udah, gak maksa sih."

Lah siapa yang bilang lo maksa gue bambang?!!!!!!!!!

Aurel meneguk salivanya kasar. Ia tak munafik jika dirinya merasa haus. Cuaca hari yang panas membuat kerongkongannya kering. Dengan cepat ia mengambil alih air itu dari Aldric. "Siapa coba yang bilang gak mau?!" Aurel membuka tutup botolnya dan meneguknya hingga setengah botol. Aldric yang melihatnya pun terkekeh pelan.

Bad Girl vs Crazy BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang