16. Badmood!

1.2K 55 2
                                    

Happy Reading!<3

___

Sesampainya di rumah, Aurel langsung memasuki rumahnya tanpa berniat untuk berpamitan dengan Aldric. Ia masih marah kepada Aldric. Namun, jika dipikir-pikir, Aurel bodoh juga. Kenapa ia memilih menerima hukuman dari Aldric dan tidak menolaknya. Bukan semuanya salah Aldric, namun sebagian salahnya juga yang tidak mau menolaknya. Tapi jika ia menolaknya pasti Aldric tetap memaksa! Ah, sudahlah. Terlalu rumit untuk dipikirkan.

Aurel melangkahkan kakinya di lantai rumahnya. Dilihatnya Revan yang sedang duduk di atas sofa. Ia jalan dengan kepala tertunduk, menyembunyikan mata sembabnya. Ia tetap berjalan tanpa memperdulikan Revan yang asyik mengoceh.

"Oi! Kakak barbar!" sapa Revan menggoda. Dan tidak di pedulikan oleh Aurel.

"Gimana kencannya, Oi!"

"Rasanya kencan tuh gimana sih? Enak gak?" celoteh Revan tidak dipedulikan oleh Aurel.

Aurel tetap melangkahkan kakinya menuju kamarnya. Sesampainya di kamarnya, ia membanting pintunya keras. Hal itu pun mengundang kebingungan seorang Revan.

"tumbenan gue dikacangin?" Revan mengedikkan bahunya, dan memainkan ponselnya.

Sedangkan di kamarnya, Aurel menatap boneka bejonya. Mata sembabnya menatap boneka itu dengan sorot kejengkelan. Sepertinya Aurel masih jengkel dengan Aldric karena kejadian yang lalu.

"Iiihhhhhh gue kesel banget bejo sama dia!" ujarnya sambil meremas-remas bonekanya kesal.

"Lagian, gue juga goblok sih!"

"Pengen ngelawan gitu."

"Tapi kalo dia ngadu yang enggak-enggak ke ibu gimana? Kan gue juga yang dimarahin. Mana ibu suka nggak percaya sama gue juga!"

Aurel meluapkan kekesalannya. Ia meremas-remas bonekanya. Lalu menonjok Gulingnya. Begitu terus sampai akhirnya ia memutuskan untuk mandi agar dirinya lebih rileks. Selesainya mandi, ia turun kedapur untuk mengambil beberapa snack berharap moodnya kembali.

Sesampainya ia di dapur, ia membuka pintu kulkas. Ia membelalakkan matanya. Snack yang baru saja dibelinya sudah ludes tak tersisa. Ia mengepalkan tangannya kesal. Tujuannya kesini untuk mengembalikan moodnya, yang terjadi malah memperburuk moodnya. Ia tau siapa yang menghabiskan snacknya. Ya! Pasti Revan yang menghabiskannya.

Ia segera berjalan cepat menemui sang adik. Ia menjewer kuping Revan hingga Revan terkejut dan meringis kesakitan.

"Eh! Adek laknat! Snack gue mana semua?!" Kesal Aurel.

"Aduh, udah gue buang kak. Maaf ye. Lepasin jewerannya dong kak. Gue lagi push rank nih!" ujar Revan sambil meringis.

"Enak aja lo buang! Lo buang dimana, huh?!" ujar Aurel.

Saat ini moodnya benar-benar dan sangat-sangat buruk! Dari Aldric hingga Revan, semua hanya bisa memperburuk moodnya saja!

"Gue buang di perut kak. Aduh, lepasin dong kak. Gak kasian sama adek lo yang comel ini?" ujar Revan memohon.

"Gak! Gue nggak bakalan lepasin ini sebelum lo kembaliin snacknya!" ujar Aurel.

"Yaudah, kalo gitu tungguin nanti kalo gue berak!"

"Lahh??"

"Ya iya dong. Kan makanannya ada di perut gue, jadi kalo mau di kembaliin nanti pas gue berak!" ujar Revan.

Aurel dibuat semakin geram dengan tingkah adiknya yang sok polos ini. "Bukan gitu bege! Maksudnya tuh lo harus beliin gue snacknya lagi!"

"Iya deh iya! Lepasin nih jeweran! Sakit dah beneran!"

Aurel melepaskan jewerannya dan menatap Revan datar. Lalu menyodorkan tangan kanannya seperti meminta sesuatu. "Mana uangnya?!"

Revan merogoh saku celananya. Ia mengeluarkan selembar uang 50.000 dan diberikannya kepada Aurel. "Maaf duit, lo harus berpindah tangan. Semoga nanti kita dipertemukan kembali ya!" ujar Revan dramatis.

Aurel menatapnya dengan memutar kedua bola matanya. Dan segera pergi ke mini market depan komplek perumahannya.

***

Aldric berdiri di depan kaca yang di sediakan di kamarnya. Ia menyisiri rambutnya sesekali ia memberikan polesan pomade di rambutnya. Setelah itu ia berganti untuk menyemprotkan parfum ke badannya. Lalu ia membenarkan letak jam tangannya. Ia menatap dirinya sendiri di depan kaca sembari berkacak pinggang. "kegantengan gue menambah, anjay!" ujarnya pede.

Ia mengambil ponselnya yang berada di atas nakas. Ia menelpon salah satu kontaknya.

"Udah siap belum?" ujarnya sambil senyum-senyum sendiri.

"Belum," jawab orang tersebut.

"Ya udah, cepet siap-siap! Gue tunggu," ujarnya lalu mematikan sambungannya.

Aldric merebahkan tubuhnya di atas kasurnya. Ia menatap langit-langit kamarnya. Sepintas kenangannya bersama keluarganya terputar kembali membuatnya rindu. Andai saja waktu bisa berputar kembali, ia tidak akan pernah percaya pada seseorang yang sudah menghancurkan keluarganya.

Ia membuka ponselnya kembali. Ia membuka galerinya, foto pertama yang ia tatap adalah foto seorang gadis cantik yang sedang memakan es krim. Terlihat cantik dan lucu, dua kata itu yang dapat di definisikan dengan jelas dari gadis itu. Aldric mengelus-elus foto itu sambil tersenyum nanar. "Gue kangen lo, Mey," gumamnya.

Setelah itu ia menggeser fotonya. Ia menatap foto keluarganya. Di foto tersebut memperlihatkan foto ibu, ayah, dirinya, dan juga Kakaknya. Ah, bukan. Lebih jelasnya Kakak tirinya! Bahkan ia tidak mau menyebutnya kakaknya, walaupun kakak tiri ia tidak sudi. Ia sangat benci padanya. Sampai kapanpun tidak pernah untuk tidak membencinya. "Ma, Pa, Aldric kangen. Kapan kita seperti dulu lagi?" gumamnya kembali.

Ia menghembuskan nafasnya. Tidak ada gunanya ia merindukan mereka. Mereka sudah meninggalkan Aldric sendiri, untuk kembali rasanya tidak mungkin bisa.

Aldric kembali menelpon seseorang yang di telponnya tadi.

"Udah?" tanyanya pada orang itu.

"Udah," ujar orang di seberang sana.

Aldric segera mematikan sambungan teleponnya dan segera pergi.

***
Hayoloh, siapa tuh yang ditemuin Aldric? Emangnya apa sih konflik Masa Lalu Aldric? Penasaran gak?/gak thor! Oke gapapa T~T

Oke pantengin cerita ini terus ya wan kawan!

JANGAN LUPA VOMENT DAN SHARE!

FOLLOW MY WATTPAD ACCOUNT
IG: @ZANNISAAA_ & @ITS.ZANNISA
TWITTER:@ITSZANNISA

SEE YOU!

131219<3

Bad Girl vs Crazy BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang