21. Hari Terakhir Hukuman

1.7K 69 4
                                    

"Karena nggak selamanya orang yang kita kenal emang bener-bener tulus deket sama kita."

______________________________________

Bel pulang sudah berbunyi dari 5 menit yang lalu. Aurel memutuskan untuk segera pulang. Beda dari hari biasanya, Aurel memutuskan untuk pulang bersama kawan-kawan dikarenakan kunjungan rutinnya ke panti asuhan milik keluarga Rea.

Beda dari biasanya, Aurel telah meminta izin kepada ibunya sebelumnya. Tentu saja ia akan meminta izin kerumah Rea, bukan ke panti asuhan. Karena ia tidak ingin terlalu banyak orang yang mengetahui kebaikannya. Biarlah ia di cap jelek dikalangan masyarakat agar ia tidak berada dikalangan orang munafik yang hanya cari ketenaran darinya.

Sama seperti yang dilakukannya dari pertama kali mengunjungi tempat ini, Aurel dkk selalu menyempatkan untuk membelikan cemilan dan kebutuhan warga panti di minimarket. Setelahnya mereka meluncur ke tempat yang di tuju.

Sesampainya di sana, ia sudah di sambut oleh anak-anak panti dan juga bu Ranti A.k.a ibu panti.

Setelah itu mereka di persilahkan untuk duduk di atas sofa empuk yang di sediakan di sana. Aurel dkk menanggapinya dengan senyuman ramah yang mereka miliki. Mereka pun meletakkan barang bawaan mereka yang akan mereka berikan kepada warga panti di atas meja depan mereka.

Sampai pada akhirnya, tatapan Aurel terpaku pada seorang bocah laki-laki yang sedang tertawa lepas bersama seorang gadis kecil. Yap, dia Zion. Bocah yang mereka temukan dipinggiran jalan.

Ia menyenggol lengan Rea yang duduk di sebelahnya. Rea yang merasa di senggol pun menatap Aurel dengan tatapan tanya. Aurel mengarahkan dagunya kearah dua bocah yang asik bercanda ria tersebut. Lantas Rea pun menolehkan kepalanya menatap dua bocah tersebut dan di detik selanjutnya ia tersenyum.

"nggak salah kita bawa dia ke sini," ujar Rea senang.

Aurel menolehkan kepalanya. "memang."

"kalian liatin apa sih?" tanya Lia, Aurel menatapnya.

"liat tuh dua bocah," ujar Aurel sambil menunjuk ke arah Zion dengan gadis cilik di depannya.

Lia dan Alea pun beralih menatap dua anak itu, lalu mereka tersenyum.

"wahh, ceria banget ya mereka," ujar Lia sambil tersenyum riang.

Alea menatap datar Lia. "Norak, dih!" ujarnya.

Lia memanyunkan bibirnya kesal saat mendengar cibiran yang keluar dari mulut Alea. Mungkin Alea masih kesal dengan dirinya, pikirnya.

Bagaimana tidak? Dari tadi mereka berdebat tidak berhenti. Ditambah lagi tadi Lia yang tidak sengaja menumpahkan es jeruknya saat jam istirahat tiba. Mungkin Alea kesal dengan Lia karena hal ini.

"sirik mulu," gumamnya pelan.

Setelah itu mereka memilih untuk mendatangi anak-anak itu untuk sekadar bertanya-tanya supaya komunikasi mereka tetap terjaga.

Pertama kali yang mereka temui tentulah dua anak kecil yang sedari tadi mereka tatap.

"Hai! Kakak boleh gabung nggak?" tanya Lia ramah saat mereka sampai di hadapan kedua anak kecil itu.

"Nggak! Lo bau!" sarkastik Alea pada Lia, lagi-lagi Lia memanyunkan bibirnya berusaha tidak peduli pada Alea.

Dua anak itu menolehkan kepalanya menatap mereka, lalu mengangguk.

Mereka pun duduk melingkar.

"Masih kenal kakak nggak?" tanya Aurel pada kedua anak itu.

Kedua anak kecil itupun mengangguk antusias. "Masih!" ujar mereka bersamaan, bersemangat.

Bad Girl vs Crazy BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang