32. Terbongkar?

762 51 19
                                    

Aurel sedang merebahkan tubuhnya di atas sofa ruang tamunya. Semenjak pulang sekolah tadi, Aurel bermalas-malasan di sofa itu.

Jika kalian ingin tahu, di meja depan sofa tersebut banyak bungkus snack berceceran milik Aurel. Tapi aneh, Aurel masih terasa lapar. Sebenarnya itu perut atau tangki sih?

Untuk mengalihkan rasa laparnya, ia memutuskan untuk memainkan ponselnya, dengan membuka beberapa aplikasi.

Hingga akhirnya Aurel merasa bosan sebosan bosannya. Ia menatap langit-langit ruang tamunya bosan. Apa yang harus dilakukannya sekarang?

Hooaamm....

Aurel menguap. Ah, mungkin sekarang saatnya untuknya pergi ke alam mimpi. Aurel memejamkan matanya.

Baru saja Aurel memejamkan matanya, bunga tidur sudah menyambutnya. Didalam mimpinya, terlihat Aurel dengan raut tegang karena dibelakangnya banyak zombie yang mengejarnya. Ia pergi berlari ke luar rumah, dan ia pun bersembunyi diatas pohon berharap para zombie-zombie itu tidak menemukannya. Saat zombie sudah ada dibawah pohon tersebut, Aurel merapalkan doa agar zombie itu amnesia. Namun sayang, ditengah-tengah doanya, perut karetnya itu berbunyi membuat para zombie menyadari keadaannya, sedangkan Aurel diam membeku tidak tahu harus melakukan apa. Satu persatu zombie itu menaiki pohon itu hingga mendekat ke tubuh Aurel dan akhirnya......

Ting....tong... Assalamualaikum...

Bel rumah berbunyi keras membuatnya terbangun dari tidurnya. Napasnya terengah-engah, keringat dingin membasahi pelipisnya.

Ia menarik nafas dalam-dalam. Syukurlah hanya mimpi. Pikirnya ia akan phobia pada tidur jika melanjutkan mimpi itu. Aneh-aneh saja pikirannya itu. Hingga beberapa menit tersadar, Aurel melangkahkan kakinya untuk membukakan pintu untuk tamu yang datang.

"Eh, ada apa, Al?" tanya Aurel saat dibukanya pintu rumah dan melihat ada Aldric disana.

Aldric menyodorkan sebuah bungkusan kearah Aurel dengan senyuman yang mengembang. "Nih, buat lo," katanya.

Aurel menatap bungkusan tersebut. "Apa nih?" tanyanya.

"Itu martabak manis rasa coklat kacang." kata Aldric. Aurel menerimanya dengan senyum merekah. "Tadinya gue beliin buat Naya, tapi gue lupa kalo Naya alergi kacang. Daripada mubadzir, mending gue kasihin ke lo."

Senyum Aurel luntur ketika mendengar penjelasan Aldric. "Kenapa gak lo makan aja?" tanya Aurel lirih.

"Gue masih kenyang. Udah gak papa, lo ambil aja," kata Aldric.

Aurel menghela nafasnya. "Ya udah deh." Katanya pelan. "Pulang sono," kata Aurel lagi.

"Ngusir gue lo?" tanya Aldric dengan ekspresi pura-pura sedih.

"Iya! Udah sono pulang! Hush hush!" usir Aurel sambil mendorong badan Aldric.

Aldric tertawa, "Iya iya gue pulang." Aldric pergi menuju motornya dan mengegasnya. Sebelum itu ia mengangkat dan mengayunkan tangan kanannya diudara sebagai tanda perpisahan.

Aurel pun membalasnya dengan senyuman tipis yang menyorot makna di dalamnya.

_____

Hari ini adalah seminggu setelah kejadian dimana Aldric datang ke rumah Aurel dan membawakannya martabak manis.

Saat ini Aurel sedang berada di dalam kantin bersama tiga sahabatnya. Ia menatap kosong siomay yang ada di depannya itu. Ia menatapnya kosong dengan pikiran berkecamuk.

Siomay tersebut adalah pemberian dari Aldric. Entahlah, sikap Aldric kepadanya tidak berubah drastis. Hanya berubah sedikit. Ya, mungkin hanya tidak bisa mengantar-jemputnya lagi. Tapi, perhatiannya itu loh masih ada. Aurel sampai terheran, ia di mata Aldric itu apa sih? Masih pelampiasan? Barang percobaan? Entahlah, ia juga tidak paham.

Perlahan perasaannya kepada Aldric pun semakin membesar karena sikap-sikap lelaki itu padanya. Lihat saja, saat ini lelaki itu baru saja sampai dari bu Ina---ibu kantin--- dengan membawa sebotol air mineral dingin ditangannya.

Lelaki itu tersenyum ke arahnya sambil meletakkan sebotol air mineral dingin itu di sebelah piring Aurel. Nyaris saja senyumnya itu tidak bisa mengedipkan mata Aurel.

"Kok gak di makan, Rel?" tanya Aldric saat menyadari siomay milik Aurel masih utuh. Aurel menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "E-eh, iya, ini juga mau di makan," balas Aurel, lalu mulai menyendokkan siomay tersebut kedalam mulutnya.

"Udah dramanya?" celetuk Lia tiba-tiba karena bosan melihat kelakuan Aldric itu. Semakin kesini, semakin gak beres. Aldric menaikkan alisnya sebelah. "Maksud lo?" tanya Aldric.

"Gue ngusir lo." Lia meminum es jeruknya. "Gak ada yang mau liat kedatangan lo disini," lanjutnya.

Entah mengapa, rasa kesal pada Aldric semakin menjadi pada diri Lia. Terlebih lagi sikap Aldric yang begitu perhatian pada Aurel membuat Lia kesal setengah mati. Gini-gini Lia gak mau ya sahabatnya galau merana terus-terusan.

"Gak ada urusannya sama lo," ujar Aldric dingin. Sebenarnya ia sudah menyadari perubahan para sahabat Aurel itu, tapi ia memilih mengacuhkannya. Tapi sekarang mungkin tidak lagi.

"Ya urusan gue lah! Lo kira gue rela sahabat gue makan ati terus? Apa lagi gara-gara lo!" ujar Lia sinis. Aurel mematung di tempatnya karena terkejut akan jawaban Lia. Apa ini? Lia membongkar rahasianya?

Aldric pun sama terkejutnya, "maksud lo?" tanyanya bingung.

Lia berdecak, "intinya aja, gak ada pertemanan cowok dan cewek yang ga ngelibatin perasaan. Apa lagi di perlakukan istimewa," kata Lia.

Aurel dan Aldric terkejut. Aurel terkejut karena Lia membongkar rahasianya, sedangkan Aldric terkejut karena pernyataan tersebut. Sampai sini Aldric paham betul apa yang dimaksud Lia, dia tidak sebodoh itu.

Aldric menatap Aurel dengan tatapan yang tidak bisa dijelaskan. Sedangkan Aurel yang di tatap hanya menunduk. Ia pasrah apa yang akan terjadi selanjutnya.

Sejurus kemudian Aldric menarik tangan Aurel dan menggiringnya menuju taman sekolah. Mereka duduk diatas kursi taman dengan saling diam. Keadaan mendadak menjadi canggung.

"Yang di ucapin Lia.... Beneran?" tanya Aldric membuka suara.

Aurel mendongakkan kepalanya menatap Aldric yang menatapnya dengan tatapan sulit dijelaskan.

Ia menghela nafasnya. Mungkin memang sekarang ia harus jujur mengenai perasaannya. Untuk apa juga dirinya berbohong? Toh, nantinya juga Aldric tahu sendiri. Lagi pula mengungkapkan perasaannya mungkin akan sedikit membuatnya lega. Meski apapun respon Aldric nanti, Aurel tidak peduli. Sekalipun dirinya harus menahan sesak di dada dikarenakan orang yang sama.

"Iya," kata Aurel.

____

Maaf nge-Upnya barusan bukan kemarin malem. Huhuhu. Diriku ada urusan kemarin. Tidak apa kan? Hehe:^

Ig: Zannisaaa_ & its.zannisa
Twitter: ItsZannisa
Wp: Znsaaa

150520.

Bad Girl vs Crazy BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang