Chapter 5

40.3K 1.6K 28
                                    

Happy reading

---


"Aku melihatmu kemarin bersamanya di lorong! Dasar jalang! Kau membuatnya pergi dariku!"

Vello sudah memejamkan matanya ketika tangan Arabelle sudah kembali melayang siap menamparnya namun rasa panas dipipinya tak kunjung bertambah, Vello memberanikan membuka mata dan langsung terbelalak melihat Arabelle yang kini tengah tersungkur di lantai.

---------------

"Aku sudah memberimu kesempatan dan kau masih ingin menamparnya lagi?" suara dingin Dexter menyambut seiring tangan pria itu menarik Arabelle untuk berdiri dengan cara mencekik lehernya dan membenturkan tubuh itu ke dinding. Lebih sakit dari yang sudah di lakukan gadis itu pada Vello.

Wajah Arabelle memerah ketakutan serta menahan sakit di bagian kepala dan lehernya. Tak ada yang berani menolongnya. Semua mahasiswa langsung hening tak ada yang berani bergerak ataupun berkomentar seperti sebelumnya.

Dexter menyeringai melihat ketakutan diwajah gadis itu. Ia memperhatikan sesaat pakaian yang Arabelle kenakan. Sebuah t-shirt off shoulders berwarna turquoise dengan rok berpotongan rendah yang memperlihatkan hampir keseluruhan paha rampingnya.

"Jalang berteriak jalang, huh?" Dexter kembali membenturkan tubuh itu ke tembok tanpa melepas cekikan di leher gadis itu.

Arabelle beberapa kali mengerjapkan mata untuk tetap tersadar dari sakit yang semakin bertambah di kepala dan punggungnya serta nafas yang semakin sulit ia dapatkan dari cengkrangan tangan pada lehernya yang sudah terasa akan remuk.

"Dexter hentikan! Kau melukainya." Vello berusaha meraih lengan Dexter tapi pria itu justru mendorong tubuh Vello untuk mundur.

"Jangan menganggu hiburanku, Nona." Dexter berbalik memandang Vello sesaat dengan seringainya.

Seketika tubuh Vello menegang. Tatapan itu bukan seperti manusia normal. Vello mundur selangkah. Ketakutannya bertambah berkali-kali lipat di banding teriakan yang Arabelle berikan tadi padanya.

"To-tolong." Arabelle memukul-mukul tangan Dexter semampunya. Wajahnya sudah semakin memerah.

Seringai Dexter semakin lebar dan cekikan itu semakin erat mengarahkan tubuh itu ke atas. Arabelle berusaha mencari pijakan dengan meronta namun ia sudah tak bisa meraihnya.

"Dexter hentikan!" Vello berteriak dengan sisa-sisa keberaniannya. Menatap iba pada Arabelle yang mulai lemah kehabisan nafas.

BRAAK!

Dexter menghempaskan tubuh gadis itu ke lantai.

Ia tersenyum miring melihat gadis itu terbatuk-batuk tak berdaya dengan tubuh gemetar ketakutan. Sangat jelas terlihat bekas merah kebiruan di leher yang menunjukkan sekuat apa Dexter telah mencekik Arabelle.

Dexter beralih memandang Vello. "Mari Nona, jam mata kuliah anda akan segera di mulai."

Vello terbelalak dengan ekspresi Dexter yang telah kembali datar. Apakah dia benar-benar manusia? Bagaimana bisa ia berekspresi seperti itu setelah hampir membuat nyawa seorang gadis melayang?

Dengan kaku, Vello mengangguk. Memandang Arabelle sekilas dengan mengucap, "maafkan aku," begitu lirih.

---------------

Vello menunduk ketika Dexter membantu membukakan pintu kelas untuknya.

Seketika kelas yang tadinya ramai mendadak sunyi. Vello mendongak pada teman-teman kelas yang memandang seseorang disampingnya. Vello mengikuti arah pandangan tersebut.

My Devil Bodyguard (END) SUDAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang