Chapter 8

31.7K 1.6K 48
                                    

Happy reading

---


Vello meringis kesakitan ketika kedua lengannya dicengkram erat dan salah satu dari mereka merobek baju Vello, tak berhenti disana. Gadis berambut ombre itu menyiramkan susu tepat diwajah Vello.

Mereka tertawa kencang melihat Vello kini tertunduk menahan tangis. Seakan belum puas salah satu dari mereka sudah akan menyiram jus dikepala Vello sebelum suara seseorang menghentikan aksi mereka.

-----------

"Jika kalian tak ingin bernasip sama sepertiku dulu, lebih baik kalian cepat pergi. Bodyguard Vello sudah berjalan kearah sini" ujar Arabelle dengan bersedekap angkuh.

Mendengar hal tersebut, para gadis itu langsung saling berpandangan dan segera pergi meninggalkan Vello begitu saja.

Arabelle menarik nafas panjang melihat Vello yang semakin tertunduk seraya memeluk tubuhnya sendiri untuk menutupi baju yang sudah robek.

"Aku berbohong pada mereka." Arabelle menyelipkan beberapa lembar tisu ketangan Vello dan meninggalkannya sendiri.

Vello mendongak menatap kepergian Arabelle dengan pandangan yang terhalang noda susu dan beralih pada tisu ditangannya. Ia menarik nafas panjang sebelum ia mengambil totebagnya yang sudah terjatuh dilantai. Diapitkan totebag tersebut untuk menutupi tubuh bagian depannya. Tangannya bergetar ketika membersihkan noda susu dari kacamatanya.

Ia benci pada dirinya sendiri yang masih saja lemah dan menjadi pihak tertindas seperti saat ini. Ia muak.

"Nona, apa yang telah terjadi padamu?" Dexter yang baru tiba memandang nona mudanya dari bawah hingga atas yang begitu kacau. Rambut yang berantakan, wajah yang dipenuhi cairan berwarna putih yang tercium seperti susu serta kedua lengan yang berwarna merah kebiruan.

Dexter mengetatkan rahangnya. Mengumpat dalam hati karena tak becus menjaga nona mudanya. "Siapa yang melakukannya nona? Saya akan membereskan mereka"

Vello mendongak. Tiba-tiba amarahnya menyeruak begitu saja. "Membereskan apa? Semua sudah terjadi! Dari mana saja kau? Sibuk berkencan, huh?" Vello memukul Dexter dengan membabi buta dengan sisa-sisa tenaganya.

Dexter menggigit bibir bawahnya ketika pukulan Vello mengenai luka dibawah perutnya.

"Kau seharusnya memprioritaskan aku dibanding teman kencanmu itu!" Kedua tangan Vello meremas jaket didada Dexter. Ia terisak, menempelkan kening didada bidang tersebut dan kembali memukulnya dengan lemah.

Tubuhnya bergetar, tak berhasil membendung airmata yang semakin deras, luruh menjatuhi pipinya. Kemarahan serta sakit hati seakan menari didalam dada Vello saat ini.

Dexter seketika menegang merasakan tubuh sang nona muda yang telah menempel padanya.

Tangis Vello semakin pecah seakan ingin mengeluarkan seluruh airmata yang sudah ia tahan selama ini. Ia tak pernah lagi menangis setiap kali mendapatkan perlakuan buruk teman-temannya dikampus, namun entah kenapa kini air matanya lolos begitu saja.

"Kenapa kau tega meninggalkanku? Kau harusnya memprioritaskan aku! Kau seharusnya tak berkencan dengan siapapun dan ini semua tak akan terjadi."

Kening Dexter berkerut heran dengan tuduhan berkencan yang dilontarkan nona mudanya beberapa kali tadi, namun ia tak menghiraukan. Memilih diam mendengar seluruh amarah Vello.

Tanpa Vello sadari, tangannya kini sudah berhenti memukul dan justru melingkari pinggang bodyguardnya.

Tubuh Dexter kini semakin kaku merasakan kedua tangan gadis itu begitu erat memeluk pinggangnya. Ia mengumpat dalam hati. Ia ingin rasanya menyentak tubuh itu untuk segera menjauhinya, namun ia hanya berdiri kaku tanpa membalas pelukan tersebut.

My Devil Bodyguard (END) SUDAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang