Happy Reading
---Suara derap langkah kaki Dexter menggema diseluruh dinding lembab bangunan terbengkalai di sudut kota.
"Gadis itu didalam?" Tanya Dexter pada pria muda berambut perak yang tengah berjaga didepan pintu.
Ia mengangguk tegas. "Akhirnya aku dapat bertemu denganmu. Aku senang dapat turut terjun dalam misimu, Dex!" Ujar pria berkaos biru itu dengan memandang kagum pada Dexter.
Dexter memperhatikan pria muda bernama Taylor dengan seksama. Pria itu mungkin seumuran dengan nonanya. Berambut perak, mata biru yang tajam, rahang tegas dengan senyum menawan mematikan. Tipe-tipe wajah badboy yang akan tetap dikejar para gadis meskipun tahu seberapa brengseknya pria itu. Ia sengaja meminta pria muda tampan seperti Taylor agar mudah menjerat gadis seperti Becca untuk masuk dalam perangkap.
"Kau mengetahui banyak tentangku?"
"Tentu saja. Kami yang ditempatkan di Inggris mengetahui banyak hal tentangmu dari Vernon. Aku ingin belajar banyak darimu." Ujarnya dengan begitu antusias, seperti seorang murid yang mengagumi gurunya.
"Kau terlalu antusias untuk menjadi pembunuh. Lebih baik kau belajar dengan giat dibangku kuliahmu." Dexter menyingkirkan Taylor untuk bisa masuk ke dalam ruangan tempat pria itu menyekap Becca.
"Aku ingin membalaskan kematian Ibuku." Taylor berhasil menahan tangan Dexter untuk membuka pintu dengan kalimatnya.
Wajah Taylor tampak mengeras. Ia memandang Dexter penuh kesungguhan.
Dexter menghela nafas barat. Orang-orang yang tergabung di dunia bawah tanah Vernon, memang memiliki banyak alasan untuk menjalani pekerjaan kotor ini. Salah satunya adalah terikat perjanjian dengan Vernon, seperti yang terjadi pada Taylor.
Dexter dapat menebak bahwa Vernon menjanjikan Taylor dapat bertemu dengan pelaku pembunuh ibunya yang tak dapat tersentuh oleh hukum.
Berbeda dengan Taylor, Dexter mengerjakan pekerjaan kotor itu atas dasar balas budi dimasa lalu dan menyalurkan kesenangannya dalam membunuh.
"Berapa target misi yang Vernon janjikan kepadamu untuk sampai bertemu dengan pelaku pembunuh ibumu?"
Taylor tampak terkejut dengan ucapan Dexter yang tepat.
"Delapan puluh."
Dexter terkekeh seraya menggelengkan kepala membuat Taylor mengerutkan keningnya.
"Kau tidak menawarnya saat membuat perjanjian itu?"
Lagi, Taylor tampak terkejut.
"Apakah itu boleh?" Tanya Taylor dengan wajah polos.
Kali ini Dexter tertawa seraya menutup wajahnya dengan sebelah tangan, terlampau geli.
"Kid, itu yang dinamakan negosiasi. Jika kau memiliki argumen yang tepat, tentu Vernon akan menurunkan jumlah targetmu. Namun tampaknya sekarang kau akan bekerja selamanya pada Vernon."
Kini Taylor tampak langsung menundukkan kepala.
"Sekarang berapa misi yang telah berhasil kau tuntaskan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Devil Bodyguard (END) SUDAH TERBIT
Aktuelle Literatur21+ Mengandung kekerasan fisik, verbal, dan seksualitas. Bagaimana jadinya jika bodyguard yang harusnya melindungimu tapi justru menjadi sumber bahaya bagimu? Dexter, seorang bodyguard yang harusnya selalu melindungi Vello, seorang gadis yang menja...