CHAPTER 55

15.5K 759 88
                                    

Happy Reading
---

Vernon menatap tajam pada Addison yang baru saja masuk ke ruangannya. Pria itu mengangguk kemudian menyerahkan map hitam di atas meja.

"Aku tak ingin mendengar omong kosong lagi."

Addison mengangguk. Ia dan timnya memang kesusahan untuk menemukan pergerakan Dexter sebulan ini.

Tak ada CCTV yang kembali menangkap sosok Dexter. Pergerakan terakhir di cafe itupun terputus begitu saja tanpa ia mampu menelusuri kepergian Dexter. Pria itu tampaknya mampu menghilangkan jejak dari kota. Selain itu tak ada jejak kartu yang dapat ia jadikan acuan. Tampaknya Dexter selalu menggunakan uang tunai selama ini.

"Hari ini kami mendapatkan jejak, Sir. Pagi ini putri Mr. Shawn, Vellonica telah terdaftar sebagai salah salah satu pasien di rumah sakit ibu dan anak di Portland."

Vernon mengeratkan cerutu yang berada di sela jarinya. Sedang manik itu semakin menyorot tajam.

Addison membantu membuka isi map tersebut. Memperlihatkan data registrasi Vello di rumah sakit itu.

"Ia menggunakan nama Daisy Logan. Kami juga mendapat alamat tempat tinggal mereka dari registrasi tersebut."

"Telusuri alamat itu meskipun aku yakin mereka memalsukannya."

Addison mengangguk. "Sir ...."

Mata Vernon yang semula memerhatikan lembaran tersebut, beralih pada Addison.

"Saya rasa Vellonica sedang mengandung. Ia mendaftarkan diri sebagai pasien pada dokter obgyn."

Sesaat pandangan tajam Vernon berubah dengan senyum miring. Ia menggelengkan kepala, terkekeh, kemudian sebelah tangannya terkepal erat di atas meja ketika Addison membantu membalik lembaran map tersebut.

"Kau tahu apa yang harus kau lakukan sekarang." Suara beratnya semakin terdengar mengerikan oleh geraman yang tertahan.

"Baik, Sir." Addison mengangguk hormat dan segera keluar dari ruangan Vernon.

--------------------------

Dexter duduk di samping Vello. Sebelah tangannya merangkul pundak sang istri, sementara satu kakinya bertumpu pada paha.

Tangan kiri Dexter sibuk mengetik di layar ponsel, seakan konsentrasinya terpusat pada benda tersebut, namun sebenarnya ia sedang awas memperhatikan sekitar.

Datang ke rumah sakit di kota besar memang benar-benar riskan. Namun tak ada pilihan lain. Ia ingin dokter terbaik untuk istrinya dan ia akan mempertaruhkan diri untuk melindungi dua nyawa berharganya.

Mereka tengah menunggu antrean untuk berkonsultasi pada dokter obgyn yang telah Vello pilih dari beberapa opsi dokter wanita yang Dexter tawarkan.

Ia dengan tegas menolak dokter pria meskipun Vello sempat memprotes dengan alasan salah satu dokter pria itu memiliki track record yang bagus dan cukup di rekomendasikan oleh banyak kalangan.

Demi Tuhan, Dexter tak akan rela bila pria lain melihat tubuh istrinya. Terlebih ini bukanlah hal mendesak karena masih banyak pilihan dokter wanita yang tak kalah hebat.

Kesibukan pandangan Dexter, membuat ia tak menyadari sedari tadi Vello tengah di landa kesal. Bagaimana tidak, para wanita di ruangan tunggu tersebut dengan terang-terangan memandang Dexter. Beberapa dari mereka bahkan dengan jelas menampakkan kerlingan menggoda pada suaminya, padahal pasangan mereka sedang mendampingi.

Vello memegang paha Dexter, seakan menyatakan bahwa pria itu miliknya. Dexter yang merasakan sentuhan sang istri segera melirik Vello dengan menaikkan satu alisnya. Vello hanya menjawab pandangan itu dengan senyum.

My Devil Bodyguard (END) SUDAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang