CHAPTER 60

31.9K 864 170
                                    

Happy Reading
---

Vello tersentak dari tidurnya. Lingkaran kelabu itu melebar, napasnya memburu, jantungnya berdentum kencang. Ia terduduk di ranjang. Menutup wajah dengan tangan bergetar.

Mimpi buruk itu kembali menghantuinya. Ia mengusap perut. "Kita semua akan baik-baik saja Little Angel." Gumamnya yang terasa lebih pada menenangkan dirinya, seraya memejamkan mata.

Sesaat kemudian ia merasakan bagaimana bayi mungilnya merespon dengan tendangan lembut yang membuat Vello tersenyum tipis di tengah ketakutan yang masih membelenggu.

"Hei ...." Suara serak Dexter yang terbangun seketika membuat manik Vello kembali terbuka.

"Mimpi buruk?" Pria itu mendongak dengan wajah datar.

Ia mengangguk. "Maaf membuatmu terbangun." Jemari Vello terulur mengusap rambut Dexter yang berantakan.

Suaminya menggeleng pelan. Ia mendudukan diri di samping Vello.

"Itu hanya mimpi. Ada aku di sini."

Vello terpejam dengan merebahkan kepalanya di dada bidang Dexter, mengusap kulit itu bebas. Tangan Dexter merengkuh Vello dari samping.

Ia seperti merasakan de javu ketika mendengar perkataan Dexter. Itu kalimat yang sama dengan yang Vello ucapkan pada Dexter ketika pria itu masih sering bermimpi buruk.

"Kami sangat mencintaimu."

Dexter mengusap rambut golden blonde sang istri sebagai jawaban.

"Kau sudah siap menyambutnya?" Kepala Vello mendongak untuk mencari lorong hijau kecoklatan itu. Kelahiran Little Angel tinggal menghitung hari.

Dexter menyapu garis rahang Vello dengan telunjuknya. "Aku tak pernah sesiaga ini, Vee. Kau akan menjadi Mommy yang luar biasa untuknya." Wajah itu begitu datar, namun sorot pandangnya mengutarakan segala hal yang lebih dari kata-kata yang terucap.

"Kau juga, Dexter .... Ia akan sangat membanggakanmu."

Dexter terdiam. Ia tak memiliki kepercayaan diri dan harapan bahwa anak mereka akan membanggakan dirinya, di tengah keburukan yang ia miliki.

Apa yang akan ia ceritakan, ketika anaknya nanti menuntut cerita tentang ayahnya sebelum ia tidur? Dexter tertawa getir di dalam hati.

"Tell me, mi Reina. Apa yang ada di mimpimu? Mimpi yang sama?"

Vello membasahi bibirnya. Ia menarik napas berat, kemudian mengangguk. "Aku melihatmu terluka berlumuran darah. Kami tak ingin kehilanganmu. Kau harus selalu bersama kami." Air mata Vello menetes begitu saja ketika bayangan mimpinya kembali terputar.

"Tentu, Vee." Pandang Dexter lekat. Jemarinya menyeka tetesan kristal tersebut. "Ayo, aku akan membuatkanmu coklat panas." Dexter beranjak, mengandeng Vello keluar kamar.

Sementara menunggu Dexter yang tengah membuatkannya coklat panas, Vello berderap pada sliding door kaca yang juga berfungsi sebagai dinding.

Dalam remang, Vello dapat melihat pemandangan danau di depan sana dengan air yang bergelombang halus dari tetesan air hujan. Beberapa dahan yang basah tampak bergoyang oleh tiupan angin.

My Devil Bodyguard (END) SUDAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang