CHAPTER 56

14K 716 85
                                    

Happy Reading
---

Keduanya menoleh melihat mayat yang berserakan dengan beberapa darah yang menggenangi lantai.

"Dexter, aku telah membunuh banyak orang sekarang." Bibir Vello bergetar, wajahnya memucat.

Dexter mengecup kembali kepala Vello. "Kau bukan pembunuh, mi Reina. Kau bukan pembunuh." Ia meraih Vello masuk dalam rengkuhannya.

--------------------------

Beberapa saat kemudian, Dexter mengurai pelukan untuk mengambil pistolnya. Mata Dexter tak sengaja melirik pada tato berbentuk kobaran api di salah satu pergelangan mayat di sana.

Ia segera menarik kembali perhatiannya pada sang istri. Berjalan menjauhi mayat-mayat tersebut.

Vello menghapus sisa air matanya dan menarik napas dalam.

"Ayo pergi dari sini," kata Dexter seraya merangkul Vello, berjalan kembali ke arah mobil.

---------------------------

Sekitar dua jam kemudian, mobil Mustang Shelby merah tersebut tiba di depan rumah.

Keduanya melihat mobil Shelby truck milik Jake telah terparkir dengan pria itu yang tengah bersandar pada pintu mobil. Dexter lebih dulu keluar, sedangkan Vello kembali melajukan mobil untuk masuk ke dalam garasi.

"Apa yang terjadi?" Dahi Jake berkerut melihat penampilan Dexter dari bawah hingga atas.

"Beberapa orang membuntuti kami dari rumah sakit."

Keduanya masuk ke dalam rumah. Di susul Vello di belakang mereka.

"Rumah sakit? Siapa yang sakit?" Jake mengambil duduk di sofa.

"Vee mengandung."

Pandangan Jake langsung mengarah pada Vello dan di sambut senyum tipis wanita tersebut. Vello belum mampu benar-benar bersikap ramah seperti biasa di tengah pikirannya yang belum stabil. Jake beranjak dan segera memeluk Vello.

"Selamat Vello."

Vello terpejam sesaat, mencoba menutupi perasaan berkecamuknya.

"Thanks Jake dan selamat juga untukmu karena akan menjadi uncle."  Mereka mengurai pelukan dengan tawa.

"Ya, aku akan menjadi uncle yang keren untuknya." Lirik Jake pada perut rata Vello.

Vello kembali tertawa kecil, membuat pandangan Jake tersita sesaat. Vello melangkah ke sebuah laci tempat menyimpan obat, kemudian duduk di sofa.

"Kemarilah." Tangan Vello menepuk ruang sofa di sampingnya untuk Dexter.

Mata Vello lagi-lagi berair ketika ia melihat wajah prianya yang penuh luka, meskipun Dexter telah berusaha membersihkan darah di wajah itu ketika dalam perjalanan.

"Maafkan aku ...." Air mata Vello menetes. Tangannya bergetar membersihkan sisi kepala Dexter.

"Apa yang kau katakan? Kau tak salah apapun mi Reina."

"Andai aku menembak dengan benar, kau tak akan mengalami ini, andai kita tak datang ke kota, kau tak akan mengalami luka lebam seperti ini. Mungkin kita bisa cukup mencari dokter obgyn tak jauh dari sini. Maafkan aku telah membiarkan orang-orang itu memukulmu."

Hati Vello terasa benar-benar remuk melihat prianya, di samping ia juga merasa ketakutan tentang apa yang telah ia lakukan. Bayangan mobil yang terguling dan masuk ke dalam jurang berputar di kepalanya. Pikiran Vello benar-benar berkecamuk.

My Devil Bodyguard (END) SUDAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang