Happy Reading
---Vello melangkah sejauh mungkin dari Dexter, membuat Dexter begitu tercabik melihat penolakan Vello. Air mata Dexter luruh ketika gadis itu berbalik membelakanginya dan berderap cepat menghampiri pintu kamar.
Tidak, ia tak ingin kehilangan gadis itu. Kesakitan dalam diri semakin membunuhnya, menyaksikan tubuh yang didekapnya sedari tidur tadi semakin menjauh.
Dengan cepat Dexter merengkuh Vello dari belakang.
"Ini salahku. Salahku. Salahku."
-------------------
Tubuh Dexter begitu rapuh memeluk dirinya. Vello menangis dengan pikirannya yang berkecamuk. Sungguh ia begitu terluka melihat Dexter tersiksa namun hatinya juga terasa begitu sakit saat pria itu lepas kendali untuk mencelakainya.
Dalam tangisnya Vello mencoba mengerti. Semua ini semakin tak mudah dan Vello harus menjadi pribadi yang kuat untuk dapat mendampingi Dexter.
Gadis itu segera berbalik ketika mendengar suara isakan tertahan. Pupilnya melebar tatkala mendapati cairan bening menuruni pipi Dexter.
Tangan Vello bergetar menyeka air mata itu. Jemarinya terasa sakit seperti hatinya, mendapati Dexter yang menangis.
Pria yang Vello kenal sebagai seorang yang dingin, datar, serta keji namun saat ini terlihat lebih dari kata rapuh.
"Ini salahku," lirihnya yang begitu mengiris pendengaran Vello.
Vello menggeleng pelan. Tangan Dexter terasa lemah ketika mengusap rambutnya.
"Jangan menangis. Itu semakin menyakitkan," ujarnya ketika mendapati air mata Vello tak kunjung surut. Dexter menempelkan keningnya pada Vello dengan mata terpejam.
"Kalau begitu berhentilah menyakiti dirimu. Itu juga menyakitiku."
Tangan Vello melingkari leher Dexter dan mengusap rambut belakangnya. Air mata mereka tak bisa saling bersembunyi, deras membasahi pipi mereka.
"Aku seorang yang sakit, cacat..."
"Jangan berkata seperti itu..." Vello semakin terisak.
Ia membuka matanya. Menjauhkan wajah mereka untuk dapat lebih jelas memandang Dexter. Ia mengusap air mata di wajah prianya.
Manik mereka kembali bertemu. Tatapan Dexter begitu lemah. Ia seperti tak mendapati sorotan yang selama ini ia lihat. Dexter berada pada titik terendahnya.
"Aku sudah mengatakan, apapun yang pernah terjadi padamu. Tak akan mengubah perasaan yang sudah aku miliki untukmu. Aku tak pernah mengasihanimu. Tapi aku mencintaimu. Aku menyayangimu."
Ucapan gadis tersebut seakan mengerti apa yang ada dalam pikiran Dexter. Pria itu bergeming. Dada Vello terasa sesak karena terus mendapati pandangan rapuh di manik Dexter. Sungguh matanya yang menyala api terasa jauh lebih baik dari pada sorotan lemah Dexter saat ini.
"Jangan mendorongku menjauh. Kau bisa berbicara padaku tentang beban hatimu. Aku disini untukmu."
Dexter mengangguk pelan. Kemudian memeluk Vello dengan sangat erat hingga piyama yang gadis itu kenakan berkerut kusut.
Air mata Dexter membasahi piyama di pundak Vello. Ia seakan menyalurkan segala jeritan dan air matanya yang ia tahan bertahun-tahun.
Ia tak menyangka, menangis dalam pelukan gadis yang dicintainya dapat terasa begitu melegakan. Ia seakan telah menemukan tempat bersandar dari dirinya yang selama ini berusaha berdiri tegak dalam kerapuhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Devil Bodyguard (END) SUDAH TERBIT
General Fiction21+ Mengandung kekerasan fisik, verbal, dan seksualitas. Bagaimana jadinya jika bodyguard yang harusnya melindungimu tapi justru menjadi sumber bahaya bagimu? Dexter, seorang bodyguard yang harusnya selalu melindungi Vello, seorang gadis yang menja...