CHAPTER 30

24.7K 1.2K 72
                                    

Happy Reading
---

Hingar bingar dan dentuman musik, memerangkap pendengaran Dexter. Matanya dipaksa memandang lautan manusia yang tengah menggoyangkan tubuh mereka di depan sana.

Ia mendengkus malas sebelum mulutnya kembali menghisap rokok yang sedari tadi diapitnya di jari kanan.

Gadis yang menjadi targetnya sudah datang dari sepuluh menit yang lalu. Gadis itu adalah sugar baby dari seorang pengusaha kaya paruh baya. Setidaknya hanya itu informasi yang Dexter ingin dengar, meskipun sederet informasi telah dipaparkan, mulai dari kehidupannya yang seorang diri di London, serta penyebab sugar daddy itu ingin membunuh gadis manisnya sendiri karena gadis itu ingin menggeser kedudukan sebagai istri dan mulai membuatnya risih oleh berbagai ancaman yang menyangkut reputasinya.

Gadis itu duduk di dekat meja bartender. Sesekali mencuri pandang pada Dexter dengan minat. Tubuh putih yang berbalut mini dress ketat merah darah itu mencoba menarik perhatiannya.

Dexter tersenyum miring menyaksikannya. Vernon memang tahu betul siapa yang tepat untuk menyelesaikan misi.

Namun sayang, Dexter sedang tak berhasrat untuk membunuh hari ini, maka itu ia sedang menunggu Taylor. Membiarkan Taylor melatih kemampuannya dan ia sendiri menjadi seorang penonton.

Gadis yang menjadi target misinya kali ini adalah tipe yang menyukai pria matang, sehingga dapat menjadi tantangan tersendiri bagi Taylor untuk menaklukannya. Setidaknya Taylor bisa menjelma sebagai CEO muda yang membentangkan umpan untuk targetnya. Pria muda, tampan, dan kaya. Gadis mana yang ingin melewatkannya?

Dexter baru saja meneguk minuman di gelasnya ketika Taylor tiba. Dexter mengarahkan dengan matanya untuk menunjuk gadis yang menjadi target misi kali ini.

Taylor mengangguk mengerti dari kejauhan. Dexter tersenyum miring ketika memperhatikan pakaian yang sedang dikenakan Taylor, begitu elegan, berkelas. Anak itu semakin cerdas. Pikiran yang hanya ada di benak Dexter, tanpa disangka direalisasikan oleh Taylor. Ia benar-benar menjelma sebagai CEO muda yang penuh pesona.

Mata Dexter terus memperhatikan ketika Taylor sudah duduk berbincang dengan gadis itu. Sesekali ia melihat gadis berbaju merah itu tersipu malu palsu, ditengah matanya yang berkilat serakah, membayangkan kekayaan Taylor.

Dexter tersenyum sinis. Gadis yang begitu menjijikkan. Ia kembali menyesap rokoknya yang sudah hampir habis. Di pandangnya sesaat kemudian menekannya pada asbak di meja kecil di depannya.

Mungkin nanti tak ada salahnya ikut menyiksa gadis itu sebelum Taylor membunuhnya. Ia ingin membuat lubang pada kepala gadis itu. Mengorek otaknya yang penuh sampah.

Ia menggeleng pelan. Jika diingat-ingat, ia sudah lama sekali tak melumuri tangan dengan darah mangsanya. Kapan terakhir ia menekan pistolnya untuk meluncurkan tembakan? Kapan pisau-pisau di lacinya terpuaskan oleh lelehan darah?

Bibir Dexter tersenyum tipis. Vello benar-benar menyita isi kepalanya hingga tak memberi kesempatan pada bagian dirinya yang buas untuk mencari mangsa.

Apa yang sedang dilakukan oleh gadisnya sekarang? Dexter melirik pada jam di pergelangan tangannya. Sudah lewat tengah malam. Apa ia sudah tertidur? Atau sedang menunggunya pulang?

Sesaat kemudian Dexter terkekeh oleh pikirannya sendiri. Terasa menggelikan. Seumur hidupnya ia tak pernah peduli orang lain, namun sekarang ia terperangkap memikirkan gadis berkacamata itu. Gadis yang berhasil meniupkan sihir dengan manik kelabunya. Membuat Dexter berhasil menyingkirkan bayangan sialan yang selalu membelenggunya.

Dexter membasahi bibirnya dengan lidah. Menarik ingatan untuk merasakan kembali sapuan bibir gadisnya yang basah nan lembut.

Ia mengambil ponsel dari sakunya ketika Taylor berhasil menggandeng gadis itu untuk dibawanya keluar dari club.

My Devil Bodyguard (END) SUDAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang