CHAPTER 29

23.9K 1.3K 67
                                    

Happy Reading

---

Keesokan harinya, setelah makan malam, Vello dan Dexter sepakat untuk bertemu di ruang gym.

Vello mengenakan tanktop putih yang ia padukan dengan sport pants magenta serta rambut yang ia gulung di atas tengkuk.

Ia duduk menyiku di lantai menunggu Dexter, tertunduk sembari memainkan jemarinya.

Tak berselang lama suara deham Dexter menarik kepala Vello untuk segera mendongak.

Pria itu juga tengah mengenakan sport clothes tanpa lengan berwarna putih seperti dirinya, namun pada bagian celana tentunya Dexter tak akan memakai dan pasti tak memiliki warna magenta seperti Vello, ia mengenakan celana pendek berwarna hitam.

"Berdiri dan lakukan pemanasan," tegas Dexter.

Vello berdiri, sedikit tertegun oleh suara Dexter yang begitu tegas. Namun ia tetap melakukan pemanasan seperti yang diminta oleh pria tersebut.

Sesi latihan hari ini terasa begitu berbeda dibanding saat itu. Dexter benar-benar tegas dan tak jarang membentaknya untuk dapat melakukan gerakan dengan sempurna.

Bukan, bukan karena Vello merasa sakit hati oleh bentakan-bentakan Dexter tapi ia merasa pria itu sedang mendorongnya akan suatu hal yang tidak Vello ketahui.

"Good job, kita lanjutkan besok."

Dexter mengakhiri setelah hampir dua setengah jam mereka di ruangan gym.

Ia menyodorkan handuk kecil pada Vello yang tengah memilih duduk di lantai untuk menghela nafas.

"Apa rencanamu saat akhir pekan nanti?" Dexter turut duduk di samping Vello.

"Belum ada," jawab Vello setelah menyeka keringan di wajah dan lengannya.

"Aku ingin mengajakmu untuk berlatih menggunakan pisau."

Vello spontan menoleh pada Dexter, pupilnya melebar. Tak ada keraguan di wajah pria itu. Sorot pandangnya menatap serius.

"Aku rasa bela diri sudah cukup untukku. Aku tak ingin menggunakan senjata tajam." Vello tertunduk kemudian.

Ia tak ingin melukai orang lebih dari itu. Membuat orang lain mundur agar tak mencelakainya, ia rasa sudah cukup. Vello tak ingin menciptakan darah dengan tangannya.

"Kau harus bisa menggunakan senjata tajam, untuk berjaga-jaga dan pisau lebih mudah didapatkan disekitarmu."

"Berjaga-jaga dari apa?"

"Dari apapun."

"Aku tak ingin menggunakan senjata tajam."

"Baiklah, bagaimana dengan pistol?"

"Dexter, ada apa sebenarnya?" Kening Vello berkerut heran dan sedikit emosi terselip dalam pertanyaannya.

Dexter terdiam sesaat oleh pandangan yang tak mampu Vello baca. Seakan terdapat kesedihan dan kemarahan di dalamnya. "Tak ada apa-apa. Aku hanya ingin kau dapat melindungi diri."

"Bela diri ini sudah lebih dari cukup. Aku tak ingin membuat orang lain semakin terluka dengan tanganku!" Putus Vello cepat dan ia segera melangkah pergi meninggalkan Dexter.

-----------------------

Mata kelabu Vello terbuka dengan lebar. Ia segera berderap ke kamar Dexter ketika mendapati dirinya lagi-lagi tak tenang dalam tidur.

My Devil Bodyguard (END) SUDAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang