CHAPTER 31

23.4K 1.1K 54
                                    

Happy Reading
---

Mata Vello perlahan terbuka untuk menyambut pagi. Ia mengerjap beberapa kali ketika menemukan Dexter tengah memandangnya dengan jarak yang begitu dekat.

Ketika kesadarannya telah terkumpul, Vello sontak memundurkan wajahnya kemudian ia menoleh untuk mengenali ruangan tempat ia terlelap.

"Kenapa aku bisa ada di sini?"

"Semalam kau sleepwalking dan pindah tidur ke kamarku," jawab Dexter datar tanpa dosa.

Kepala Vello dengan cepat menoleh dengan kening berkerut dalam. "Tidak mungkin! Aku bukan pengidap somnabulisme."

Dexter bangkit dari ranjang. Ia menaikkan bahunya tanda tak peduli.

Manik kelabu Vello tiba-tiba terjerat magnet yang membuatnya mengekori pergerakan Dexter yang tengah membuka lemari, memilih pakaian, setelah Vello menyadari pria itu hanya mengenakan celana pendek.

Tubuh bagian atasnya seakan merajuk tangan Vello untuk mendekapnya dan mengelus dada bidangnya yang keras.

Kaki Dexter yang hampir mencapai kamar mandi, terhenti. Menoleh pada Vello yang memandangnya lekat.

Ia menaikkan satu alisnya. "Kau tidak berminat keluar kamarku dan mandi?"

"Apa? Ah, ya!" Vello tampak salah tingkah. Ia segera menyibak selimut dan beranjak dari ranjang.

"Vee ..." panggil Dexter ketika Vello hendak mencapai pintu kamar.

Jantung Vello tiba-tiba bekerja keras ketika telinganya menangkap panggilan itu. Berkat penjelasan Dexter malam itu, sensasi mendengar nama itu disebut, langsung berubah drastis. Pipinya memanas, merona.

"Vee ..." panggil Dexter lagi ketika Vello tak kunjung berbalik.

Ya Tuhan, ada apa dengan nada suara pria itu ketika memanggilnya. Kenapa terdengar begitu romantis di telinganya.

"Ya?" Vello menoleh dengan wajah tersipu.

Kening Dexter berkerut heran melihat rona merah di pipi gadisnya.

"Aku hanya ingin mengatakan kalau kacamatamu hampir tertinggal di atas nakas," tunjuk Dexter menggunakan dagunya kemudian melenggang masuk ke kamar mandi.

Vello tertunduk malu. Ia mengambil cepat kacamatanya lalu melangkah buru-buru keluar kamar Dexter.

----------------------

Tiupan udara pegunungan menerpa wajah Dexter. Suara alam dari dedaunan yang saling bergesekan dengan ranting dari tiupan angin, begitu menentramkan pendengarannya.

Matanya dimanjakan oleh air danau yang tampak berkilau dari pantulan cahaya matahari sore. Pepohonan pinus tampak memerangkap, sepanjang matanya memandang.

Sekali lagi Dexter menghirup dalam udara segar yang jarang ia dapatkan. Kedua tangannya bersembunyi dibalik saku celana.

Matanya terpejam sesaat dengan kepala menengadah menghadap langit. Menenggelamkan diri dalam ketenangan yang ditawarkan oleh alam.

"Pemandangan ini sulit untuk dilewatkan, bukan?" Suara berat Rolland menarik Dexter untuk kembali menegakkan wajahnya, kemudian menoleh pada pria paruh baya tersebut.

"Ya, thanks Dad, sudah ikut mengajakku kemari." Dexter tersenyum tipis.

Mata Rolland tampak berair sesaat ketika mendengar panggilan dari Dexter. Ia kemudian menunduk sesaat, menepuk pundak Dexter hangat.

My Devil Bodyguard (END) SUDAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang