CHAPTER 40

17.5K 773 61
                                    

Happy Reading
---

Dexter tak tahu harus mengatakan apa. Bahkan ia tak tahu harus senang karena menemukan keluarganya atau harus bersedih karena perjalanan cinta bersama Vello harus terhenti. Dua perasaan itu seakan tengah menghantamnya bertubi-tubi.

Ia hanya mampu tertunduk dengan tangan terkepal erat. Ia memperhatikan bahu gadisnya yang bergetar hebat. Gadisnya? Masihkah Vello menjadi gadisnya saat ini?

"Aku telah menyewa kakakku untuk menjaga adiknya sendiri?" Gumam Russell seraya menggelengkan kepala atas perbuatan bodohnya.

------------------

"Madre, tolong katakan bahwa aku bukan anak kandung kalian," ujar Vello mengiba. Ia merasa sudah hilang akal mendapati dirinya tak mungkin bisa bersatu dengan Dexter.

"Vellonica!" Sentak Camilla di tengah-tengah wajahnya yang berlinang air mata. "Kau tentu anak kami. Anak kandung kami. Kau lahir membawa kebahagian setelah Madre sekian tahun tak mampu mengandung, querida."

Vello tak lagi sanggup. Lututnya terasa lemas, mungkin jika ia tidak sedang duduk saat ini, ia dapat memastikan dirinya sudah merosot ke lantai. Vello memejamkan matanya erat-erat. Tubuhnya memeluk Dexter. Ia tak ingin kehilangan pria tersebut.

Dexter hanya mampu menempelkan bibirnya di puncak kepala Vello, sementara pandangan matanya kosong. Jiwanya terombang-ambing. Seluruh emosi berkumpul di tengah dadanya, sampai tubuh Dexter tak tahu harus bagaimana merespon hal tersebut. Namun satu yang jelas Dexter rasakan adalah sebuah tusukan tajam, seakan ratusan pisau menghunjam dirinya.

"Ken, maafkan mom." Camilla beranjak dari duduk. Langkahnya menyeret begitu lemah menghampiri Sang anak.

Perlahan Vello melepaskan pelukannya pada Dexter. Hanya mampu memandang kabur ibunya dari manik kelabu yang sudah di selimuti air mata.

Tangan Camilla membawa Dexter berdiri kemudian memeluknya dengan begitu erat.

"Tolong ampuni, mom, Ken. Tolong jangan pergi setelah ini."

Dexter tak mampu menjawab. Ken? Kenapa malam ini nama itu terus di paksa berputar di telinganya? Pandangan Dexter masih begitu kosong bahkan ia juga tak mampu membalas pelukan seorang ibu yang selalu menghangatkan relung hatinya.

Vello menggelengkan kepala. Ia tak sanggup menyaksikan itu semua. Ia segera berlari menaiki tangga.

Dexter hanya mampu mengekori Vello dengan matanya.

Rolland turut memeluk Dexter dengan derai air mata setelah Camilla mengurai pelukannya.

"Ken, maafkan aku. Jika aku tahu kau kakakku, tentu aku tak akan melakukan hal bodoh dengan mengontrakmu." Suara Russell membuat mata Dexter menyeret memandang pria itu.

Rasa sesal dan malu begitu terpancar di wajah Russell yang tegas.

"Maaf, aku membutuhkan waktu sendiri." Dexter mengurai pelukan Rolland dan berjalan lemah menjauh.

-----------------------------

Vello dan Dexter bergerak di dalam ranjang mereka masing-masing dengan gelisah. Keduanya tak mampu memejamkan mata untuk menjemput mimpi. Mereka ingin terlupa akan fakta yang ada. Mereka ingin bersembunyi dalam gelapnya langit malam.

Keduanya sama-sama menyibak selimut, berderap pada pintu balkon. Mata mereka menembus kaca pintu, memandang langit malam yang tampak sunyi tanpa bintang.

My Devil Bodyguard (END) SUDAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang