Happy Reading
---"Lakukan... aku tahu kau tersiksa."
Mata kelabu yang saat ini berkaca-kaca, menerobos pandangan Dexter.
Rahang Dexter kembali mengeras hebat hingga Vello dapat mendengar dengan jelas gigi pria itu menggelatuk.
"Baiklah." Jawab Dexter kembali menampilkan seringai iblisnya.
-----------------
Jemari Dexter kembali mengarahkan pisau berlumuran darah itu ke leher Vello.
Mata mereka saling mengunci. Vello dapat melihat seringai Dexter melebar dari matanya yang buram karena air mata, namun Vello sekuat tenaga menahan diri agar air mata itu tak kembali luruh.
Tak lama, raut wajah Vello berubah menjadi ringisan saat benda tajam itu perlahan menyayat lehernya hingga meninggalkan jejak darah. Ia menggigit bibir bawahnya menahan sakit.
Air mata yang tertahan dipelupuk matanya, kini luruh kembali mengairi pipi.
Namun seketika mata Vello terpejam ketika kepalan tangan Dexter mengarah padanya.
BRAAK!
Suara hantaman itu begitu nyaring ditelinga kanannya, namun tak ada kesakitan yang Vello rasakan. Ia memberanikan diri membuka mata dan mendapati Dexter dengan wajah merah padam dan nafas memburu. Kepalan tangan itu bukan menghantam dirinya, namun dinding bata yang tepat berada disamping telinganya.
"Dexter..." Bibir Vello bergetar ketika tangan pria itu mengeluarkan darah.
"Kita pulang."
Dexter memalingkan tubuh, berjalan kembali pada mayat pria yang telah dibunuhnya. Ia mengambil pisau yang menancap ditangan pria itu dan sebelah tangannya tampak menekan nomer di layar ponselnya. Tak lama, Vello melihat Dexter berbicara pada seseorang diseberang sana kemudian ia kembali memasukkan ponselnya kedalam saku.
------------------
Vello meringkuk diranjang sembari memeluk lututnya. Ia menangis dalam diam. Kejadian beberapa jam lalu selalu terputar dikepalanya. Ia tak pernah membayangkan sederet kejadian mengerikan itu menimpanya dalam satu malam.
Ia mencengkram erat selimut ditubuhnya yang telah menggigil hebat, bahkan matanya terasa perih karena terlalu banyak mengeluarkan air mata yang tak kunjung surut.
Vello menggigit bibir bawahnya kuat-kuat untuk menyamarkan rasa nyeri dirongga dada, bersamaan dengan tangan yang mengusap kasar tubuhnya berulang kali untuk menghilangkan jejak sentuhan pria yang telah mencoba memperkosanya tersebut.
Tak berhasil. Bahkan Vello masih merasakan setiap sentuhan kasar itu. Membuat ia merasa jijik pada tubuhnya sendiri.
Gigitan kuat pada bibirnya membuat Vello merasakan darah bercampur asinnya air mata yang menelusup memasuki bibir. Namun ia tak bisa menghentikan gigitan pada bibir bawahnya, membuat darah itu meleleh menuruni dagu.
Bayangan potongan-potongan kejadian itu terus menghantuinya. Vello memejamkan matanya erat sembari memukul kepalanya sendiri untuk berhenti memutar kejadian itu.
Namun, pukulan dikepalanya tiba-tiba terhenti oleh sebuah tangan yang menahannya.
Ketika Vello membuka mata, ia menemukan sosok Dexter yang menjulang dihadapannya. Pria itu menggeram seraya menyentak tangan Vello.
Mata Vello membulat, tubuhnya kaku seketika. Ia tak bisa menghindar dari bayangan mengerikan perilaku Dexter.
Tanpa disangka, pria itu duduk disisi ranjang. Jemarinya mengambil tisu diatas nakas kemudian menyapukannya di dagu Vello.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Devil Bodyguard (END) SUDAH TERBIT
Fiction générale21+ Mengandung kekerasan fisik, verbal, dan seksualitas. Bagaimana jadinya jika bodyguard yang harusnya melindungimu tapi justru menjadi sumber bahaya bagimu? Dexter, seorang bodyguard yang harusnya selalu melindungi Vello, seorang gadis yang menja...