"Aaarrrghh...." jerit Devan frustasi.
Kini Devan sedang berada dalam kamarnya dengan keadaan yang tidam bisa dibilang baik. Nayara membuat amarahnya tak bisa dikendalikan oleh dirinya sendiri, maupun orang lain. Devan tidak suka melihat Nayara bahagia, ia marah saat melihat Nayara bahagia, ia benci pada Nayara, sangat benci.
Semua ini terjadi hanya kesalah pahaman yang terjadi, bahkan masalahnya pun seharusnya bukan masalah besar, mungkin. Tapi, sepertinya kebencian itu sudah sangat membekas, itu lah Devan. Sekalinya benci kepada orang, ia akan benar-benar benci terhadap orang itu dan akan sangat sulit untuk menghapus kebencian itu dari hatinya.
Devan sepertinya sudah kehilangan sikapnya yang dulu, mungkin kehilangan dirinay juga. Devan bukan lah pria sekejam ini dulu, bahkan ia tidak akan tega menyakiti wanita sedikitpun, terutama Nayara.
Dulu, Nayara adalah sahabat Devan yang paling laki-laki itu sayangi. Bahkan Devan telah menganggap Nayara sebagai adiknya sendiri dan tidak bisa lembiarkan siapa pun menyakiti gadis itu. Berbeda dengan Nayara, Nayara mencintai Devan dan bukan hanya menganggapnya sebagai Kakak.
Nayara tidak pernah mengatakan tentang perasaannya pada Devan. ia tidak ingin membuat persahabatannya dengan Devan menjadi rusak karena cintanya. Nayara hanya mengatakan pada Devan jika seandainya ia mencintai Devan apakah Devan akan marah? Dan Devan menjawab bahwa ia tidak akan marah, tapi fakta membuktikan hal lain.
Bukan hanya marah tapi Devan juga benci, sangat benci sampai ia tega untuk menghancurkan Nayara hanya demi ego dan kebenciannya. Mungkin waktu itu Devan masih sangat labil sehingga mudah dipengaruhi, karena itulah mudah sekali untuk membuat Devan membenci Nayara. Tapi, sebenarnya semua itu bukan lah poin utama dalam masalah ini. Itu hanya lah sebuah alasan palsu, sebenarnya ada hal lain yang menjadi alasan kebncian Devan untuk Nayara.
"Kurang ajar! Gue benci sama lo, Nayara. Gue nggak akan biarin lo bahagia. Lo pikir setelah lakuin itu lo bisa lepas? Nggak akan. Gue benci banget sama lo, Nayara." ucap Devan dengan penuh emosi saat ia kembali menemukan kotak berisi foto masa kecilnya dengan Nayara.
Ia merobek semua fotonya dengan Nayara di masa lalu itu. Ia benci melihat foto itu, foto yang menunjukkan betapa dekatnya Devan dan Nayara dulu.
"Gue bakal ngelakuin sesuatu. Gue pastiin, gue yang akan menang." ucap Devan dengan senyuman miringnya.
*****
Jam sudah menunjukkan pukul 06.30 dan kini Nayara sudah siap untuk berangkat ke sekolah. Mungkin kalian bingung, kenapa Nayara tidak dikeluarkan dari sekolah padahal semua sudah tahu mengenai kehamilannya?
Karena sekolah Nayara itu mengangkat peraturan internasional, terlebih lagi Ayah Devan adalah sahabat lama keluarganya, jadi Ayah Devan memutuskan untuk tetap menerima Nayara untuk tetap bersekolah, menurutnya Nayara itu tak bersalah, gadis itu tak berhak mendapat hukuman apa pun. Sekolah akan tetap mengizinkannya untuk masuk seperti biasa, mungkin sampai usia kandungannya menginjak 5 bulan, jadi Nayara masih punya waktu 2 bulan untuk sekolah formal.
"Pagi!" sapa Nayara yang kini sedang berjalan menuruni tangga.
"Pagi juga." balas Anulika.
Ya, Nayara sekarang sudah kembali ke rumahnya. Setelah 3 bulan akhirnya ia bisa berkumpul dengan keluarganya lagi. Nayara sangat bahagia dengan hal ini, tapi ia sadar masih ada hal lain yang harus ia hadapi dan mungkin akan lebih menguras emosi dan tenaganya. Siapa? Yang pasti dia adalah Devan.
Nayara sadar Devan pasti sangat marah. Ia tahu saat ini kebencian Devan pasti bertambah parah padanya dan Devan bisa melakukan apa pun untuk membalas Nayara, bahkan mungkin hal itu tak akan bisa dipikirkan orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
BABY KIARA (TERBIT)
Teen Fiction(TELAH TERSEDIA DI SHOPEE) Ia hancur, bahkan sangat hancur, saat mahkota yang telah ia jaga selama 16 tahun direbut paksa darinya. Dan, yang paling membuatnya hancur ialah, saat ia mengetahui bahwa ada kehidupan lain dalam dirinya. Lalu apa yang aka...