Devan meninggalkan rooftop dan berjalan di koridor dengan wajah datarnya. Pandangan Devan tertuju pada seorang gadis yang sedang berada diujung koridor dengan wajah pucatnya, ia adalah Nayara.
Melihat sasarannya, Devan pun tersenyum menang. Ia langsung berjalan mendekati Nayara. Sedangkan, Nayara yang menunduk tidak menyadari Devan tengah berjalan ke arahnya.
"Hai, Ara."
Deg!
Suara itu, suara yang sangat Nayara kenal. Nayara mendongak dan sangat terkejut saat melihat Devan sudah berada tepat di depannya.
Nayara mulai meremas kemeja seragamnya denfan erat. Melihat Devan membuatnya begitu cemas. Ia takut sangat takut jika Devan akan menyakitinya, bukan hanya dia tapi juga janin yang sedang ia kandung. Nayara bukan lah seseorang yang pandai berbohong dan menyembunyikan sesuatu, apalagi hal sebesar ini.
"Kok takut gitu? Ada apa, hm?" Devan terus mendekatkan dirinya pada Nayara. Ia terus mendekatkan dirinya pada Nayara hingga gadis itu tak lagi bisa kabur darinya walau sudah berusaha.
Devan menatap Nayara dengan senyum miringnya, Nayara menggelengkan kepalanya pelan dan matanya mulai berkaca-kaca.
"Gue mohon, jangan sekarang."
"Udah puas hindarin gue, hm?" lagi-lagi Devan mengucapkannya dengan Devan lembut yang terdengar menggerikan, percayalah Nayara takut drngan nada seperti itu.
"M-maksud lo a-apa?"
"Lo hindarin gue kan? Alasan lo nggak masuk karena itu kan?"
"Ng-ggak. G-gue beneran sakit kok." sangkal Nayara.
Devan mengernyitkan dahinya dan mengamati wajah Nayara yang pucat memang menandakan bahwa ia sedang sakit. Tapi, tetap saja Devan curiga pada Nayara. Dari ekspresi dan nada bicaranya, itu menunjukkan jika Nayara memang tak ingin bertemu dengannya, bukan? Oh, Devan sepertinya tahu ada apa dengan gadis itu.
"Oh."
"Bi-bisa minggir nggak? G-gue m-mau lewat."
"Apa? Coba ulang!"
"Gue mau le-lewat. Gu-gue harus balik ke kelas." ucap Nayara cepat.
Nayara ingin menjauh dari Devan tapi dengan cepat Devan kembali menghalanginya.
"Nggak semudah itu, Ara."
Nayara menelan salivanya saat Devan menatapnya dengan tatapan mwnggerikan. Apalagi, saai ini ia dan Devan sangat dekat.
Devan menarik tangan Nayara kasar seperti biasanya. Nayara hanya diam dan menunduk menahan sakitnya, ia sedang lemas sekarang. Mencoba melawan pun pasti akan percuma, karena ia benar-benar tak punya tenaga yang cukup.
Devan membawa Nayara ke UKS dan menghempaskan tangannya kasar. Kemudian, Devan mengisyaratkan penjaga UKS yang bertugas untuk keluar dan akhirnya hanya ada Devan dan Nayara di sana.
Devan menyuruh Nayara untuk duduk dan Nayara menurutinya. Ia sedang malas berdebat dengan Devan sekarang. Toh semua itu percuma, karena nanti Devan juga yang akan menang.
"Lo bilang lo sakit kan?"
"I-iya, gue emang sakit." ucap Nayara tanpa menatap Devan.
"Oh ya?"
Devan mendekatkan dirinya pada Nayara, ia mulai mendekatkan wajahnya pada Nayara dan menaikkan dagu Nayara dengan telunjuknya. Ia menaikkan alis sebelahnya dan tersenyum tersenyum miring menatap wajah Nayara, lalu kembali menegakkan dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BABY KIARA (TERBIT)
Novela Juvenil(TELAH TERSEDIA DI SHOPEE) Ia hancur, bahkan sangat hancur, saat mahkota yang telah ia jaga selama 16 tahun direbut paksa darinya. Dan, yang paling membuatnya hancur ialah, saat ia mengetahui bahwa ada kehidupan lain dalam dirinya. Lalu apa yang aka...