Hari ini Nayara kembali menjalani rutinitasnya sebelum berangkat ke sekolah. 3 hari masa liburnya telah habis dan kini waktunya untuk kembali ke sekolah, tapi kali ini Nayara benar-benar sedang bingung memikirkan putrinya. Orang tuanya belum pulang, Dira juga bilang ia akan berlibur lebih lama lagi bersama para temannya, dan pembantu rumah Nayara juga belum bisa kembali dari kampung halamannya. Lalu, siapa yang akan mengurus Kiara jika ia sekolah?
"Ck! Gue harus gimana sekarang? Ya kali gue ajak Kiara ke sekolah, bisa mampus kali gue jadi omongan satu sekolah." gerutu Nayara.
Nayara benar-benar bingung sekarang, di rumah tidak ada siapapun kecuali supir dan satpam rumahnya. Mana mungkin ia menitipkan putrinya pada supir dan satpam? Sedangkan Kiara, ia masih tertidur lelap digendongan Nayara, setelah Nayara memberikannya ASI.
"Ya elah, harus gimana dong? Masa iya gue harus nggak sekolah lagi? Aduh, Kurang setengah jam lagi bel masuk. Gue harus gimana nih?"
Tin..tin..
Suara klakson mobil terdengar di depan rumah Nayara, ketika ia melihat dari jendela ternyata itu mobil Devan.
"Mau ngapain lagi tuh orang kesini?" Batin Nayara.
Dengan malas sambil menggendong Kiara, Nayara pun berjalan keluar memghampiri Devan.
"Ngapain?" tanya Nayara datar.
"Mau jemput lo." jawab Devan.
"Ga."
"Berangkat sekolah bareng yuk!" ajak Devan.
"Ga bisa."
"Kenapa?"
"Ya mana mungkin gue sekolah kalo di rumah ga ada orang? Lo kira Kiara bakal diurus ma siapa?" ucap Nayara.
"Ya udah bawa aja sama kita." ucap Devan santai.
"Heh? Gila lo!? Ya kali Kiara harus ikut ke sekolah, mau jadi omongan satu sekolah lo? Lagian mana boleh Kiara dibawa ke sekolah?" omel Nayara.
"Kan gue yang punya sekolah" ucap Devan dengan sombongnya.
"Ck! Yang punya sekolah Ayah lo, bukan lo." ucap Nayara ketus.
"Ya sama aja. Lagian nih kalo Ayah gue tau juga bakal setuju kali." ucap Devan.
"Iya tapi..."
Tanpa permisi Devan pun menarik Nayara masuk ke dalam mobilnya, hal itu membuat Nayara memberenggut kesal.
"Apa-apaan sih lo?"
"Udah, diem. Ntar anak kita bangun loh" ucap Devan.
"Anak gue bukan anak lo." ucap Nayara kesal.
"Kan gue juga ikut buat.
"Buat doang, tanggung jawab kagak. Cih!" batin Nayara.
"Terserah."
*****
Mobil Devan terparkir di parkiran sekolah, membuat semua mata tertuju padanya. Seperti biasa Devan tetap lah menjadi pangeran nomor 1 di sekolah meskipun sikap dinginnya membuat semua orang takut, namun itu sama sekali tidak mengalahkan pesonanya.
"Ayo turun!" ucap Devan.
Nayara masih diam pada duduknya, ia melihat banyak siswa dan siswi di koridor membuatnya merasa ragu untuk keluar. Devan yang menyadarinya pun memegang tangan Nayara untuk meyakinkannya.
"Gk usah takut. Ada gue," ucap Devan dengan senyumannya.
Sejenak, Nayara merasa terpaku dengan senyuman itu. Tak bisa dipungkiri bahwa Nayara rindu dengan senyuman itu dan sang pemilik senyuman itu. Ucapan sang pemilik senyuman yang mengingatkan Nayara dengan masa kecil indahnya bersama pria di depannya ini.
*FLASHBACK ON*
"Deva, Ara takut" ucapnya lirih.
2 anak yang tengah tersesat di tengah hutan dengan hujan dan suara petir yang kencang. Dengan erat, Deva memeluk Ara nya yang kini tengah ketakutan itu.
"Tenang, Ara. Deva gk bakal pelgi kok. Jangan takut, Deva ada di sini buat Ara." ucap Deva berusaha menenangkan.
Deva sangat menyayangi Ara dan tidak ingin Ara terluka, namun sepertinya Deva telah melanggar ucapannya. Kini semuanya telah berubah.
*FLASHBACK OFF*
"Nay,"
Suara Devan membuyarkan lamunan Nayara. Nayara menatap Devan sebentar lalu mengalihkan pandangan pada telapak tangannya yang tengah digenggam oleh Devan, dengan segera Nayara pun menarik tangannya.
"Gk usah pegang-pegang" ucap Nayara yang langsung mengalihkan pandangannya dari Devan.
"Ya udah, ayo turun!"
Nayara menghela napasnya, kemudian melangkahkan kakinya turun dari mobil, begitupun dengan Devan. Semua pandangan pun tertuju pada mereka berdua tentu saja, Nayara datang dengan Devan dan membawa Kiara dalam gendongannya.
Nayara mendengus saat melihat ramainya koridor dan semua tatapan yang tertuju padanya. Ia tahu kini tengah banyak yang membicarakannya.
"Kan...udah gue duga bakal kayakk gini. Ck!" batin Nayara.
Devan merangkul pundak Nayara membuat Nayara sedikit terkejut, ia pun menepis tangan Devan yang berada dipundaknya.
"Lo apa-apaan sih?" sentak Nayara.
"Udah, diem." ucap Devan kembaki merangkul pundak Nayara.
"Lo-"
"Sstt...Kiara keganggu tuh," ucap Devan saat melihat putrinya itu menggeliat dalam tidurnya.
Nayara pun mengelus punggung putrinya itu dengan lembut.
"Udah, ayo!"
Dengan pasrah, Nayara membiarkan Devan berjalan melewati koridor dengan merangkulnya melewati banyaknya pasang mata yang tengah melihat ke arah mereka.
Yuhuuuuuu, aku up lagii😁
Seneng gk? Kangen ma siapa kali ini guys? Kangen ma Devan, Nayara, kiara, atau...sama doi? Wkwk
Gimana kabar kalian hari ini? Baik gk nih atau lagi ambyar? Wkwk. Maafkan aku guys, soalnya udah telat up heheheh. Kalian nungguin ya? Hehehe. Maaf kali ini part nya gk terlalu panjang soalnya ide aku mampet heheh. Yang penting up, ya kannn? Jangan lupa VOMMENT yang buanyakk! biar aku terus semangat guys. See you next part😘
Salam Author💕
KAMU SEDANG MEMBACA
BABY KIARA (TERBIT)
Teen Fiction(TELAH TERSEDIA DI SHOPEE) Ia hancur, bahkan sangat hancur, saat mahkota yang telah ia jaga selama 16 tahun direbut paksa darinya. Dan, yang paling membuatnya hancur ialah, saat ia mengetahui bahwa ada kehidupan lain dalam dirinya. Lalu apa yang aka...