Sekarang Lisa sudah sampai di sekolahnya. Lisa anak yang pintar tapi sayangnya ia anak yang sangat introvert dan tidak mau bergaul dengan orang lain. Lisa sangat suka pergi ke rooftop sekolah, itu adalah tempat kesukaannya.
Biasanya Lisa selalu menyendiri di sana. Sekarang bel masuk sudah berbunyi, Lisa langsung bergegas masuk ke dalam kelasnya untuk melanjutkan ke pelajaran pertamanya.
****
"Huh... Sudah bel istirahat, sekarang aku ke atas saja lebih baik." gumam Lisa lalu pergi dari kelasnya dengan membawa bekal yang sudah ia siapkan dari rumah tadi pagi.
Sesampainya di rooftop, Lisa tersenyum lebar. Akhirnya ia bisa kembali ke sekolah setelah libur di hari Sabtu dan Minggu. Entahlah, ia hanya lebih memilih sekolah daripada di rumah.
"Huah... Segar banget udaranya," ujar Lisa sambil memejamkan matanya dan menghirup udara di sana.
Tanpa disadari, Lisa meneteskan air matanya sekarang. Mungkin jika ada orang lain di sana, Lisa pasti sudah dianggap gila.
"Kenapa mereka tidak pernah menyayangiku, ya? Apa aku punya salah sehingga mereka sangat membenciku?"
"Sakit rasanya tubuhku yang setiap kali harus dipukul dan menjadi pelampiasan amarah mereka. Tapi hatiku lebih sakit karena kata-kata mereka,"
Lisa menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Hanya di sana ia bisa mengeluarkan seluruh air matanya tanpa ada yang melihat dan mempedulikannya.
"Aku tidak boleh sedih. Aku tidak boleh membenci mereka karena apapun yang mereka lakukan kepadaku, aku sangat menyayangi mereka."
Gadis itu mendongak lalu menghapus kasar air matanya. Ia tak mau lemah, ia adalah gadis kuat dan memang harus seperti itu.
"Seberapa besar rasa benci kalian padaku, aku akan tetap menyayangi kalian, selamanya." Lisa tersenyum di sela rasa sakitnya.
Satu kebiasaan Lisa adalah membohongi dirinya sendiri dan menutupi semua rasa sakitnya, yang lebih menyedihkannya adalah tidak ada yang peduli pada gadis itu walaupun orang-orang tahu akan keadaan gadis itu.
****
Setelah waktunya pulang sekolah, seperti biasa, Lisa selalu pulang jalan kaki karena Eonnienya tidak mengizinkan Lisa untuk pulang bersama mereka.
"Siapkan dirimu, Lisa." Gumam Lisa menghembuskan nafasnya panjang sebelum dirinya memberanikan diri berjalan masuk ke rumahnya sendiri.
"Oh, penjahat sudah pulang." Tanya Jennie sambil menuruni tangga. Lisa langsung menoleh terkejut lalu segera menunduk.
"Eonnie," ucap Lisa gemetar. Padahal hanya berbicara pada kakak kandungnya sendiri, tapi rasanya seperti sedang berbicara pada orang terhormat.
"Aku bukan Eonniemu. Jangan memanggilku dengan sebutan itu." Suara Jennie meninggi. Tangannya menarik kasar rambut Lisa. Lisa kembali meringis merasakan rambutnya yang satu persatu lepas dari kulit kepalanya.
"Mianhae, jeongmal mianhae." Lisa hanya bisa meringis kesakitan. Apa boleh buat, ia sendiri pun tak bisa menghentikan aksi Jennie dan tak ada yang bisa ia mintai pertolongan.
Lisa sekarang sudah tidak menangis jika dia di sakiti, ia hanya menangis dalam diam dan menahan semua sakitnya di dalam hatinya. Lisa tidak mau memberontak dan tidak mau terlihat lemah. Sudah cukup semuanya.
"Sakit?" Tanya Jisoo yang baru saja datang dan langsung memukul Lisa.
Bugh!
Rasanya badan Lisa sudah hancur, sangat sakit rasanya ketika di jambak dan di pukuli secara bersamaan.
Setelah puas, mereka tertawa melihat keadaan malang Lisa. Gadis itu seakan sudah tak bernyawa dan fisiknya yang sudah benar-benar menyedihkan.
"Rasain tuh pembunuh!" Ucap Rose yang hanya lewat dan menertawakan Lisa, tak ada niatan sedikitpun untuk membantu Lisa.
"Kita sudahi saja, Jennie sudah lelah. Kita ke mall aja yuk sekarang, shopping." ajak Jennie. Jisoo mengangguk antusias menerima usul dari adik yang sangat ia sayangi.
"Boleh juga, ya sudah yuk kita jalan. Chaeyoung kesayangannya Eonnie juga suruh siap-siap," ucap Jisoo sambil memeluk Jennie.
Ia memiliki tiga adik kandung, tapi kasih sayangnya hanya mutlak terbagi untuk kedua adiknya, yaitu Jennie dan Rosé.
"Siap." jawab Jennie lalu melangkahkan kakinya untuk pergi ke kamar Rosé.
Sekarang Jisoo, Jennie, dan Rose sudah berada di mall, sedangkan Lisa masih terkapar lemas di lantai mansion dengan luka basah ataupun memar yang tertinggal di tubuhnya akibat perbuatan kedua kakaknya.
"Lumayan sakitnya." Lisa berusaha bangun dari posisinya sekarang. Ia tidak bisa terus seperti itu sampai sesorang datang dan menolongnya, karena itu mustahil.
"Semangat Lisa-ya, jangan nangis," ucap Lisa pada dirinya sendiri. Sungguh, Lisa hanya memiliki satu teman terbaiknya, yaitu dirinya sendiri.
Lisa menaiki tangga menuju kamarnya dengan sisa tenaganya. Langkahnya gontai dengan kedua tangannyang berpegang erat pada pembatas tangga.
Lisa memejamkan matanya saat seluruh tubuhnya sudah berada di atas ranjang. Rasa nyaman itu langsung merabat ke seluruh tubuhnya.
Namun belum sampai semenit, Lisa meringis kesakitan karena badannya yang menempel pada ranjangnya.
"Memar lagi. Padahal memar dan luka kemaren saja belum sembuh, sekarang nambah lagi."
Monolog Lisa sambil berdiri di hadapan kaca dan melihat pantulan dirinya sendiri. Lisa tersenyum tipis melihat luka-luka di tubuhnya dari pantulan kaca.
"Gwaenchana, anggap saja tanda kasih sayang."
Kaki jenjangnya berjalan menuju lemari baju. Mengambil satu pasang baju dan handuk lalu ia pergi ke kamar mandi untuk membasuh dirinya sendiri.
*****
"Woah, segar banget abis mandi, walaupun badan masih sakit, tapi ya sudah, mau gimana lagi." ucap Lisa acuh lalu duduk di meja belajarnya.
Saat Lisa sedang duduk di meja belajarnya untuk belajar, tiba-tiba ada cairan merah yang keluar dari hidungnya.
"Jangan sekarang," gumam Lisa dan langsung menyeka darah dari hidungnya tetapi ternyata darah tersebut menetes ke baju dan buku pelajarannya.
Ya, sudah beberapa bulan ini, Lisa selalu mimisan, entah apa penyebabnya. Lisa tidak pernah memeriksa dirinya ke rumah sakit karena ia pikir itu hanya mimisan biasa akibat terlalu kelelahan.
"Banyak banget lagi darahnya." Lisa terus saja menarik lembaran tissue yang ada di hadapannya sampai beberapa menit yang lalu.
Setelah darah itu berhenti keluar dari hidungnya, Lisa merebahkan dirinya lalu tertidur kala rasa kantuk menyerang.
_____________
Masih dalam tahap revisi, mohon maaf kalau ada salah kata atau kalimat🙏
Jangan lupa vote dan comment yaa
Follow akun ini Jenlis127
Follow IG @/ jenlis127_wpKritik dan saran boleh melalui DM IG atau Wattpad yaa😉
Next? Soon💕
KAMU SEDANG MEMBACA
SORRY TO YOU [E N D] <REVISI KARENA MASIH BERANTAKAN BANGET>
أدب المراهقين"Maaf, maafkan kami, kami janji tidak akan melakukannya lagi, kembalilah, kumohon kembali sekarang" "Aku sudah memperingatkan kalian. Sekarang, kalian lihat apa yang terjadi." "Siapa yang harus disalahkan? Aku, kamu, atau takdir?" *NOTES: Cerita i...