6. His Lil Sister

7K 476 1
                                    

Tinn tinn..

"Ah, itu pasti Heoguk oppa" Lisa meraih tasnya lalu keluar dari rumahnya.

Ceklek..

"Maaf Lisa sedikit lama, oppa" ucap Lisa menyesal. Ia butuh sedikit waktu agar bisa keluar dari rumah dengan aman.

"Tidak apa, oppa juga belum lama menunggumu" Heoguk tersenyum manis.

"Gomawo oppa, karena sudah mau menemani Lisa ke rumah sakit" ucap Lisa dengan senyuman tulusnya.

"Gwaenchana. Memangnya kamu sakit apa? Wajahmu pucat sekali" Heoguk menatap wajah Lisa khawatir.

"L-lisa tidak apa-apa. Ya sudah, jalan saja ke rumah sakitnya. Kepala Lisa semakin sakit" ucap Lisa sambil meringis kesakitan dan memegang kepalanya. Heoguk semakin khawatir di buatnya.

"Ne Lisa-ya, bertahanlah" Heoguk segera menancapkan gasnya menuju rumah sakit terbaik di kota itu.

Sesampainya di rumah sakit, Heoguk langsung menggendong Lisa yang sudah tidak sadarkan diri tadi di dalam mobil. Keadaan Lisa semakin buruk di perjalanan tadi.

"Dok! Tolong lakukan yang terbaik untuk teman saya dokter" Ucap Heoguk khawatir. Dirinya terlalu kalut akan keadaan gadis yang baru sja di kenalnya itu.

"Kami akan berusaha semampu kami, pak" ucap dokter lalu masuk kedalam ruangan UGD.

Saat Heoguk sedang duduk di depan ruang UGD sembari menunggu Lisa, tiba-tiba seseorang memanggil nama Heoguk dan itu cukup membuat Heoguk terjeut.

"H-heoguk o-oppa?"

"K-kau?!" Heoguk tak menyangka akan apa yang ia lihat sekarang.

"Iya oppa, ini Minnie, adik oppa" gadis bernama Minnie itu menangis haru.

"M-minnie? Oppa sangat merindukan kamu, sayang. Kemana saja kamu selama ini, oppa selama ini mencarimu" dengan perlahan, Heoguk menarik Minnie kedalam dekapannya. Heoguk sangat rindu akan adik kecilnya itu.

"Minnie di pindahkan oleh appa ke sini tanpa sepengetahuan oppa, appa juga melarang Minnie untuk memberi tau keberadaan Minnie, sekaramg Minnie sudah menjadi dokter di rumah sakit ini, oppa" Heoguk menatap bangga pada adiknya itu. Setelah perceraian kedua orangtuanya saat mereka masih kecil, mereka berdua harus hidup terpisah. Heoguk bersama ibunya dan Minnie bersama ayahnya.

"Ah, syukurlah, oppa senang mendengar kalau adik oppa ini sudah sukses" Heoguk sambil tersenyum hangat. Minnie sungguh merindukan sosok kakak tertuanya itu. Sosok yang dulu selalu menjaga dan melindunginya.

"Oh iya, oppa sedang apa di sini? Apa oppa sakit?" Tanya Minnie penasaran.

"Bukan, bukan oppa yang sakit, tapi teman oppa" ucap Heoguk yang kembali khawatir. Beberapa saat lalu rasa khawatirnya tertutupi oleh rasa bahagia dan rindunya saat bertemu adik bungsunya.

"Teman oppa? Siapa?"

"Namanya Lisa, dia adalah teman oppa. Tadi dia menghubungi oppa untuk meminta bantuan karena ia merasa kepalanya sangat sakit" ucap Heoguk menjelaskan. Minnie cukup terkejut saat mendengar nama itu. Tak asing menurutnya.

"L-lisa? C-choi Lalice?!" Minnie membelalakkan matanya terkejut saat mendapat anggukan dari Heoguk.

"Iya. Choi Lalice namanya, kamu mengenal Lisa?"

"Ne, aku sangat mengenalnya. Lisa sahabat Minnie sekaligus pasien Minnie yang rutin check up, oppa. Bagaimana bisa ia merasa sakit itu lagi tetapi tidak menghubungiku?!" Ucap Minnie

"Sebenarnya apa yang terjadi pada Lisa?" Tanya Heoguk tak mengerti.

"T-tidak, Lisa tidak apa-apa kok oppa" Minnie berbohong. Ia tak mau memberitahukannya pada orang lain untuk sekarang.

"Ya sudah kalau gitu, Minnie akan masuk ke dalam dan menangani Lisa, oppa tenang saja, Lisa pasti akan baik-baik saja" ucap Minnie lalu masuk ke dalam ruang UGD.

"Semoga saja tidak terjadi apa-apa pada Lisa"

Setelah satu jam Lisa diperiksa di dalam ruang UGD, akhirnya dokter yang tadi membawa Lisa dan juga Minnie keluar dari UGD dengan wajah lelah mereka.

"B-bagaimana keadaan Lisa? Apa dia baik-baik saja?" Heoguk langsung menghampiri dokter itu dan mengujani dokter itu dengan pertanyaannya.

"L-lisa, mengalami tu-" ucapan dokter terpotong saat Minnie datang dan menyenggolnya.

"Lisa tidak apa-apa kok, oppa. Oppa tenang saja" ucap Minnie memotong omongan dokter lainnya. Minnie tersenyum untuk meyakinkan Heoguk jika semuanya baik-baik saja.

"Huh...syukurlah" sekarqng Heoguk bisa bernapas lega. Setidaknya sesuatu yang buruk tidak terjadi pada Lisa.

Minnie langsung menarik dokter tersebut untuk meninggalkan tempat itu.

"Apa yang kau lakukan?! Lisa sedang mengalami tumor otak! Dan dia sudah memasuki stadium 2b jadi penyakit ini bukan main-main. Kenapa kamu menyembunyikannya dari temannya itu?! Dia berhak tau!" bentak Soojin, sosok dikter tegas lainnya yang juga berteman baik dengan Minnie.

"Aku tau tentang penyakit Lisa. Aku pun tidak setuju jika kita harus menyembunyikannya. Tetapi ini kemauan Lisa, dia menyuruhku untuk tidak memberi tahu siapapun tentang penyakitnya" jelas Minnie lesu. Ia masih ingat bagaimana rasa kesalnya pada Lisa karena gadis itu memilih untuk menyembunyikan fakta tentang penyakit yang bersarang pada tubuhnya.

"Tapi ini bukan penyakit biasa dokter Minnie. Ini fatal jika di biarkan terlalu lama, ini bisa menyebabkan kematian" jelas Soojin tegas. Ia hanya tak mau sesuatu yang buruk terjadi pada Lisa.

"Sekarang yang bisa kita lakukan hanya melakukan pengobatan yang terbaik buat Lisa. Ini adalah kemauan Lisa, jadi aku harap kamu mengerti keadaan Lisa" ucap Minnie pada Soojin memohon.

"Huhh...baiklah, aku janji akan melakukan yang terbaik untuk temanmu, Lisa" Soojin hanya bisa pasrah.

"Kita harus bisa membuat Lisa sembuh dari penyakitnya. Hanya itu"

"J-jadi, Lisa punya penyakit tumor otak stadium 2 ?"

_____________

Masih dalam tahap revisi. Maaf jika masih ada kesalahan kata atau kalimat🙏

Vote, comment, dan follow untuk support kalian buat cerita ini✌



SORRY TO YOU [E N D] <REVISI KARENA MASIH BERANTAKAN BANGET>Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang