20. Worried

6K 388 10
                                    

"Apa yang barusan aku dengar dari anak itu? Kenapa hatiku tiba-tiba sesak seperti ini?" Monolog Jisoo lalu menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang.

"Apa aku keterlaluan?" Jisoo kembali hanyut dalam pikirannya sendiri sampai-sampai ia tidak sadar apa yang barusan ia katakan.

"Heish! Apa yang baru saja aku pikirkan. Untuk apa aku merasa keterlaluan dengan anak itu? Seorang penjahat seperti dia memang pantas diperlakukan seperti itu?" Jisoo membungkus tubuhnya dengan selimut dan memejamkan matanya.

"Apa yang sedang dilakukan oleh Lisa sekarang?" Gumam Jisoo yang lagi-lagi ia tidak sadar dengan kata-kata yang keluar dari mulutnya sendiri.

"Tapi tidak ada salahnya, kan kalo aku liat keadaan dia?" Jisoo bangkit dari kasurnya dan berjalan keluar dari kaamrnya.

Tak bisa dipungkiri, memang Jisoo sebenarnya sangat khawatir akan keadaan Lisa. Tapi lagi-lagi, egonya yang sangat besar menangkis rasa itu terhadap adik bungsunya.

Sekarang Jisoo sedang berjalan menuju ke kamar Lisa. Memang tujuan utama ia keluar dari kamarnya itu untuk melihat keadaan si bungsu.

Tapi selain itu, Jisoo juga ingin pergi ke dapur untuk mengambil minum, dan pastinya melewati kamar Lisa.  Karena tangga untuk turun ke bawah itu ada di dekat kamar Lisa, bagian pojok lantai dua.

Sebelum membuka pintu kamar Lisa, Jisoo memastikan dulu tidak ada yang melihatnya.

"Tidak ada suara." gumam Jisoo setelah menempelkan telinganya di pintu kamar Lisa.

"Apa aku langsung buka aja? Tapi kalo waktu aku buka terus dia nanya untuk apa aku ke sini, aku harus jawab apa? Tidak mungkin  kalo aku bilang ingin memastikan keadaan dia,"

Sulung Choi itu terus saja berpikir hingga bermenit-menit. Karena frustasi dan lelah, akhirnya Jisoo memutuskan untuk langsung membuka pintu kamar Lisa.

Ceklek!

Jisoo mendorong sedikit pintu yang ternyata tidak terkunci itu. Aroma adik kecilnya itu langsung menyeruak dalam indra penciuman Jisoo. Jisoo mendorong lagi pintu itu agar terbuka lebih lebar.

Ia lihat banyak sekali foto keluarga yang mereka ambil dulu. Kamar yang luas, dibalut dengan cat tembok berwarna hitam dan putih, persis seperti warna kamar Jennie dan kamarnya. Dengan sedikit sentuhan warna kuning pada bagian tembok Utara, membuat kamar bernuansa hitam putih itu menjadi tampak lebih hidup.

Sudah sangat lama Jisoo tidak memasuki kamar adiknya ini. Terakhir kali Jisoo membuka pintu kamar Lisa mungkin sekitar 14 tahun yang lalu. Entahlah, bahkan Jisoo sendiri lupa ia pernah memasuki kamar ini.

Mata Jisoo tidak berhenti menjelajahi setiap isi dari ruangan itu. Sampai pandangannya jatuh pada seorang gadis di pojok kamar dan matanya terbelalak saat melihat sang adik yang tidak sadarkan diri.

"H-hei! Jangan barcanda! Cepat bangun dan bersihkan kekacauan ini!" Bentak Jisoo dengan suara gagap, karena sejujurnya ia sangat takut dan khawatir.

"Ya! Aku tidak suka kau bercanda seperti ini! Cepet bangun dan lakukan tugasmu!" Tangan Jisoo ia gunakan untuk menggoyang- goyangkan tubuh Lisa.

"Hei! Kenapa hidungmu tidak berhenti mengeluarkan darah? Apa yang terjadi?" Pergerakan Jisoo mulai lebih cepat.

Jisoo segera mengambil tissue yang berada di meja kamar Lisa dan segera menyeka darah Lisa yang keluar dari hidungnya.

Jisoo sudah mati gaya saat ini. Entah hal apa lagi yang harus ia lakukan sekarang. Tanpa pikir panjang lagi, Jisoo segera meneriaki nama adik-adiknya yang lain.

SORRY TO YOU [E N D] <REVISI KARENA MASIH BERANTAKAN BANGET>Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang