3. Boy

7.1K 508 4
                                    

"Tidur yang singkat tapi nyenyak. Huh... Laper lagi, ke minimarket aja deh buat beli cemilan, sekalian beli bahan makanan buat di rumah."

Lisa turun dari ranjangnya lalu mandi dan bersiap untuk pergi berbelanja bahan makanan.
Saat Lisa tiba di bawah, Lisa melihat rumah yang sangat sepi dan seperti memang tak ada orang di sana.

"Sepertinya Eonnie sedang pergi." gumam Lisa lalu keluar untuk pergi ke minimarket.

Cukup lama Lisa berbelanja bahan makanan di supermarket, dan saat Lisa ingin pulang, hujan turun dengan sangat deras.

"Bagaimana mau pulang kalau hujan seperti ini." Lisa bergumam panik saat hujan semakin deras mengguyur kota Seoul. Ia tak membawa kendaraan, dan angkutan umum pun tidak nampak sedari tadi.

"Hey, kenapa diam saja di situ?"

Tanya seorang lelaki asing pada Lisa. Lisa tersentak kaget lalu langsung membungkukkan badannya sebagai tanda hormat dan maaf. Dilihat dari wajahnya, sepertinya lelaki itu lebih tua dari pada Lisa.

"A-ah, aku mau pulang tadi, tapi tiba-tiba saja hujan turun, padahal aku harus segera pulang karena orang rumah sudah menunggu." ucap Lisa pada namja tersebut.

Lisa memang berbohong tentang hal kalau kedatangan Lisa sudah ditunggu oleh orang rumah, karena pada nyatanya jika ia tak ada di rumah pun tak ada yang peduli. Hanya saja Lisa tak ingin terlalu terlihat menyedihkan di hadapan orang lain.

"Mau aku antar pulang?" Tanya namja itu ramah sambil tersenyum.

"A-apakah itu tidak merepotkan?" Tanya Lisa tak enak hati.

Pasalnya ia baru saja bertemu dengan lelaki di hadapannya beberapa menit yang lalu. Tapi ia tak ada pilihan lain, ia hafus segera sampai di rumah sebelum pada eonnienya pulang.

"Tentu saja tidak." ucap namja itu sambil tersenyum tulus.

"Oh ya, siapa namamu? Rasanya agak canggung jika belum berkenalan." Lisa menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Namaku? Oh ya, perkenalkan, namaku Heoguk." ucap Heoguk sambil mengulurkan tangannya pada Lisa.

"Hai Heoguk-ssi, perkenalkan namaku Lalice, kau bisa memanggil ku Lisa." ucap Lisa tersenyum dan membalas uluran tangan Heoguk.

"Nama yang cantik, seperti orangnya." Heoguk tersenyum sembari memperhatikan wajah Lisa.

Memang gadis di hadapannya itu memiliki pahatan wajah yang hampir terbilang sempurna.

"A-ah, tidak juga." jawab Lisa gugup. Kedua pipinya berubah menjadi merah merona, entah perasaan apa yang sedang ia rasakan sekarang.

"Ya sudah, aku antar pulang. Hari sudah semakin gelap." ajak Heoguk yang dibalas anggukan oleh Lisa.

Waktu memang sudah berjalan begitu cepat, langit sudah semakin gelap karena awan gelap mulai menutupi langit.

"Ayo." Lisa mengikuti langkah Heoguk dan masuk ke dalam mobil lelaki itu. Tak ada pembicaraan di antara keduanya.

Akhirnya Heoguk mengantarkan Lisa menggunakan mobil mewah miliknya. Sekarang mereka sudah di depan mansion milik keluarganya.

"Sudah sampai, terima kasih Heoguk-ssi atas tumpangannya." ucap Lisa sambil tersenyum dan hendak keluar dari mobil.

"Tunggu!" Ucap Heoguk sambil memegang tangan Lisa.

"Ya? Kenapa Heoguk-ssi?" Tanya Lisa kebingungan sembari menatap wajah kikuk Heoguk.

"B-bolehkah aku meminta nomor telephonemu?" Tanya Heoguk ragu.

"Nomorku? Untuk apa?" Tanya Lisa.

"H-hanya untuk berkenalan denganmu lebih jauh." ucap Heoguk yang membuat Lisa tersenyum polos.

"Tentu, ini nomorku." Lisa menyerahkan handphonenya.

"Terima kasih Lisa. Tidak perlu terlalu formal padaku. Aku rasa usia kita tidak beda jauh. Sampai bertemu lagi." ucap Heoguk lalu pergi dari rumah Lisa.

Lisa menatap mobil Heoguk yang mulai menjauh lalu ia berjalan memasuki mansionnya.

Lisa pun memasuki rumahnya sambil membawa banyak sekali bahan-bahan makanan.

"Sudah jadi wanita malam sekarang? Pergi tanpa izin dan pulang malam. Kau pikir kau siapa bisa seenaknya seperti itu?" Bentak Jisoo dengan penuh emosi. Lisa menunduk ketakutan malihat wajah marah kakak sulungnya.

"T-tadi aku pergi ke pusat perbelanjaan untuk membeli bahan makanan." Sahut Lisa sambil menunduk. Jisoo berdecih remeh lalu menatap tajam pada Lisa.

"Jangan banyak alasan."

Bugh!

Dua pukulan keras itu kembali mendarat di kepala dan perut Lisa. Sekarang Lisa sudah tergeletak lemas di lantai dengan keadaan darah yang keluar dari kepalanya. Seperti biasa, Lisa hanya diam sambil menahan senua rasa sakit yang amat mendalam.

"Kenapa kau selalu membuatku marah, bodoh?!" Pekik Jennie kasar pada Lisa.

"M-mianhae." ujar Lisa kecil. Hanya itu yang bisa ia katakan atas semua 'kesalahan' yang sudah ia perbuat.

"Maafmu tidak berguna di sini."
Ucap Jennie lalu pergi begitu saja dengan Jisoo, menyisakan Lisa yang menatap kosong pada lantai mansion yang terasa begitu dingin.

"Berdarah lagi." Lisa tertawa renyah setelah melihat tangannya yang ada bercak darah. Kepalanya pusing dan perutnya sakit. Ia sakit, dan ia butuh kedua orangtuanya di sisinya sekarang.

Sekarang Lisa sudah berada di kamarnya, Lisa sudah mengobati luka di kepalanya. Saat Lisa ingin tidur, namun tiba-tiba cairan merah itu kembali keluar dari hidung Lisa.

"Kenapa harus mimisan lagi." Diambilnya tissue untuk menyeka darah pada hidungnya.

Mimisan Lisa kali ini tidak sebanyak biasanya, jadi ia tidak butuh waktu yang lama untuk menghentikan mimisannya.

"Lebih baik sekarang tidur." Gumamnya lalu terlelap dalam tidurnya, mengabaikan rasa sakit dan nyeri luar biasa pada seluruh tubuhnya.

_____________

Vote, comment, dan follow yuk!

Cerita ini masih dalam tahap revisi yaa, jadi maaf kalau ada salah kata atau kalimat🙏

SORRY TO YOU [E N D] <REVISI KARENA MASIH BERANTAKAN BANGET>Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang