Suara dobrakan pintu itu terdengar begitu kencang hingga mendengung ditelinga siapapun yang mendengarnya.
Brak!
"Ya!" Teriakan itu mempu membuat kedua mata Lisa terbuka lebar dan ia terlonjak kaget.
"Jennie Eonnie?" Terdenagr jelas dari suara Lisa yang bergetar jika Lisa kini tengah ketakutan.
"Kau belum masak?" Tanya Jennie penuh ke-sinis-an.
"Appa melarangku melakukan banyak hal. Bukankah di bawah ada Bibi?"
"Kau berani melawanku? Ini sudah siang dan kau baru bangun? Dasar pemalas! Jangan berlindung dibalik Appa terus." Bentak Jennie.
"Nona Jennie, sarapan sudah siap di meja makan."
Suara itu mengalihkan atensi Jennie dan Lisa. Itu adalah suara seorang pelayan yang sudah mengabdi lama pada keluarga Choi, Bibi Jung.
"Buang makanannya. Semuanya. Biar anak ini yang masak." Ucap Jennie sambil menatap tajam mata Lisa.
"T-tapi, Tuan Choi melarang Nona Lisa untuk banyak beraktifitas," ucap bibi Jung kembali. Kali ini emosi Jennie benar-benar tersulut.
"Tidak ada alasan! Tinggal masak saja apa susahnya? Kau hanya malas saja, padahal lihat sendiri kalau kau sudah sehat." Tukas Jennie sarkas.
Lisa tak mau perdebatan ini terus berlanjut. Akhirnya ia menarik napasnya panjang lalu mengangguk kecil ke arah Bibi Jung.
"Ya sudah, aku akan masak. Masakan yang sudah Bibi masak, di bagikan saja untuk orang-orang rumah lainnya."
Lisa tersenyum pada Bibi Jung dan menyuruhnya untuk pergi. Hingga kini hanya ada Jennie dan Lisa berdua di dalam kamar.
"Kenapa masih diam? Sana pergi."
"Nde," balas Lisa yang mulai beranjak dari kasurnya. Padahal jujur saja, tubuhnya masih terasa sangat sakit dan ia masih lemas.
"Maaf karena tidak bisa membantu Non Lisa. Bibi tidak punya hak untuk menghentikan Non Jisoo, Jennie, dan Rosé. Jadi Bibi harap Nona Lisa bisa bertahan walaupun sulit." Batin Bibi Jung menatap sendu punggung rapuh Lisa yang mulai memasuki dapur.
Bibi Jung sudah lama mengabdi di keluarga Choi. Bahkan sebelum Jisoo lahir pun, Bibi Jung sudah mengabdi di keluarga Choi. Bibi Jung adalah satu-satunya orang yang sayang dan peduli pada Lisa saat Lucas dan Tzuyu di Amerika.
Walaupun Bibi Jung tidak bisa membantu saat Lisa disakiti oleh Jisoo, Jennie, dan Rosé, tapi Bibi Jung selalu memperhatikan Lisa dari jauh. Bahkan Tzuyu dan Lucas sudah menjadikan Bibi Jung sebagai orang kepercayaannya di Korea selain Han.
Mungkin kalau sampai Tzuyu dan Lucas tahu kalau Bibi Jung hanya diam saat anak bungsu mereka disakiti oleh ketiga kakaknya, mereka akan marah besar. Tapi apa daya, Bibi Jung selalu mendapat ancaman dari Jisoo, Jennie, dan Rosé.
*****
"Ingin Bibi bantu?" Tawar Bibi Jung yang baru saja memasuki area dapur secara diam-diam.
"Aniya. Lisa bisa sendiri, Bi. Lagian kalau sampai Eonnie tahu Bibi membantu Lisa, mereka akan marah. Ini sudah mau selesai kok."
"Muka Nona Lisa pucat sekali. Non baik-baik saja? Lebih baik Nona kembali ke kamar dan istirahat. Biar ini Bibi yang lanjutkan." Bibi Jung merasa mulai panik saat melihat Lisa yang pucat serta beberapa bintik keringat mulai bermunculan di wajah Lisa.
"Gwaenchana. Lisa capek dimarahi terus, Bi." ucap Lisa ambil tersenyum tipis.
"Bibi akan temani Nona Lisa di sini. Nanti selesai masak, Nona Lisa juga harus langsung makan, ya?"
"Nanti saja, Bi. Makanan ini Lisa masak untuk Eonnie saja,"
"Lalu nanti Nona Lisa makan apa? Nona harus makan sebelum minum obat."
"Lisa tidak lapar, Bi. Tidak perlu khawatir," Lisa mengulas senyuman tipis pada wajahnya.
Kini masakan yang Lisa buat sudah selesai. Gadis itu meletakkan hasil masakkannya di atas piring dan menaruhnya di atas meja.
*****
"Ya! Cuci semua piringnya." Teriak Jisoo setelah mereka menyelesaikan kegiatan makan.
Lisa yang semua sedang duduk di dalur dengan Bibi Jung langsung berlari ke meja makan dan membawa semua piring kotor itu ke dapur.
Dengan pandangan buram dan kepala yang berdenyut, Lisa mencuci semua piring itu tanpa penolakan. Baru beberapa menit Lisa berdiri di sana, tubuh Lisa tiba-tiba limbung dan hilang keseimbangan. Untung saja ada Bibi Jung yang menahan tubuhnya agar tidak jatuh.
"Sudah, sekarang Nona kembali saja ke kamar. Ini biar Bibi yang selesaikan. Bibi tidak mau Tuan dan Nyonya marah jika tahu Nona sakit lagi,"
Akhirnya dengan berat hati Lisa pergi meninggalkan dapur dan kembali ke kamarnya dengan perut kosong. Lisa memang tidak lapar, namun ia lupa jika makan itu bukanlah hal yang bisa kita pilih mau atau tidak, tapi sebuah kewajiban untuk memberi tenaga dalam tubuh.
*****
Setelah mengetuk pintu kamar Lisa beberapa kali, Bibi Jung langsung masuk ke dalam dengan langkah yang sangat pelan.
"Permisi," hanya gelap yang menyambut Bibi Jung saat memasuki kamar Lisa.
"Tidur ternyata," Bibi Jung meletakkan nampan berisi makanan dan minuman di atas nakas, lalu ia duduk di pinggir ranjang Lisa dan memperhatikan wajah damai Lisa yang sedang tidur.
"Maaf karena tidak bisa membantu Nona selama ini." Tatapan Bibi Jung meremang melihat betapa kurusnya Lisa.
Akhirnya Bibi Jung terpaksa membangunkan Lisa dari tidurnya. Karena Lisa harus bangun dan makan untuk mengisi perutnya yang masih kosong sejak kemarin malam.
"Nona, bangun. Nona harus makan dulu." Bibi Jung menguncang pelan tubuh Lisa. Dan beberapa saat kemudian Lisa terusik dan terpaksa membuka matanya.
"Ah, apa Eonnie menyuruhku melakukan sesuatu?" Tanya Lisa. Bibi Jung tersenyum pilu mendengarnya. Bagaimana bisa Lisa langsung berpikir seperti itu bahkan sesaat setelah ia baru saja membuka matanya.
"Tidak. Ini Bibi bawakan makanan. Ayo, makan dulu sekarang," ucap bibi Jung sambil memberikan makanannya ke Lisa. Namun Lisa tidak langsung memakannya, melainkan ia menatap lama wajah Bibi Jung.
"Bibi tidak mau menyuapi Lisa? Sepertinya sudah lama sekali sejak terakhir aku disuapi olehmu." Rajuk Lisa manja. Wajar saja, Bibi Jung memang orang yang mengurus Lisa sejak gadis berponi itu masih sangat kecil.
"Aigoo, arraseo, sini Bibi suapin." Tangan Bibi Jung mengambil alih piring yang semula dipegang Lisa. Perlahan Bibi Jung memberi Lisa makan.
Lisa memakan makanannya dengan penuh canda tawa. Karena memang hanya Bibi Jung yang bisa membuat Lisa tertawa dan merasa disayang saat Tzuyu dan Lucas tidak ada di rumah.
_________________________
Maaf kalau masih ada kesalahan🙏
Jangan lupa vote dan comment yaa
Follow akun ini Jenlis127
Follow IG @/ jenlis127_wpKritik dan saran boleh disampaikan melalu DM IG atau Wattpad yaaa
Jangan lupa cek work yang lain juga yap😉
Next? Soon💕
KAMU SEDANG MEMBACA
SORRY TO YOU [E N D] <REVISI KARENA MASIH BERANTAKAN BANGET>
Novela Juvenil"Maaf, maafkan kami, kami janji tidak akan melakukannya lagi, kembalilah, kumohon kembali sekarang" "Aku sudah memperingatkan kalian. Sekarang, kalian lihat apa yang terjadi." "Siapa yang harus disalahkan? Aku, kamu, atau takdir?" *NOTES: Cerita i...