Cukup lama Lisa tidak sadarkan diri di lantai kamarnya. Tak ada yang peduli ataupun menghampirinya. Lisa hanya tergeletak tak berdaya di lantai kamarnya yang dingin.
"LISA!! LIS!! BANGUNN!!" Ucap orang itu panik sambil menepuk-nepuk pipi Lisa lembut.
Lisa pun perlahan membuka matanya.
"E-eunghh..." lenguh pelan Lisa dengan tatapannya yang sayu.
"Sayang! Kenapa kamu seperti ini, nak?" Ucapjya panik.
"Eomma, appa..." Lisa melirih pelan dengan tatapan sendu bercampur bahagia melihat wajah ibu dan ayahnya sekarang. Lisa sungguh rindu pada mereka.
"Iya sayang, ini eomma sama appa. Kita ada di sini. Kenapa Lisa bisa pingsan kayak gitu sayang? Apa yang terjadi? Dan kenapa ada darah di baju dan lantai? Apa kamu sakit? Dan kemana unnie-unniemu?" Tanya Tzuyu panik. Bagaimana tidak, saat ia ingin menyapa anaknya yang sudah sangat lama tak ia jumpai, ia malah melihat hal mengenaskan yang sama sekali tidak terduga.
"Sayang, tanyanya satu-satu. Kasian Lisa dia kan baru sadar" ucap Lucas menenangkan Tzuyu. Tzuyu mengangguk paham. Tangannya membelai lembut pipi anak bungsunya itu.
"Aku panik sayang. Aku takut terjadi sesuatu sama Lisa"
"Iya aku tau, aku juga panik tapi tanyanya pelan-pelan, ya" ucap Lucas lembut. Berusaha menenangkan sang istri yang sangat ketakutan dengan keadaan Lisa.
"Lisa sayang? Apa yang sebenarnya terjadi? Apa ada yang sakit?" Tanya Lucas sambil mengelus lembut kepala Lisa. Tak menjawab, Lisa malah menitihkan air matanya. Membuat Tzuyu semakin kalut dibuatnya.
"A-appa, eomma. Lisa kangen"
"Jangan nangis, sayang. Eomma sama appa juga kangen banget sama kamu. Mianhae, kami baru bisa pulang sekarang, karena perusahaan appa kamu lagi banyak banget kerjaannya jadi kita sibuk" ucap Tzuyu penuh sesal. Tentu saja Lisa bisa mengerti itu. Kekuasaan dan kekayaan ayahnya itu tidak bisa dianggap remeh.
"Maafin appa ya, Lis. Appa juga kangen banget sama kamu, tapi kita benar-benar sibuk di Amrika" Lucas merutuki dirinya sendiri yang lalai dalam menjaga anak-anaknya. Andai saja ia bisa menetap di Korea, ia pasti akan lebih ketat dalam menjaga anak-anaknya.
"Saranghae," Lisa hanya bisa mengeluarkan kata itu. Rasa sayang dan rindunya kini meluap saat ia bisa meraba wajah Tzuyu dan Lucas.
"Uri do" Lucas dan Tzuyu memeluk Lisa dengan sangat erat. Seolah tak mau melepaskan anak bungsunya itu.
"Oh iya sayang, di mana kakak-kakakmu? Appa dan eomma tidak melihat mereka dari tadi pagi" tanya Lucas penasaran.
"Iya, kita sampe mansion tadi sekitar jam 8 pagi sekarang sudah jam 11 siang. Kemana mereka?" Tzuyu bertanya-tanya khawatir.
"Molla. Lisa belum melihat bereka lagi" ucap Lisa lemas.
"Kita ke rumah sakit, eoh?" Ajak Lucas namun mendapat penolakan dari Lisa.
"Aniya, gwaenchana" Lisa tersenyum. Senyuman itu benar-benar membuat rasa takut dan khawatir Tzuyu meluap.
"Kamu yakin, sayang?" Tanya Tzuyu memastikan. Lisa mengangguk mantap.
"Aigo, manis banget sih senyuman anak kesayangannya appa ini. Appa kangen bangen sayang sama kamu" ucap Lucas sehabis itu mengecup kening Lisa.
Lisa memang sangat di sayang oleh kedua orangtuanya, karena sifat Lisa berbeda dari ketiga eonnienya. Meski begitu, Tzuyu dan Lucas selalu membagi kasih sayang mereka dengan adil kepada anak-anaknya.
"Ya sudah, Lisa sayang istirahat, ya? kalau ada apa-apa atau kalau ada yang sakit, panggil eomma atau appa saja. Kita mau ke kamar dulu, mau beres-beres" Tzuyu membantu Lisa mengganti pakaian Lisa dan membaringkan anaknya itu. Setelahnya, ia mengecup lama kening Lisa.
"Istirahat ya princess kesayangannya appa" ucap Lucas lalu mengecup dan meninggalkan kamar Lisa bersama Tzuyu.
"Terimakasih Tuhan karena sudah mempertemukan orangtua yang ku sayangi ke rumah ini, walaupun aku tau kalau mereka hanya sebentar di sini" Lisa membatin.
Lisa pun akhirnya tertidur karena kelelahan, sedangkan Tzuyu dan Lucas sedang di ruang tamu menunggu ketiga anaknya yang lain pulang.
Tak lama, pintu utama mansion terbuka. Menandakan ada orang yang akan segera masuk.
"Dari mana saja kalian? Jam segini baru pulang! Kalian tahu? Adik kalian itu tadi pingsan di kamarnya! Kalian sebagai eonnienya seharusnya menjaga dia dengan baik, bukan malah keluyuran, mau jadi apa kalian hah?!" Lucas tak bisa lagi menahan rasa marahnya pada ketiga anaknya. Bagaimana bisa mereka meninggalkan Lisa sendiri dengan kondisi seperti itu, seolah tak peduki akan Lisa.
"Appa dapat panggilan dari kampus kalian. Mereka bilang kalau kalian di drop out dari universitas karena udah sebulan kalian absen kelas. Ngapain saja kalian selama sebulan itu? Kalian selalu minta transfer uang ke rekening kalian, alasannya buat bayar uang kuliah. Tapi buktinya apa? Kemana semua uang yang appa berikan selama ini?" Lucas marah pada Jisoo, Jennie, dan Rose. Bukan masalah uangnya, tapi masalah tanggung jawab mereka selama ini.
"K-kita enggak bolos kok, appa. Kita juga tetap kuliah, appa salah denger kali. Enggan mungkin kan kita di DO kari kampus kita yang bagus itu? Appa pasti bercanda kan?" Ucap Jennie gugup bercampur takut. Ia tak tahu, jika mereka akan sampai di drop out dari kampus mereka yang bergengsi.
"Iya a-appa, kita juga tadi hanya pergi ke --" Jisoo melirik pada Jennie, berharap Jennie membantunya memberikan alasan.
"-- ke supermarket. Ya, ke supermarket!" Seru Jisoo kikuk.
"Kalian mau bohong sama appa? Kalian sadar? Aroma alkohol masih sangat kuat menempel di tubuh kalian itu!" Bebtak Lucas dengan amarah yang sudah memuncak. Ia merasa gagal menjadi seorang ayah.
"Kalian bener-benar anak yang kurang ajar. Adik kalian itu tadi sudah sekarat di kamarnya! Kalo eomma dan appa tidak pulang tadi, mungkin Lisa benar-benar pergi " bentak Lucas. Ingin sekali ia menampar ketiga anaknya, tapi ia dengan sekuat tenaga menahannya. Walaupun tangannya sudah terangkat dan siap mendarat kapan saja di pipi mulus anak-anaknya.
"A-appa! Geumanhae!" Teriak Lisa dengan susah payah. Dengan tubuhnya yang masih lemas, ia menuruni tangga dengan sisa tenaganya.
"Lisa-ya" seru Tzuyu panik lalu segera mengampiri Lisa.
"Kamu kenapa turun, sayang? Kamu masih lemas. Kamu harusnya istirahat" Tzuyu membantu Lisa dan menopang tubuh gadis itu agar bisa berdiri tegak.
"Lisa denger ada keributan di bawah, setelah itu Lisa berusaha buat turun, eomma" ucap Lisa lemas.
"Kamu balik, ya ke kamar? istirahat dulu" ucap Lucas dengan lembut. Berusaha membuat Lisa kembali ke kamarnya.
"Cih! Sama Lisa aja lembut, sama kita appa dan eomma selalu marah-marah. Kalian pilih kasih, kalian hanya sayang sama anak pembawa sial itu" sindir Rosé tegas. Mendengar itu, hanti Lisa berdenyut sakit. Apa salah dia sebenarnya? Dosa apa yang sudah ia lakukan sampai-sampai sepanjang hidupnya, ia selalu dipojokkan seperti ini.
"Rosé! Jaga ucapan kamu. Siapa yang bilang Lisa anak pembawa sial?! Kalian benar-benar keterlaluan" Lucas tak tahan lagi. Napasnya sudah memburu karena emosinya yang sudah hampir meledak. Kakinya mulai melangkah cepat menghampiri ketiga anaknya.
Bruk!
Lisa jatuh pingsan dengan darah yang mengalir dari hidungnya. Lucas mendengar suara kencang itu. Reflek ia berbalik dan panik saat tubuh Lisa ambruk ke tanah.
"Lisa!" Pekik Lucas dan Tzuyu panik. Dengan cepat Lucas membawa tubuh Lisa dan membawanya ke rumah sakit.
_____________
Masih dalam tahap revisi. Maaf kalau masih ada salah-salah hehe🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
SORRY TO YOU [E N D] <REVISI KARENA MASIH BERANTAKAN BANGET>
Genç Kurgu"Maaf, maafkan kami, kami janji tidak akan melakukannya lagi, kembalilah, kumohon kembali sekarang" "Aku sudah memperingatkan kalian. Sekarang, kalian lihat apa yang terjadi." "Siapa yang harus disalahkan? Aku, kamu, atau takdir?" *NOTES: Cerita i...