Bab 3 Pemerhati ada di sini

4.4K 219 3
                                    

Lita dan Aina masuk ke ruang Guru. Banyak Ustadz dan Ustadzah yang akan bersiap untuk mengajar. Aina dan Lita bingung melihat dan mencari ustadz yang dimaksud. Satu menit berlalu saat mereka hanya berdiri saja. Seorang ustadz di dekat mereka bertanya, "Kalian mau mencari siapa, nak?", Seorang Ustadz yang sudah sepuh menyapa mereka. Mereka kaget dan langsung tertunduk. "Aaa... Assalamualaikum, pak Ustadz. Kami disuruh datang kemari.", Jawab Lita. "Oh ya, bertemu siapa?!", Lita dan Aina diam. "Anuu.. Anu... Ustadz.", Lita tak tahu mau menjawab apa. "Kalian sudah datang. Ayok ke meja saya ", ustadz yang mereka maksud sudah ada di depan mereka. Ia tersenyum kepada rekannya. "Assalamualaikum, Ustadz Agus. Mereka ada perlu dengan saya.". Ustadz Agus tersenyum dan sedikit menunduk. Lita dan Aina mengikuti Ustadz tersebut. Mereka berada di sudut meja. Dekat jendela dengan pemandangan luar pesantren. Ada kaktus kecil di meja tersebut dan beberapa daun besar di pot sedang yang sengaja diletakkan di pinggir jendela. Di meja tersebut ada plat Nama Nabil Iswahyudi. Lita melirik Ustadz Nabil.

"Tampannya, ya Allah. Nih orang ada ya di dunia pesantren." Batin Lita.
. "

" Nama saya Ustadz Nabil Iswahyudi. Panggil saja saya Ustadz Nabil. Ide siapa nama saya jadi Ustadz Zul?", Ustadz Nabil sedikit tersenyum. Aina dan Lita tertunduk. "Maaf ustadz. Kami pikir yg disebutkan Ustadz Harun itu beneran Ustadz nabil."


Ustadz Nabil masih tersenyum. "Ya sudah. Saya memanggil kalian kemari karena sebuah hukuman." Aina dan Lita diam. "Aina? Lita?" Tanya Ustadz Nabil. "Eh... Iya Ustadz.", Jawab keduanya.
"Baik. Kalian pasti tahu di awal kalian masuk pesantren. Pasti mendengar Program Takhassus Lugho. Salah satunya adalah Masrohiyyah (bagian drama). Sebagai hukumannya, kalian harus mengikuti kelas tersebut sebagai persiapan acara Maulid Nabi. Waktu kalian 2 minggu dari sekarang sebelum acara tersebut. Kalian bisa datang di aula ba'da Ashar setiap hari. Saya yang akan membuat ijin untuk kalian bersama santri yang lain." Jelas Ustadz Nabil panjang lebar. Aina menghela napas. Sedangkan Lita menghembuskan napas yang panjang hingga Ustadz Nabil merasa heran. "Keberatan?!", Aina dan Lita tertunduk. "Ti tidak Ustadz. Kami siap menerima. Kami akan datang mulai hari ini." Ungkap Lita. Aina tidak begitu banyak bicara. Ia masih merasa sangat bersalah. "Oia, kemarin, saya tidak mengajar di kelas kalian. Saya salah masuk ke kelas. Harusnya saya di kelas yang lain. Memang benar Ustadz Zul yang akan mengajar kalian. Tapi karena sedang tugas keluar kota, Ustadz Harun yang menggantikan mengajar. Yasudah, kalian kembali ke kelas." Aina dan Lita pamit dari meja Ustadz Nabil. "Kami pamit, Ustadz. Assalamualaikum."

Syukurlah ya Alloh. Ternyata hanya mengikuti drama. Aku pikir hafalan hadist atau kitab lainnya.

Tanda berakhirnya kelas selesai sore itu sebelum masuk waktu sholat Ashar. Aina dan Lita nampaknya harus meminjam catatan teman-temannya yang mengikuti Diniyah karena 'hukuman' mengikuti kelas drama. Di kamar, Aina dan Lita nampak sedang bersiap-siap ke aula pesantren. "Kayaknya ya. Ini bukan hukuman deh, Lit. Memang Ustadz Nabil sedang mencari Santri buat persiaapan Maulid. Ingat gak, kapan hari saat masuk, kita ditanya para senior ada yang pernah ikut atau suka kelas drama? Sekelas gada yang jawab kan?", Buka Aina memulai pembicaraan. Lita mengangguk. "Iya bener juga, Na. Biasanya kan hapalan-hapalan kan?!". Lita menjadi bingung. Tak lama, Putri dan Lutfa masuk ke kamar. "Lho, kalian mau kemana?!", Tanya Lutfa. "Ke aula. Hukuman dari ustadz Nabil. Ikut kelas drama. Kita disuruh tampil acara maulid 2 minggu lagi.", Putri dan Lutfa tertawa mendengar penjelasan Lita. Mereka tak menyangka hukumannya adalah terpaksa mengikuti kelas drama. "Udah ah. Kita pergi dulu ya. Gak boleh terlambat. Dagh. Assalamualaikum.", Aina dan Lita bergegas keluar dari kamar.

Sampai di aula. Aina dan Lita masuk. Terdapat beberapa santri yang ada di dalam. Mereka sedang menunggu pelatih atau senior untuk segera memulai latihan. Aina dan Lita membaur. Sesekali mereka tertawa, berbicara tentang apa yang akan dibawakan nanti. "Assalamualaikum", terdengar suara yang menggema di aula. Semua santri mendadak kaget langsung berdiri. "Waalaikumusalam", kompak jawaban mereka. Aina melihat ke arah suara tadi.

Ustadz, jangan jatuh cinta padaku [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang