Bab 20 Kembalilah

3.2K 181 3
                                    

"Jun sudah menikah"

Kalimat itu menari-nari di benak Aina. Penuh isi kepalanya karena pernyataan Meyda. Aina nyaris sakit jantung. Ia sama sekali tidak kenal Ustadz Nabil, Mas Jun yang beberapa hari lalu ia tambatkan di hatinya. Apa ini sebuah kebohongan sesungguhnya?
Sesak lagi dada Aina.

Aina : "ya Allah.", Lirih ucapannya.

Meyda : "Bukan aku, Aina."

Bola mata Aina semakin membulat. Ia bahkan tak paham. Takdir apa yang membawanya sejauh ini? Kenapa begini? Ia semakin bingung. Siapa perempuan lain selain dirinya?

Meyda menghela napas dari balik cadarnya. Aina bisa merasakannya.

Aina : "Siapa dia, mbak?"

Meyda : "Tunggu. Kamu pikir Jun poligami?"

Aina : "Iya", jawab Aina polos.

Meyda tertawa melihat kepolosan Aina.

Meyda : "Ya Allah. Jun gak begitu, Aina. Namanya Dewi. Dia perempuan yang cantik, pintar, tegas dan ceria. Dewi menikah dengan Jun 5 tahun lalu. 5 hari sebelum pernikahan, Dewi sakit demam berdarah. Saat hari pernihakan ia baik-baik saja. Sampai setelah akad nikah, ia pingsan. Ia tak sadarkan diri dan meninggal tepat di hari pernikahannya dengan Jun. Jun sangat terpukul. Ia tak menyangka akan secepat itu menikah dan kehilangan Dewi, istrinya."

Mata Aina tak terbendung. Air matanya mengalir. Masa lalu kelam tak pernah ia dengar dari suaminya, Ustadz Nabil. Ia terlampau egois dengan banyak hal.

Aina : "Mbak Meyda tahu semuanya?"

Meyda : "Dewi adikku, Aina. Makanya sampai saat ini Jun sangat aku sayang karena ia juga adikku."

Aina : "Allah ya Karim. Maafkan Aina ya, mbak Meyda. Benar-benar gak tahu bakal jadi gini. Semua salah paham dan Aina sadar ini semua karena Aina gak tabayyun sama Mas Jun atau mbak Meyda."

Meyda : "Kamu anak baik, Aina. Setelah Dewi meninggal, aku selalu berdoa agar Jun mendapat pengganti yang baik. Mendengar kabar kalau Jun menikah, sebuah kebahagiaan buat kami sekeluarga. Ia sudah melewati hari-hari yang berat. Itulah mengapa Aina juga kuanggap jadi adikku, selain Dewi."

Aina memeluk Meyda. Hatinya begitu dalam. Ia mulai merasa ada seorang lagi yang akan memberinya kehangatan sebagai saudara.

Aina : "Ini lebih dari cukup. Mbak Meyda, terima kasih sudah menjalin sesuatu yang baru. Aina juga akan memulai ini semua dengan baik. Doain Aina ya, mbak."

Meyda : "Mbak Mey bakal sering mengunjungi kamu dan Jun disini. Kapan-kapan mbak Mey ajak suami dan anak-anak, ya?"

Aina : "Waaa.... Iya, mbak. Pasti seru ya."

Aina pamit pada Meyda. Percakapan tadi mengawali bahwa sekarang mereka akan lebih dekat sebagai keluarga.
Aina kembali ke lapangan dengan hati riang. Ia merasa siap menjalani apa saja. Ia siap bertemu Ustadz Nabil 'kembali'.

Sore hari, Aina kembali ke rumah ndalem. Ia masuk ke kamar. Ia masih belum melihat Ustadz Nabil, Abah dan Umi. Ia heran. Tak ada yang memberi tahu keberadaan mereka. Bahkan abdi ndalem juga tak tahu kepergian orang-orang penting di pondok itu.

Malam berlanjut. Aina masih menunggu. Ia tak kunjung mendapatkan kabar. Ia semakin resah. Ia makin merasa bersalah.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ustadz, jangan jatuh cinta padaku [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang