Bab 36 Jangan pergi

3.1K 168 1
                                    

Pesan masuk ingin mengkhitbah Aina menjadi pertanyaan besar. Siapa lelaki ini?

Aina penasaran. Selama ini sepertinya semua orang tahu kalau dia sudah menikah. Satu-satunya tempat yang tidak banyak orang yang tahu adalah kampusnya. Ya, kampusnya. Aina yakin. Teman-teman kuliahnya tidakbanyak yang tahu kecuali teman yang selalu duduk di dekatnya. Sena dan Okit. Mungkin karena mereka seumuran. Tapi Okit tidak mungkin mengutarakan hal ini. Walaupun dia juga belum tahu. Tapi Okit sangat fokus pada pekerjaan dan kuliahnya. Aina memutar otak untuk menganalisis.

Ah. Tak usah dibalas. Batinnya. Atau biar suaminya saja yang membalas.

Ketika Ustadz Nabil dan Ummi pulang. Aina menyapa keduanya. Ummi masuk ke dalam kamar. Sedangkan Ustadz Nabil ke ruang kerjanya ditemani Aina.

Aina : "Mas. Tadi aku dapat pesan. Gak tahu dari mana."

Ustadz Nabil yang sedang membuka laptop mengernyitkan dahi. "Siapa?".

Aina : "Gak ada namanya." Aina menyodorkan ponselnya. Lalu Ustadz Nabil melirik pesan itu dan tersenyum.

Aina : "Kok senyum?"

Ustadz Nabil : "Kalah cepat, mas. Sudah dinikahi dulu sama saya." Sambil menepuk dada tanda bangga.

Aina tersenyum. "Duh".

********************

Keesokan paginya. Aina di ruang BK bersama Lita, 'sukarelawan' panitia acara pelepasan Santri. Dua bulan lagi acara akan berlangsung.

Aina : "Lita, ada kabar dari Idrus?"

Lita menggeleng.

Lita : "Halah paling juga guombal aja dia, Na. Kalo benar dia kan hubungi Ibu. Paling gak ke rumah kek. Masak niatan mau lamar belum ketemu sama aku. Kan aneh. Lagian aku gak punya perasaan apa-apa. Kayak gak ada kerjaan aja harapin orang gak jelas gitu."

Aina tersenyum sinis.

Aina : "Panjang amat analisanya. Berarti kamu ngarepin si Idrus. Apa ya namanya? Hmm.. penasaran."

Lita : "Iya juga sih. Tapi stop aja lah, Na. Ngapain juga gitu."

Aina : "Bakal ada saatnya, Lit. Percaya deh."

"Assalamualaikum." Seseorang mengetuk pintu.

Aina, Lita dan seorang Ustadzah menoleh ke arah pintu. Ternyata Haikal yang masuk ke ruang BK. Semua tersenyum.

Haikal menaruh beberapa berkas ke sebuah meja kosong.

Haikal : "Eh, ngapain Lita di sini?"

Lita : "Sensi amat, mas. Atas ijin Gus Nabil ya saya di sini. Enak aja main tanya ngapain di sini." Sambil memanyunkan bibirnya.

Haikal tak kalah cemberut membalas reaksi Lita.

Aina : "His. Ini Ustadz lho di ini. Semua manggil Ustadz Haikal."

Lita : "Hih. Ustadz kok gitu."

Semua orang di ruang BK tertawa.

Haikal : "Kayak gini nih bisa jadi jodoh."

Lita : "Nauzubillah."

"Aamiin.", Balas Aina dan seorang Ustadzah dengan tersenyum.

Lita : "Lho heeeh.... Kok diamini?"

Haikal : "Tuh malaikat udah lewat. Hayo looo."

Lita menjadi badmood sehingga keluar dari ruang BK.

Aina : "Lho. Kemana, Ta?"

Lita : "Fotokopi, Na. Sama ke kulkas koperasi."

Aina : "Ha?"

Ustadz, jangan jatuh cinta padaku [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang