Aina masuk ke kamar dengan penuh tanda tanya.
Siapa yang diceraikan? Aku?
Aina : "Ngobrol sama siapa tadi?"
Ustadz Nabil : "Ah, Aina. Masuk yuk sini. Mas mau bicara."
Aina : "Cerai?"
Ustadz Nabil : "Apa? Cerai?"
Aina : "Barusan. Ada kata cerai? Mas mau cerai?"
Ustadz Nabil : "Astagfirullahaladzim. Siapa yang mau cerai, sih?"
Aina : "Masak aku budek sih, mas? Dengar jelas sebelum nutup telepon mas bilang diceraikan. Itu aku? Jangan dirahasiakan ya?"
Ustadz Nabil : "Bukan Aina. Serius."
Aina : "Tapi kenapa ya aku tersinggung? Aku ngerasa banyak kekurangan, mas. Maaf banget. Terutama belum bisa kasih mas keturunan."
Ustadz Nabil : "Ya Allah. Itu bukan kamu, Aina. Mas tuh gak bohong. Tadi itu teman mas, Rofiq. Dia minta saran karena kontrak dengan pemilik toko yg jual alat kesehatannya. Cerai maksudnya batal kontrak."
Aina : "ya sudah. Mas mau ngomong apa tadi."
Ustadz Nabil : "Anu, Iffah."
Aina berdiri dengan perasaan marah.
Aina : "Maaf ya, mas. Aku lagi gak mood mau ngobrol. Lagi sensitif. Apalagi yang diomongin perempuan lain. Aku keluar dulu."
Aina keluar meninggalkan Ustadz Nabil sendirian yang merasa keheranan dengan sikap sang istri.
Aina duduk di balkon atas.
Mas Jun berubah.
Kini ia mengacuhkan masalahnya. Nampaknya ada yang ia simpan. Namun tidak ingin ia bagi. Ia hanya kesal. Suasana hatinya tak karuan.
Adzan magrib berkumandang. Ia segera turun dan membersihkan diri. Abah dan Umi kebetulan sedang keluar kota.
Malam itu Aina tidak banyak bicara.
Makan satu meja dengan Ustadz Nabil. Ia hanya menatap makanannya. Setelah selesai ia meninggalkan meja makan. Sampai akhirnya malam, ia tidur lebih awal sebelum Ustadz Nabil masuk ke kamar.Ustadz Nabil bertanya-tanya apa yang terjadi dengan istrinya. Ia merasa ada yang salah dengan dirinya. Atau mungkin sedang datang bulan.
Keesokan harinya pun sama. Aina tak serta merta tersenyum. Ia hanya pamit, mencium tangan suaminya, makan bersama. Tak ada komunikasi seperti biasanya. Bertemu di aktivitas pondok pun Aina seperti melempar pandangan yang dingin.
Lalu..
Malam itu sebelum tidur.
Ustadz Nabil : "Masih marah?"
Aina : "Gak. Aku gak marah."
Ustadz Nabil : "Dari pagi gak senyum dan cerewet kayak biasanya."
Aina diam.
Ustadz Nabil : "Maaf, ya. Mungkin mas bikin kamu sebel. Karena obrolan cerai itu, ya? Percaya deh. Itu bukan kamu, Aina. Dan tentang Iffah. Dia mau menikah dan minta tolong Abah pilihkan 3 orang yang sempat datang ke rumahnya. Mas mau nunjukin ke kamu untuk minta pendapat."
Aina terkejut. Air matanya tumpah juga.
Ustadz Nabil tak kalah terkejut. Ia peluk istrinya. Aina diam beberapa saat. Menenangkan diri dalam pelukan suaminya.Aina : "Dua hari ini capek banget aku tuh, mas. Tugas kampus banyak. Urusan pondok. Pulang-pulang dengar kata cerai. Suami ngomongin perempuan lain. Fix ya, bete aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ustadz, jangan jatuh cinta padaku [TAMAT]
Fiksi UmumGak ada yang gak mungkin dalam kehidupan. Ada kalanya kamu bisa memilih, kadang memang kamu gada pilihan lain selain menjalani. "Takdir macam apa ini?" Mungkin ini batin Aina dalam menjalani hiruk pikuk kehidupannya. Menjadi istri Gurunya sendiri de...