Bab 13 Sambut aku

3.1K 188 3
                                    

"Jun.."

Perempuan bercadar itu memanggil Ustadz Nabil dengan panggilan kecilnya.
Mata Aina menyala-nyala. Ia memperhatikan gerak gerik Ustadz Nabil dan perempuan itu. Ustadz Nabil menatap sekejap perempuan itu. Takut ia salah mengenal karena wajahnya tertutup cadar.

Ustadz Nabil : "Hmm... Meyda, ya?"

Meyda : "Hahaha.... Masih ingat lo? Assalamualaikum dulu."

Ustdaz Nabil : "Masya Allah. Waalaikumsalam. Kupikir siapa tadi. Ngapain disini?"

Meyda : "Gue lupa jalan. Nyasar. Maunya tadi ke rumah sodara di daerah Pangsud. Tapi kenapa kesasar disininya? Lha tahu nya ketemu sama elu."

Aina yang memperhatikan wajah yang tak biasa.

Perempuan ini. Dari matanya pasti cuantik sekali. Terus bahasanya anak gaul. Fix bukan orang sini. Terus kenapa tahu nama Mas Jun sih? Hubungan mereka apa?

Ustadz Nabil : "Waa... Ya kejauhan juga sih ya. Putar balik aja dari sini. Perempatan pertama belok kanan. Ikutin aja jalan besar ketemu di sebelah kiri."

Meyda : "Lha... Kudunya kan gampang, ya?" Melirik Aina. "Lu pacaran sekarang, Gus Jun?"

Ustadz Nabil : Melihat Aina. "Iya. Akhirnya berani pacaran. Pake ijab qobul pula."

Meyda : "Lha.. lu nikah kagak ngundang gua. Waah... Pelanggaran, Jun."

Ustadz Nabil : "Bukan lupa. Cuma kemarin yang diundang terbatas. Lagian tu nomor gonta ganti mulu."

Aina : "Uhuk uhuk... Ehem."

Meyda dan Ustadz Nabil melihat Aina kompak. Tahu itu tanda Aina berusaha menghentikan percakapan keduanya.
Meyda berjalan ke arah Aina.

Meyda : "Assalamualaikum. Istri Jun, ya? Saya Meyda. Panggil saja Mey. Saya dan Jun teman SD di Jakarta dulu. Kebetulan sepupu Jun satu kampus. Jadilah kami masih komunikasi sampai sekarang."

Ustadz Nabil : "Sempat hilang kontak karena Meyda ganti nomor. Rumornya menikah sama seorang bule, ya? Jadi orang Turki, Mey?"

Meyda : "Ish.... Gosip gak sempurna. Nanti gua jelasin kayak prescon."

Ustadz Nabil : "Meyda terbiasa informal sama Mas. Jadilah memang kami teman dekat."

Meyda : "Saya gak pernah suka sama Jun, kok. Dia bukan tipe saya. Hahaha...."

Aina tersenyum. Sepertinya ada raut penasaran besar dan sedikit kelegaan karena pernyataan Meyda.

Aina : "Saya Aina, mbak. Mari mampir ke rumah kalo masih lama di sini."

Meyda : "Insya Allah. Maaf ya. Jadi ganggu acara kalian. Jun, nanti gua kontak lagi, ya."

Meyda pamit. Ia kembali naik mobil dan melanjutkan perjalanan.

Setelah berbicara sebentar dengan Pak Hadi, Ustadz Nabil dan Aina pergi. Dalam perjalanan, Aina terus terdiam. Ustadz Nabil yang sedari tadi melirik spion sesekali juga tidak banyak bicara.

Ustadz Nabil POV

Kenapa Aina diam ya? Pasti cemburu lihat Meyda tadi. Tapi... Alhamdulillah encer juga nih suasana pasutri. Semoga semakin baik lagi.

Tapi, tentang Meyda. Apa Aina berpikir macam-macam ya?

********

Sepeda mereka terparkir di sebuah warung bakso. Aina turun dari motor.

Aina : "Mas Jun jadi makan mie ayam?"

Ustadz Nabil tersenyum dan mengangguk. Aina dengan cepat memesan pesanannya dan Ustadz Nabil.
Mereka duduk berhadapan. Warung tersebut tak terlalu ramai pengunjung. Ustadz Nabil melihat Aina.

Ustadz, jangan jatuh cinta padaku [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang